Bab 4

22.1K 987 14
                                    

Cahaya matahari masuk menerobos celah-celah gorden yang sedikit membuka. Sehingga cahaya itu menyinari tepat pada laki-laki yang sedang tertidur pulas.

Merasa terganggu dan tidak terbiasa, laki-laki itu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Belum lama ia merasa nyaman terhindar dari sinar itu, deringan telpon menuntutnya untuk bangun. Sumpah serapah ia lontarkan akibat kesal.

"Hm, apa?" Tanya laki-laki itu pada seseorang di sebrang telpon.

"Jangan bilang lu masih tidur? Ah, payah lu bro! Ini udah jam berapa? Dua puluh menit lagi meeting mulai! Lu kalau kayak gini terus gue potong juga gaji lu jadi seperempat!!"

Sontak laki-laki itu membuka kelopak matanya dan melotot melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 9.40 WIB. Gawat! Senyenyak itukah tidurnya sampai ia harus terbangun siang. Sang bos pun sepertinya sedikit lagi akan meledak jika ia masih terus diam.

"Halo! oke fix gaji lu gue po--"

"Jangan Ren! Ini gue lagi pake...sepatu! Iya pake sepatu. Lima menit gue sampe,"

Dengan gerak cepat laki-laki itu masuk ke kamar mandi. No! Laki-laki itu tak akan mandi jika sudah kepepet begini dan ia hanya akan menggosok gigi dan cucui muka saja.

Persetan dengan bau, laki-laki yang kini sudah menginjak usia hampir kepala tiga ini pasti mempunyai cara untuk mengatasinya yaitu dengan menyemprotkan parfum dengan banyak ke bajunya.

Dan yah, akibat terlalu banyak menyemprotkan parfum orang yang melewati dirinya menutup hidung. Bukan karena bau, tetapi parfum itu sangat menyengat. Bayangkan aja, hampir setengah botol parfum habis.

Tak ayal dengan karyawan yang seharusnya memberikan hormat malah menjauh, bahkan sang sekretaris baru boss nya itu pingsan ditempat. Haduh! Bisa gawat ini.

Laki-laki itu menghampiri si sekretaris dengan perasaan takut. Ini salahnya! Ya, ini akibat karena tidak mandi. Tapi masa iya segitu baunya kalau ia tidak mandi? Lagian kan ia tidak jorok. Dan berarti ini gara-gara si boss yang memburu-burunya. Ini patut dimintai pertanggung jawaban.

"REN! REN KELUAR! AH POKOKNYA SIAPAPUN DEH YANG LAGI DILANTAI INI TOLONG!"

Teriakan laki-laki begitu sangat nyaring, karyawan yang sedang fokus pada pekerjaan pun langsung menghampiri dan ruangan bossnya yang kedap suara itu pun suaranya bisa terdengar keras malah.

Para karyawan mulai berkumpul dan menatap sang tangan kanan bossnya itu dengan tatapan intimidasi. Merasa ditatap aneh, laki-laki itu menatap sinis.

"Cepet panggil ambulance! Bukannya malah liatin saya!" Ucapnya.

Lalu beberapa karyawan laki-laki mulai menghubungi mobil ambulance. Tak berapa lama boss mereka keluar dan terkejut melihat para karyawannya berkumpul. Tatapannya beralih begitu bisikan terdengar dari mereka.

"Ada apa ini? Ga, Lula kenapa? Kamu apain tadi, hah? Dan ini bau apa sih?" Tanya sang boss.

Semua karyawan mulai meneguk ludahnya takut. Dan untung saja rekan kerja mereka yang bertugas memanggil ambulance datang beserta pekerjanya dan artinya mereka selamat atas kemarahan sang boss.

Lula segera dibawa kerumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Sang boss tak habis pikir dengan kejadian ini. Acara rapat pun harus di cancel dan untung saja tidak terlalu penting.

Karyawan-karyawan yang sempat berkumpul sudah kembali ke kubikel masing-masing dan melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda. Boss beserta laki-laki itu masuk ke ruang pimpinan.

"Jelasin kejadian tadi!" Sang boss mulai berbicara dan menuntut penjelasan.

Laki-laki yang bernama lengkap Arga Aditia Pramada itu menghela napas kasar. "Sori Ren! Gue tadi kebanyakan make parfum dan sekretaris baru lo pingsan gitu aja. Gue panik dan ini gara-gara lo, Ren!"

The Best MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang