Bab 6

18.9K 815 5
                                    

Deringan ponsel menandakan pesan masuk di handphone milik wanita yang tengah sibuk melamun. Tak begitu terdengar karena jaraknya sekitar 1 meter dari wanita itu duduk. Sang mama yang sejak tadi berdiri didepan pintu memperhatikan putrinya yang begitu aneh, sampai deringan kecil dari handphone yang berada di meja tak jauh darinya membuatnya menghampiri handphone itu.

Satu pesan masuk dan tertera nama si pengirim pesan itu dalam bentuk sms, Divera. Tapi karena layarnya tidak di capslock sang mama jadi bisa langsung melihat isi pesan itu. Bukannya tidak sopan, siapa tau ada hal yang sangat penting mengingat Lula sekarang tak begitu memperdulikan benda yang bernama handphone itu. Setelah terbuka, bukan nama Vera saja yang mengirimi sms tetapi beberapa laki-laki yang tak dikenal sebelumnya. Kecuali sih pak bosnya Lula. Tak memperdulikan, Diana--sang mama itu langsung saja membuka sms singkat dari Vera.

Divera A: Mbak, dimana sekarang? Pak bos udah nunggu.

Nesa mengernyit dan langsung menoleh. Tetapi Nesa terkejut karena mendapati Lula sudah berada di sampingnya dengan ekspresi bingung.

"Eh! Itu teman kamu sms. Maaf mama lancang, mama takut ada hal pen--"

Lula langsung menyela, "Gapapa, ma. Mama kayak gak tau Lula aja. Ezra mana? Aku tunggu kok lama, katanya dia mau anter aku."

"Lho! Bukannya kamu gak mau. Ezra udah berangkat tad--bentar mama telepon itu anak!"

Lula mengangguk dan berlalu untuk mengambil tas dan beberapa berkas untuk ia bawa. Sebentar, Lula perhatikan Nesa yang tampak marah-marah kepada seseorang di sebrang telepon yang ia yakini adalah adiknya.

"....Iya kamu dimana? Ini lho kakak kamu kenapa ditinggal? Cepet balik lagi!"

"......."

"Iya! Yaudah mama tunggu,"

Itulah percakapan sekilas yang Lula dengarkan. Padahal sebenarnya Lula bisa saja berangkat sendiri, tetapi mamanya ini sangat bawel. Kasian juga adiknya yang mungkin saja tadi sudah sampai di sekolahnya dan harus balik lagi untuk menjemputnya, dan itu karena Lula.

"Ma, Lula berangkat sendiri aja. Kasian Ezra harus bulak-balik, dia kan nanti terlambat." Kata Lula dengan tatapan memohonnya.

Nesa yang mengerti akan tatapan itu menggeleng. "Udah kamu tunggu aja! Sekali-sekali gak apa-apa begitu."

Dalam hati Lula berteriak tidak setuju. Sekali-sekali? NO! Ezra terlambat hampir setiap hari dan kali ini kejadian itu tidak boleh terulang lagi. Lula jadi kepikiran tentang bagaimana nasib nilai Ezra yang pasti akan menurun. Ezra pernah bilang--bukan maksudnya keceplosan kalau dia pengen terusin pendidikannya ke UGM dan artinya Ezra harus punya nilai yang besar untuk masuk kesitu.

"Ma, bilang Ezra jangan balik lagi. Kasian ma, dia nanti nilainya turun gara-gara terlambat terus!"

Nesa menghela napas pasrah dan langsung mengambil handphone nya lagi untuk menghubungi Ezra. "Kamu jangan balik lagi, Zra. Kakakmu keras kepala gak mau di anter....iya udah...sekolah yang bener!"

Oke, kalau kayak gini kan jadi lega dan gak ada pikiran lagi. Eh kata siapa? Tentu aja ada. Lula mengecek handphone nya dan melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 07.20 yang pantesan aja Vera sms dan pak bos pasti akan mengomelinya habis-habisan lagi. Lula buru-buru berpamitan kepada Nesa dan langsung memesan taksi yang untungnya lagi disekitaran sini alhasil Lula tanpa harus menunggu lama lagi.

◆◆◆◆◆

Menghela napas itulah yang dilakukannya sejak tadi. Kantor hari ini begitu cukup ramai dan hampir tak terkendali jika saja bos besar tidak turun langsung. Akibatnya juga Lula jadi harus menunggu beberapa menit.

The Best MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang