Arga terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Entah apa yang ada di pikiran laki-laki itu, bisa-bisanya mengendarai mobil tanpa memikirkan keselamatan. Beberapa orang memekik takut ketika melihat laju mobil yang melewati batas itu. Untung saja jalanan siang hari lumayan lengang, hingga Arga dengan leluasanya manambah kecepatan.
Memikirkan keselamatan sendiri sepertinya sudah lupa, yang ada di pikirannya saat ini bagaimana ia bisa cepat sampai di rumah sakit. Kepanikannya semakin menjadi ketika deringan handphone di samping kemudi menampilkan nama sang Mama. Bahkan ketika deringan itu sudah berhenti, ada beberapa pesan masuk dari Helmi.
Semakin gelisah lah Arga. Tak urung ia terus merapalkan doa-doa entah untuk apa maksudnya. Sungguh, bayangan wanita itu ketika tersenyum terus terngiang.
Mobil Arga pun memasuki pelataran Rumah Sakit, lalu mobil itu berhenti di sebuah basemen. Arga keluar dari mobil dan langsung berlari memasuki lift. Lift seakan berjalan dengan lambat, laki-laki itu terus menoleh ke arah angka yang terdapat di atas pintu berharap ia cepat sampai.
Secara tidak sengaja, seorang wanita yang Arga kenal memasuki lift yang sama. Wanita itu menoleh sebentar, tetapi tak ada niatan menyapa Arga.
"Ehm, maaf!" Ucap Arga ragu.
Wanita itu menoleh kembali dan dahinya berkerut bingung. "Saya?"
Arga menangguk. "Iya, apa boleh saya tahu di mana ruangan Alula?" Tanyanya.
"Alula? Alula siapa?" Wanita itu berbalik tanya.
Arga merutuki kebodohannya yang lupa bahwa tidak mungkin wanita itu mengenalinya. "Ah ya, sebelumnya perkenalkan saya Arga--"
Tiba-tiba raut wajah wanita itu berubah panik. "Arga? Kamu benar yang namanya Arga? Alula sekarang berada di ruang persalinan VIP nomor 124. Saya harap kamu cepat ke sana!"
Eh?
Tanpa memikirkan apapun lagi, Arga segera keluat dari lift setelah wanita itu memberitahukan dimana ruangan Lula. Laki-laki itu berharap belum terlambat.
Arga menyusuri lorong rumah sakit. Beberapakali ia berpapasan mulai dari wanita hamil sampai wanita yang sedang menggendong bayi. Bahkan Arga sempat menahan napas ketika tidak di sengaja ada beberapa suster sedang mendorong brankar berisi seorang ibu hamil yang sepertinya akan melahirkan.
Tidak mungkin, wanita itu bilang dia ada di ruang persalinan.. yakin Arga dalam hati.
Laki-laki itu kembali menyusuri lorong. Matanya satu-persatu memperhatikan setiap ruangan yang ia lewati, hingga akhirnya ia bisa melihat dengan jelas beberapa meter di hadapannya semua keluarga wanitanya tengah berkumpul di depan sebuah ruangan. Wajah mereka menyiratkan ketegangan dan entah bagaimana bisa, kedua mata Arga menangkap sosok laki-laki yang menjadi saingannya itu.
"Nak, Arga?" Ibu-ibu berumur 40 tahunan itu tersenyum melihat kedatangan Arga, padahal tadi wajahnya begitu tegang.
Arga membalasnya tersenyum. "Maaf, Arga terlambat da--" ucapnya terpotong.
Nesa menggeleng cepat. "Belum, belum terlambat. Ula sedang di tangani oleh dokter Feyta. Ibu khawatir Nak Arga,"
Arga terdiam di tempatnya, tatapanya beralih pada pintu kaca di samping kirinya hingga menatapnya lama. Samar-samar laki-laki itu melihat ada sosok wanita ber-jas putih hendak membuka pintu dari dalam ruangan di sampingnya.
"Dengan keluarga Ibu Alula?"
Laki-laki paruh baya yang sedaru tadi duduk berdiri dari tempatnya dan menghampiri wanita itu yang berprofesi sebagai dokter. Semua keluarga yang sedari tadi menunggu ikut bergabung dengan menghampiri dokter cantik itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Mommy
Romance(SELESAI) Note : DILARANG KERAS MENGCOPY/MENJIPLAK KARYA INI. KARENA APABILA MELANGGAR MAKA AKAN TERKENA SANKSI! Hidup sendirian di saat hamil muda memang begitu menyedihkan. Belum lagi saat melalui proses kebiasaan ibu hamil, seperti morning sickne...