Hujan menemani sang malam. Hawa dingin terus menyeruak dimana-mana membuat banyak orang yang kala itu tengah berada di antara hujan berlari mencari perlindungan. Malam ini sangat berbeda. Biasanya orang akan lebih banyak diam dirumah ketika hujan, tetapi kali ini memilih menikmati hujan itu di sebuah Restoran.
Sebuah ide hinggap di pikiran Arga ketika melewati Restoran dengan gaya gaul dan kekinian. Arga pikir, Lula pasti lapar. Ah, sepertinya Arga juga. Suara memalukan dari perutnya berbunyi tanpa izin. Lula yang berada di sampingnya tertawa dan menepuk bahu Arga.
Arga mendesis tak suka. "Hentikan. Aku sedang tidak melucu,"
Lula tak peduli dan terus tertawa. "Iya, enggak. Tapi perut Mas yang membuktikan!"
Laju mobil pun melambat lalu memasuki sebuah parkiran Resto. Lula tersenyum meledek ketika sadar bahwa laki-laki disampingnya membawanya ke Resto yang menurutnya cocok untuk didatangi oleh dirinya dan sebayanya dibanding laki-laki itu.
Seorang pramusaji wanita mendatangi meja mereka. Pramusaji itu tersenyum, lebih tepatnya kepada laki-laki didepannya yang tengah memilih makanan. Tetapi sang empu malah cuek bebek seolah pelayan itu hanyalah patung yang kebetulan bergerak. Well! Itu kejam.
"Saya pesan..."
Lula membuang muka kesegala arah. Tak peduli dengan kedua orang itu. Lapar yang sebenarnya sedari tadi di sembunyikan sudah hilang entah kemana digantikan kekesalan. Pramusaji itu terus saja memandangi Arga dan melupakan tamu yang berada di depan laki-laki itu ketika Lula melihat lewat ekor matanya. Sebuah cibiran Lula lontarkan meski tak begitu terdengar hingga matanya melihat seseorang, ralat dua orang berada di ambang pintu masuk Resto ini.
Ezra, bersama seorang gadis imut. Lula jadi penasaran, sejak kapan adiknya itu dekat dengan seorang gadis? Bahkan kalau ditanya tentang itu, Ezra selalu acuh dan selalu mengganti topik pembicaraan.
Tapi liat, kali ini tanpa disangka-sangka adiknya itu ngajak ngedate gadis imut itu. Lula tertawa dalam hati. ABG labil emang susah ditebak, bilang itu dalam hatinya ini.
"Mbak mau pesan apa?" Tanya pramusaji itu ketus.
Lula tersentak, tangannya mengambil daftar menu. Lula tampak memilih, namun pramusaji itu mengatakan sesuatu yang membuatnya tercengang.
"Mas, kalo ngedate jangan sama orang yang pendiem. Diem-diem tapi matanya malah lihat yang cling, padahal si Mas nya lebih ganteng gitu!"
Lula menatap pelayan itu dan Arga begantian. Pelayan itu tampak menyeringai dan tatapannya seolah sedang mengejek Lula. Lalu laki-laki dihadapannya juga malah tertawa kecil sambil mengangguk membenarkan ucapan pramusaji kurang sopan itu.
Lula berdecak kesal, daftar menu itu ia lemparkan kemeja. "Gak jadi pesan apa-apa!!"
Pelayan bername-tag Adia Sofia mengangguk lalu pergi dari hadapan Lula juga Arga. Lula berdiri dari tempat duduknya dengan gusar membuat Arga menatap kearahnya.
"Mau kemana? Sudah duduk dulu. Jangan didengarkan, nyatanya semua itu kebalikannya," ucap Arga santai.
"Terserah lah! Disini yang seharusnya makan nasi, tapi malah makan hati!"
Arga tertawa. "Sudah, mending sekarang kamu ikut makan. Mas sudah pesan makanan banyak."
"Aku ke toilet dulu. Mas makan aja sendiri, aku gak laper!"
Lula pun pergi meninggalkan Arga sendirian dimejanya. Sebenarnya tujuannya ke toilet bukan untuk apa-apa. Lula cuma pengen nenangin hatinya. Gara-gara pramusaji itu hatinya jadi semakin bertambah kesal. Kalau boleh, rasanya Lula pengen bakar Resto itu beserta pramusajinya. Tapi, siapa dia? Bukannya puas tapi malah na'as. Yang ada masuk penjara gara-gara bakar Resto.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Mommy
Romance(SELESAI) Note : DILARANG KERAS MENGCOPY/MENJIPLAK KARYA INI. KARENA APABILA MELANGGAR MAKA AKAN TERKENA SANKSI! Hidup sendirian di saat hamil muda memang begitu menyedihkan. Belum lagi saat melalui proses kebiasaan ibu hamil, seperti morning sickne...