Bab 39

9.4K 343 6
                                    

Ezra menatap tajam Kakak dan Kakak Iparnya itu. Setelah kejadian tak terduga beberapa menit lalu membuat Ezra tidak habis pikir dengan tingkah orang dewasa didepannya ini. Entah mereka yang tidak menahan hasrat atau memang tidak sengaja hingga posisi mereka berdua saat itu membuat Ezra malu sendiri. Pasalnya Lula dan Arga bukan hanya kepergok oleh dirinya saja, melainkan bersama Javas dan Eisha yang untung saja langsung Ezra tutupi masing-masing pasang mata dengan telapak tangannya yang lebar itu.

Meski begitu, berbagai pertanyaan dilontarkan Eisha kenapa Ezra melakukan demikian. Ezra sendiri lidahnya terasa kelu, bingung harus menjawab apa. Lagipula Ezra tidak mungkin berbohong, Eisha sudah cukup umur. Hanya saja Ezra enggan mengatakannya karena jujur, itu aib.

Sedangkan Eisha sendiri, merasa kebingungan dan tiba-tiba saja Ezra menyuruhnya menggendong Javas dan mengajaknya main diteras. Mau tak mau Eisha segera menurutinya tanpa mau ambil pusing. Diruang keluarga, yang cukup jauh dari teras menjadi tempat obrolan ketiganya tanpa harus Eisha dan Javas hadir disana.

"Maaf, Zra. Aduh! Mas Arga sih yang dempet-dempet aku."

Lula menyalahkan Arga, tetapi Arga tetap bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Karena wajar, toh mereka sudah berstatus suami-istri.

"Lain kali tahu tempat ya. Bukan melarang, cuma ya itu 'kan rahasia kalian berdua."

Arga membenarkan ucapan Ezra. Salahnya juga sih yang tidak bisa menahan kerinduannya pada istri tercinta.

"Nah! Denger tuh Mas."

"Hmm...tolong jangan katakan apapun pada Eisha ya, Ezra."

Dan ya, setelah mengatakan itu Arga langsung pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri. Selain lelah karena pekerjaan akhir-akhir ini cukup menyita waktu dan minimnya waktu untuk istirahat, Arga tak sempat untuk mandi.

Tetapi tenang, seorang Arga akan tetap tampan dan gagah tanpa harus mandi sekalipun. Nasib seorang pria mapan nan tampan beristri cantik nan aduhai selalu baik.

Oke, cukup. Waktunya mandi.


🔹🔹🔹🔹🔹



Nesa menggelengkan kepalanya melihat Lula yang sangat bersemangat memasak berbagai menu untuk makan malam. Lalu tatapan wanita paruh baya itu beralih ke beberapa menu hidangan yang sudah siap dan lagi-lagi membuatnya menggelengkan kepala. Kemudiam Nesa menghampiri Lula yang tengah mengaduk sayur.

"Masih banyak? Mama rasa ini sudah cukup, jangan terlalu banyak. Kita semua enggak makan sebanyak itu, Nak."

Lula malah tersenyum lebar. "Ini hari spesial, Ma. Lula mau malam ini kita makan besar. Nanti sebagian menu aku bakal bagiin ke tetangga dekat."

"Yasudahlah, terserah kamu."

Akhirnya Nesa menyerah dan duduk di salah satu kursi sembari menuangkan air mineral lalu meminumnya. Tiba-tiba deringan telepon berbunyi membuat Nesa mengamati benda kecil itu dan melihat nama si penelepon.

"Ada telepon dari Karen. Di angkat dulu," ucap Nesa dan Lula segera meraih benda kecil itu dari sang Mama.

"Halo, Kar. Apa?"


"LULA! TOLONG YA JANGAN PANIK DULU...."

"Apaan sih? Suaranya itu tolong kecilin napa, telinga aku bisa budeg kalo gini."

The Best MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang