Bab 21

9.8K 438 6
                                    

Keesokan harinya keadaan masih seperti kemarin, ramai dan tentu saja itu karena mereka sekalian liburan di akhir pekan. Kebetulan di ruang tamu itu sedang berkumpulnya para keluarga mau dari keluarga Lula maupun keluarga mertuanya.

Canda, tawa dan kebahagiaan hadir diantara mereka semua. Apalagi saat mengingat aksi konyol seorang laki-laki dewasa yang baru mereka kenali setelah Lula memperkenalkannya.

Dengan santai laki-laki itu memanggil semua orang yang berada dirumah dan tiba-tiba berjoget bak penari profesional. Awalnya mereka semua bingung dengan tingkah konyol tiba-tiba itu, tetapi setelah Lula membisikkan apa yang dilakukan laki-laki itu barulah mereka tertawa terbahak. Bahkan sampai ada yang menangis dan sakit perut karena tidak tahan dengan lucunya aksi kemarin.

Arga-laki-laki itu merasa sangat tidak tahu ada apa dengan dirinya hingga menuruti perkataan Lula. Ingin menolaknya tetapi ia merasa sangat takut. Apalagi saat melihat binar permohonan yang Arga lihat dikedua bola mata Lula. Maka dari itulah ia melakukan semua ini, aksi konyol yang takkan pernah Arga lupakan. Demi apapun itu, jika boleh memilih Arga lebih memilih bekerja selama seminggu tanpa henti daripada mempermalukan dirinya. Apalah daya kekuatan cinta lebih besar yang menuntunnya dari sisi rasa penolakan.

Oh iya! Adakah orang lain yang melihat aksinya itu? Maksudnya orang yang sangat akrab dengan Arga. Kalau iya, Arga harap orang itu akan diam dan tidak membicarakannya. Akan jatuh harga dirinya saat orang lain tau. Dan ini lagi-lagi karena kekuatan cinta dari Lula.

Semua orang masih mengingatnya. Seperti itulah apa yang sedang mereka pikirkan. Lula sebenarnya merasa sangat tidak enak hati pada Arga. Bahkan Arga pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada dirinya. Yang lebih parahnya Lula tidak sempat mengucapkan permintaan maaf. Lalu, apakah sekarang Arga marah padanya? Dan mungkin sangat marah? Bahkan Lula tidak memikirkan akibat lainnya setelah meminta permintaan konyol dan memalukan itu.

Semua keluarga masih bersenda-gurau meski kali ini topik pembicaraannya berganti. Dalam duduknya, Lula tampak gelisah. Apa yang harus dilakukannya? Kenapa ia sangat bodoh sekali sih? Arga itu orang penting. Tentu Arga akan sangat malu terlebih Arga selalu terlihat dingin dan pembawaannya yang wibawa di depan semua orang. Lalu kemarin? Hah! Habis sudah.

Lula beranjak dari duduknya dengan tergesa-gesa hingga semua keluarga langsung menatap kearahnya dengan bingung. Lula tak memperdulikan itu, yang terpenting adalah bagaimana caranya agar Lula bisa meminta maaf pada Arga.

"Kak!" Panggil seseorang.

Lula sontak menoleh kebelakang. Oh, Ezra memanggilnya ternyata.

"Aku bawa sesuatu, liat!" Ucap Ezra sambil mengibaskan amplop putih ditangannya.

Lula dan semua keluarga mengernyit bingung bertanya-tanya apa amplop itu. Ezra menghampiri Lula dengan senyum lebarnya.

"Ini.."

Lula mengambil amplop putih itu ditangan Ezra dan membalikkannya untuk melihat dari mana amplop itu datang. Sejenak Lula terpaku ketika nama Universitas terkenal yang menjadi tulisan depan di amplop itu.

Stanford University

Begitulah kira-kira nama universitas yang tentu Lula sangat ketahui dengan dicetak huruf tebal. Tanpa pikir panjang Lula langsung membuka surat yang berada didalam amplop itu dan membacanya dalam diam.

Kedua bola mata Lula seketika melebar setelah mengetahui apa maksud datangnya amplop itu. Ezra, adik kesayangannya di terima di Universitas Stanford.

Lula menatap tajam Ezra. "Kamu! Ini..."

"Iya kak, aku diterima di sana. Sebenernya sih aku cuma iseng nyoba daftar, eh ternyata diterima beneran."

Semua keluarga menggeleng tak percaya, bahkan Nesa sang Mama tentu saja terkejut mendengar hal itu. Nesa mendekati putra bungsunya dan tanpa disangka menjewer kuping Ezra.

The Best MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang