Bab 2

36.9K 1.4K 7
                                    

Hari sudah semakin siang saja, jalanan juga sudah mulai cukup ramai oleh para pengendara motor maupun mobil. Berlalu lalang sana-sini, selip sana selip sini sudah sering dilihat dan dirasakan demi mendapatkan jalan untuk sampai tujuan.

Ya, contohnya saja Lula wanita itu kini sedang duduk di dalam taksi dengan raut cemasnya. Pasalnya ia hampir telat beberapa menit untuk sampai di tempat kerjanya. Dasar emang selalu sial, pasti aja kejebak macet saat sedang buru-buru.

Adiknya pun sama halnya, bisa Lula lihat dari sisi kirinya adiknya itu terlihat kesal begitu juga dengan teman yang memboncengnya. Padahal kedua cowok itu naik sepeda motor, tapi emang dasarnya lagi macet enggak ketulungan motor pun enggak bisa gerak. Lula membuka kaca taksi ingin bertanya pada adiknya itu.

"ZRA!!"

Ucap Lula sedikit berteriak karena bisingnya suara kendaraan dan tak lupa juga beserta asap semerbak dimana-mana. Ezra, adik Lula mencari asal suara yang memanggilnya. Begitu sedikit ia kenal dengan suara itu. Ezra pikir seperti kakaknya, tapi mana mungkin mengingat kakaknya itu sudah berangkat duluan daripada dirinya.

"ZRA!! DISINI, KANAN!"

Akhirnya wanita itu berteriak juga, adik kesangannya itu terlihat celingak-celinguk mencari suaranya. Mungkin. Baru saja Lula akan teriak lagi Ezra sudah terlebih dulu melihat ke arah Lula dengan ekspresi bingungnya. Kenapa pula kakaknya masih di situ.

"Lho! Kak, kok ada disini? Bukanya tadi udah berangkat?" Tanya Ezra heran.

Lula menggeleng pelan. "Macet, Zra!! Itu liat kamu juga masih disini, gak bisa maju mundur kan?"

"Iya nih! Jadi telat banget. Kak, udah tutup jendelanya asap dimana-mana. Pake masker juga!" Kata Ezra.

Temannya yang sedari tadi tidak tahu Ezra sedang mengobrol akhirnya menyadari juga. Karena suara Ezra yang cukup keras membuat cowok itu menoleh dan menemukan Lula.

"Lha! Itu kakak elo kan, Zra? Kok masih disini?" Tanya teman Ezra.

Ezra segera kembali menoleh kedepan mendengar temannya bertanya. Ezra mengedikkan bahunya. "Tau dah! Kasian banget Lily gue kejebak macet. Di jalan sini ada alternatif gak sih?"

Cowok itu terkekeh mendengar kekhawatiran sahabat ampeg-nya. "Udah macem suaminya aja, lo. Ada sih, tapi lumayan tuh agak jauh. Mau?"

Ezra mengangguk. Masa bodoh lah sama komentar sahabatnya ini. Yang terpenting Ezra bisa terbebas dari kemacetan ini. "Ayok dah! Eh tapi nanti kakak gue gimana, Dib? Khawatir gue lama-lama, macet parah nih. Ada temen lain gak?"

Diba--nama sahabat Ezra mengernyit bingung. Lha! Kenapa lagi sama kakaknya? Hoy, ini kok temennya macem suami protectif amat sih.

"Ada, di perempatan jalan. Ajak aja kakak lo."

Ezra mengangguk dan segera turun dari motor lalu mengampiri taksi disebelah kananya. Cowok itu mengetuk-ngetuk kaca taksi. Seketika Lula menoleh dan menaikkan alisnya bingung.

"Apa? Kamu kok bau asap gitu, sih?" Tanya Lula setelah membuka kaca jendela taksi.

"Macet parah kak. Berangkat bareng Ezra aja, ayo! Nunggu mah gak ngejamin."

"Nanti kakak naik apa? Terus sama siapa? Tapi jalan bareng-bareng juga gak apa-apa."

Cowok itu menggeleng cepat mengingat kakaknya... "Enggak ada acara jalan-jalan segala! Naik motor, ayok."

Lula mengangguk dan keluar dari taksi itu, tak lupa juga membayar ongkosnya. Ezra menggiring kakaknya itu ke pinggir jalan diikuti Diba dengan motornya.

The Best MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang