"...Arga!"
Laki-laki itu tersenyum tipis melihat wanita yang dirindukannya terkejut dengan kedatangannya yang bisa dibilang tanpa sepengetahuan. Ingin rasanya memeluk tubuh wanita didepannya dengan erat. Tapi laki-laki itu tahu diri, bagaimanapun ia saat ini bukan siapa-siapa wanita itu. Hanya saat ini, tapi sebentar lagi akan berubah.
Arga, laki-laki itu meneliti setiap jengkal wajah cantik itu. Gaun mewah dan semuanya. Sedikit ada rasa marah mengingat semua yang diberikan kepada wanita itu bukanlah dari dirinya. Lagi-lagi Arga hanya bisa tersenyum tipis. Kembali lagi, Arga bukanlah siapa-siapa.
"Mas Arga, jawab!" Pekik wanita itu.
"Jawab? Memangnya anda bertanya kepada saya? Saya rasa, saya salah menekan bel kamar hotel. Maaf," Kata Arga lalu pergi begitu saja.
Wanita itu mengerjapkan matanya tidak percaya. Seketika hatinya mencelos akan perubahan sikap Arga yang 180 derajat dari biasanya. Dari caranya memandang, bahasa formal sampai meninggalkan wanita itu begitu saja tanpa ada sepatah-katapun lagi.
Dari jauh, Arga hanya menatap wanita itu kecewa. Ternyata semua dugaannya benar. Lula datang ke Bandung bersama laki-laki sialan itu dan meninggalkan pekerjaannya begitu saja di Jakarta. Arga juga baru tahu, Lula mengenal laki-laki itu. Lalu apalagi? Jangan bilang, Lula mengenakan gaun mewah yang sayangnya sangat cocok, juga untuk bertemu laki-laki itu? Dan yang lebih parahnya mereka merencanakan sesuatu malam ini.
Tak sadar sebelah tangan Arga menonjok dinding di sebelah kirinya sehingga menghasilkan suara debuman cukup keras. Tidak peduli ada yang dengar atau ada yang memarahinya. Persetan dengan hatinya yang saat ini menahan rasa sakit, cemburu dan marah.
Arga bohong soal salah kamar hotel. Sebenarnya Arga hanya ingin memastikan dugaannya itu adalah salah, tetapi sayangnya itu benar. Lalu untuk apalagi Arga berharap rencana itu akan berhasil? Sedangkan ini saja membuat dirinya hampir kalah telak. Bahkan Arga tidak tahu apa saja yang sudah dilakukan Bos Jerman itu untuk mendekati Lula selama tidak ada dirinya. Arga sungguh ketinggalan informasi penting ini. Masalahnya, menyangkut hidup dan matinya.
"Sayang? Kok ada di--tangan kamu kenapa?!" Tanya seorang wanita berhijab.
Arga tidak tahu harus mengatakan apa. Jujur atau kebohongan lagi? Tapi Arga sudah banyak berbohong untuk masalah ini. Haruskah ia berbohong lagi demi kebahagian sang kedua orangtua yang sangat menginginkan hadirnya menantu dan cucu.
"Jawab Mama, Ga! Kamu kenapa?...hiks!" Isak wanita itu.
Wanita yang menyebutkan dirinya sebagai Mama itu terisak pelan. Melihat tangan disebelah kanan putra tunggalnya bercucuran darah. Bahkan sebelum benar-benar bertemu dengan Arga, wanita itu sempat mendengar suara debuman. Wanita itu pikir ada barang terjatuh.
"Aku gak apa-apa, Ma. Mama mau mampir, ya?" Arga terkekeh pelan. Demi apapun, Arga benci melihat seorang wanita menangis.
Sang Mama tampak memukul bahu Arga pelan. Kesal juga, disaat seperti ini Arga selalu mengalihkan pembicaraan. "Denger ya! Mama memang bukan Mama kandung kamu, tapi Mama selalu berharap kamu tidak menyembunyikan apapun. Kamu itu bukan hanya sekedar tanggung jawab, tapi Mama memang benar-benar sayang kamu, Arga. Mama--"
"Ssstt...Arga percaya dan sayang sama Mama. Lihat! Arga gak kenapa-kenapa, cuma tangan berdarah sedikit. Don't worry Ma!"
"Tetep aja, Ga! Kamu tega biarin Mama liburan dengan tangisan." Celetuk Mama Arga.
No!!
"Maaf, Arga janji setelah ini Mama nangis karena alasan kebahagiaan. Ayo! Pasti Papa udah nunggu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Mommy
Romance(SELESAI) Note : DILARANG KERAS MENGCOPY/MENJIPLAK KARYA INI. KARENA APABILA MELANGGAR MAKA AKAN TERKENA SANKSI! Hidup sendirian di saat hamil muda memang begitu menyedihkan. Belum lagi saat melalui proses kebiasaan ibu hamil, seperti morning sickne...