Bab 30

9.3K 414 5
                                    

Lula menghela napas lelah. Setelah seharian duduk dikursi dan berkutat dengan pekerjaannya membuat wanita itu merasakan sakit di pinggangnya. Belum lagi ia lupa bahwa waktu istirahat sudah terlewati. Perutnya yang lapar membuat wanita itu sedikit tidak fokus. Dalam pikirannya ia ingin sekali makan nasi padang. Lalu bagaimana caranya ia bisa meninggalkan pekerjaannya?

Hampir seminggu ia meninggalkan pekerjaannya dan beginilah akibatnya. Tumpukan kertas langsung menyambutnya. Lagi, Lula menghela napas gusar. Lalu merogoh hand bag-nya untuk mengambil benda pipih itu dan mengetikkan sesuatu pada adiknya untuk membelikan keinginannya itu. Setelahnya wanita itu kembali berkutat dengan setumpuk kertas sambil menunggu pesanan datang. Karena kebetulan adiknya itu sedang berada dirumah.

Selang 5 menit, suara ketukan pintu terdengar. Tanpa mengalihkan pandangan, Lula menyuruhnya masuk dan itu pasti adiknya yang mengantarkan nasi padang.

"Simpan aja di situ, Zra. Nanti pulang dari sini kakak ganti duitnya." Ucap Lula.

"Enggak usah. Kayak kesiapa aja!" Ucap adiknya itu dengan suara yang berbeda.

Lula mengernyitkan dahinya, ada yang salah dengan suara adiknya itu. Lalu mendongak menatap seorang wanita tengah tersenyum kecil.

"Mbak Anita! Lho, kok?" Pekik Lula terkejut.

"Iya, kenapa? Ini pesanan kamu. Enggak usah dibayar deh, gratis!"

"Bukan gitu! Kemana adik aku itu? Dia titip ke Mbak?" Tanya Lula.

Anita menggelengkan kepalanya. "Enggak ada dan gak nitip. Kamu salah kirim sms minta dibeliin nasi padang, yaudah aku beliin aja."

"Yaampun Mbak kok repot-repot, sih. Maaf ya gara-gara salah kirim jadi Mbak yang beliin." Ucap Lula tak enak.

"Gak apa-apa, kok. Lagian kamu juga belum makan siang. Yaudah makan dulu aja La, kerjaannya tunda dulu."

"Iya--"

"Reno a...da?" Ucap seseorang memotong pembicaraan mereka berdua.

Anita dan Lula menoleh kearah pintu. Disana, laki-laki itu terpaku melihat dua orang wanita tengah menatapnya, lebih tepatnya pada wanita yang tengah menatapnya dengan sorot sulit diartikan.

"Mas Arga," lirih Lula.

Laki-laki itu berdehem. "Maaf, kalau gitu tidak jadi." Ucapnya lalu menghilang dari balik pintu cokelat itu.

Lula memejamkan matanya. Menahan sesak untuk kesekian kalinya, melihat Arga terus saja menghindari dirinya. Bahkan untuk sekedar bertemu saja rasanya susah sekali. Apalagi saat tadi pagi laki-laki itu menoleh pada dirinya saja tidak, apalagi menyapanya.

Setelah perdebatan kemarin, semuanya berubah. Dimana mereka seperti tidak saling mengenal dan rasanya itu sakit sekali. Entah mengapa Lula merasakan kehilangan.

Lula tidak mengerti dengan dirinya dan juga...hatinya. Disatu sisi ia sudah terbiasa dengan kehadiran laki-laki itu, disisi lain ia merasakan nyaman dan sakit secara bersamaan.

"La, kok gak dimakan? Katanya tadi laper," Kata Anita melihat Lula yang tengah terbengong.

Lula tersentak. "E-eh iya, anu tadi lagi mikir hehe. Mbak ikut makan aja, ya?"

Anita menggeleng. "Udah kenyang. Tadi makan di warteg banyak soalnya."

Lula hanya ber-oh ria mendengar jawabannya. Ia pun menyingkirkan segala tetek bengek pekerjaannya dan langsung membuka bungkus nasi padang. Harumnya membuat perutnya kembali berbunyi membuat Anita tertawa.

Anita belum pergi dari ruangan Lula. Selagi ada waktu Anita berniat menemani Lula dan juga bertanya-tanya tentang liburannya ke Bandung itu.

"La, aku mau kepo boleh?" Tanya Anita sedikit ragu.

The Best MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang