Bab 35

10.4K 469 6
                                    

Ruangan VIP dengan nomor 124 itu selalu kedatangan tamu yang tidak ada hentu-hentinya dalam beberapa hari ini. Mereka semua tampak tak sabar ingin segera bertemu dengan Lula dan tentu saja sang bayi yang menjadi tujuan utama mereka. Dari sanak saudara hingga sahabat mengunjungi Lula di Rumah Sakit. Bahkan Nesa dan keluarga sampai kelelahan dengan banyaknya tamu mengingat ini bukanlah acara pernikahan. Ah! Sebenarnya hanya beberapa orang per-hari mengingat jam besuk yang terbatas apalagi ruangan VIP yang begitu privasi.

Kini, Lula tengah menggendong sang bayi dengan begitu hati-hati karena baru pertamakalinya Lula sempat bergetar hebat dan takut. Tetapi atas bantuan sang Mama yang sudah ahli dalam bidang ini mengajari Lula perlahan-lahan hingga bisa.

Tatapan Lula tak luput dari sang bayi yang begitu menggemaskan. Dalam tidurnya, bayi itu tampak tenang dan sesekali bergerak lalu tersenyum membuat Lula terkadang meneteskan air mata secara tak sadar. Entah, melihat tampangnya yang begitu mirip dengan almarhum suaminya itu ingatan Lula selalu kembali tentang kebersamaannya dengan laki-laki itu. Bahkan pernah sempat berandai-andai laki-laki itu ada bersamanya, tertawa dan bercanda bersama dengan bayi mereka. Tetapi itu sayangnya hanya andai.

Oke, berhenti!

Lula segera mengusap air matanya yang terjatuh. Ia tak boleh menangis dan bayi ini akan selalu menjadi alasannya menjalani hidup. Karena bayinya juga Lula tak perlu bersedih lagi. Lula tersenyum, lalu mengusap pipi bayi itu dengan jari telunjuknya dengan lembut. Kulitnya begitu empuk dan lembut, rambutnya yang hitam dan lebat, bulu matanya yang lentik serta bibir mungil lucu itu membuat Lula terkekeh karena itu adalah perpaduan antara dirinya dan almarhum suaminya. Untuk wajahnya, sepertinya Lula belum mengetahui mirip siapa.

"Aduh-aduh ibu hamil--eh udah lahiran ya gue lupa! Ketawa-ketiwi sendirian, sehat bu?"

Seseorang berbicara dan itu adalah Karen sahabatnya bersama suami dan bayi perempuan kecilnya datang menjenguk Lula. Sontak saja Lula mendongak dan benar saja, Karen menatapnya aneh.

"Berisik, yang! Jangan gede-gede ngomongnya, liat tuh ada bayi." Ucap Kaisan pada sang istri.

Karen mencibir pelan. "Biarin lah ya! Orang dari pada si Lula ketawa-ketiwi sendiri bikin gue takut. Mending di hebohin biar kembali ke dunia nyata!" Cerocos Karen.

"Yang, ada bayi."

"Iya-iya Kaisan!" Ucap Karen membuat suaminya itu bernapas pasrah.

Lula terkekeh di tempatnya melihat pemandangan ini. "Udah-udah jangan marahan. Sini, duduk Kar, Kaisan." Ucap Lula.

"Aihh! Itu ponakan gue, La? Lucunyaa..." pekik Karen saat menyadari bayi yang ada di gendongan Lula.

Lula mengangguk. Tanpa basa-basi lagi Karen segera mendekat dan mengambil alih bayi itu ke pangkuannya. Lula sempat terkejut dan jantungnya hampir copot dengan gerakan Karen. Kaisan yang menyadari itu pun sama shok nya.

"Yang, hati-hati!" Tegas Kaisan membuat Karen jengah.

"Kar, itu anak aku satu-satunya." Ucap Lula masih dengan jantung berdegub kencang.

"Santai kali ah! Calon ibu protektif."

Karen tampak menimang bayi itu kesana-kemari dan melupakan bayi perempuannya yang berada di stroller meminta di pangku. Mulut ibu-ibu itu tak henti berceloteh dan berbicara entah apa membuat Lula dan Kaisan menghela napas pasrah.

Ceklek!!

Pintu ruangan itu terbuka dan menampilkan seorang laki-laki dewasa yang menatap terkejut pemandangan di dalam. Apalagi saat tatapannya beralih ke Lula yang tampak kusut membuat Laki-laki itu menghampiri Lula.

The Best MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang