Bab 3

29K 1.1K 17
                                    

Weekend telah tiba, dan saatnya untuk berpuas-puas dirumah atau pergi shopping dengan teman-teman. Tapi, itu bukan kebiasaan Lula. Wanita itu malah memilih mengunjungi rumah orang tuanya. Selain karena kangen, Lula juga lagi pengen banget di masakin opor ayam secara langsung.

Well! Lula ini memang menyusahkan saja, tapi karena sang mama juga tidak keberatan yasudah akhirnya akan dibuatkan. Air liur Lula hampir saja mau menetes begitu membayangkan opor ayam yang sangat lezat.

Untung saja ingatannya kembali fokus pada perjalanan, akhirnya bisa ditahan deh. Lula menyetir sendiri mobil kesayangannya yang jarang dipakai. Ya! Gegara adiknya itu Lula tidak boleh menyetir mobil sendiri lagi. Dengan alasan yang dibuat-buat, kalau adiknya itu tak sengaja melihat Lula akan menabrak bebek.

Ya'ampun. Alasan macam apa itu? Lula tidak habis pikir. Maka-nya sekarang setiap berangkat atau pulang kerja Lula selalu dipesankan taksi oleh adiknya. Nah, kan! Makin nyebelin aja adiknya ini. Lula jadi merasa diragukan kemampuan menyetirnya, padahal kan dulu ia sering balapan bersama teman-temannya dan itu sama sekali tidak diketahui oleh orang tuanya maupun adiknya. Sekarang Lula bantah alasan itu dan akhirnya diizinkan.

Tak terasa ia sudah sampai di depan gerbang rumah yang terlihat sejuk itu. Bahkan ia sendiri sudah lupa kalau tanaman yang dulu ia tanam di samping rumah sudah berbunga. Akibat jarang pulang kan begini, hal terkecil saja bisa lupa.

Seorang satpam membukakan pintu gerbang, Lula keluar dari mobil lalu menyerahkan mobilnya pada satpam itu untuk dimasukkan ke garasi.

"Makasih, pak Harun!" Ucap Lula pada satpam itu.

Pak Harun sendiri mengangguk dan segera melaksanakan perintah Lula. Pak Harun sudah lama bekerja di rumah orang tuanya, jadi pak Harun selalu tau bagaimana Lula. Begitu juga dengan bu Padmi--pembantu rumah tangga yang dulu selalu merawat Lula dari kecil sampai besar.

Mereka memanggil pak Harun dan bu Padmi tanpa embel-ember nyinggung pekerjaan karena mereka menghormati. Selain itu juga, mereka selalu merasa tenang bila ada orang yang sedikit lebih tua. Jadi intinya merasa terlindungi.

Lula, wanita itu masuk kerumah dan betapa terkejutnya melihat rumahnya begitu ramai. Tante, om, kakek, nenek, keponakan, bang Gilang, bang Helmi, mbak Trisa, bahkan mertuanya juga ada. Ini surprise!! Hebat banget malah. Begitu Lula datang disambut dengan keluarga besarnya. Apalagi jantung Lula hampir copot, ketika mendengar teriakan keponakan favoritenya memanggil namanya dan langsung memeluk Lula.

"Mama Ula kangeeenn...."

Dan saat itu juga semua keluarganya mengalihkan pandangannya ke Lula. Mereka semua tampak senang. Refleks Lula jadi senyum sopan.

"Ula?? Kebetulan banget kamu datang, La sinii duduk!" Ucap tante-tante berlipstik merah darah.

Lula mengangguk lalu menuntun keponakannnya untuk duduk di sebelah tante-tante itu. Tapi sebelum itu Lula menyalami mereka semua terutama sang mertua. "Ada acara apa ya, tan? Kok rame sih!" Tanya Lula.

"Lha! Kamu gak tau La? Mama kamu gak bilang? Ini lho mama mertua kamu mau omongin tujuh bulanan nanti. Ya karena kami penasaran, jadi kami datang deh."

Lula mengernyit dan langsung memandang mama beserta papa mertuanya dengan bingung. "Iya nak Lula. Mama ini lho mau rayain acara tujuh bulanan. Secara kan mama baru banget punya cucu, ya meskipun masih lama," kata mama mertua Lula dengan binar bahagianya.

"Ya'ampun ma, itu mah nanti aja. Tapi jujur aja sih ma, Lula juga seneng mama mau adain acara itu. Tapi, dia masih kecil dan memerlukan beberapa bulan lagi. Ma--" tiba-tiba air mata Lula jatuh yang sedari tadi ia tahan.

The Best MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang