Multimedia di atas waktu Troye Sivan masih berumur 9 atau 10 tahun. Lagunya enak banget. Apa lagi suaranya.
***
#VALEPOV
"Apaaaaa!", aku berdiri dari duduk ku. Sumpah! Kabar yang baru saja aku dengar dari mulut Rania sungguh membuat jantung seperti scout jump di dalam sana.
"Kok bisa?", tanyaku lembut, aku kembali memposisikan diriku duduk di sebelah Rania.
Aku sedang berada di rumah saat ini, dia memintaku untuk menemaninya dirumah, ada hal peting yang mau dia bicarakan padaku.
"Ya mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi", ucap Rania santai seakan ini bukan masalah yang besar.
"Trus kamu sudah bicarakan hal ini sama Videl? Respon dia bagaimana? Dia mau tanggung jawabkan?", Rania hanya melongo melihat diriku yang menyerangnya dengan berbagai pertanyaan.
"Satu-satu tanyanya Val!", Rania mendengus.
"Bukan Videl ayah dari bayi yang ada di kandunganku", tambah Rania.
"Hah?"
"Aku selalu menggunakan kondom kalau berhubungan sama anak itu", ujar Rania santai.
"Lah trus siapa?", sungguh aku tidak mengerti sama sahabatku ini.
Rania menoleh ke arahku, mukanya terlihat santai tanpa sedikitpun kepanikan atau ketakutan di garis mukanya.
"Andre".
'Deg'
Jantungku seakan berhenti bekerja, mulutku hanya menganga tidak percaya. Rania memegang kedua pipiku.
"Ini anak Andre", ucap Rania lembut.
"Kamuu.. Tidak sedang bercandakan?", tanyaku. Rania melepaskan pipiku lalu berdiri.
"Kamu bikin aku akan bercanda mengenai hal seserius ini?"
"Trus bagaimana dengan Videl?", aku sungguh merasa kasihan dengan anak itu, pasalnya yang aku ketahui, Videl sangatlah mencintai Rania.
"Videl belum tahu apa-apa, lagian aku tidak ada sedikitpun niat untuk meminta Andre untuk bertanggung jawab", Rania mengucapkan hal itu seakan tidak ada beban yang menimpanya.
"Maksud kamu? Kamu mau gugurin gitu?", aku makin tidak mengerti jalan pemikiran sahabatku yang satu ini.
'Plak'
"Aduuuhhh", Rania menggeplak kepalaku kencang.
"Kamu kalau ngomong itu saring dulu", Rania mendegus.
"Kandunganku sudah berusia 3 bulan hampir 4 bulan, menurut kamu, ada niatku untuk aborsi?", lanjut Rania. Dia merebahkan dirinya di kasur. Menutup kedua matanya, seakan sedang berfikir.
"Aku akan resign dari kantor, trus pindah ke pedalaman, tinggal disana sampai aku melahirkan kelak, tidak mungkin aku membiarkan perutku membuncit disini, apa kata orang nanti?", mata Rania masih tertutup saat mengucapkan hal itu. Seakan-akan dia tengah berangan-angan.
"Kamu yakin?", tanyaku. Aku ikut merebahkan diriku di sebelah Rania.
"100%", jawab Rania singkat, ku lirik Rania sejenak, dia tersenyum.
"Aku ikut", ucapku mantap.
"Kamu bilang apa?", Rania bangkit dari posisinya.
"I said, aku ikut", aku juga bangkit sari posisi rebahanku.
"Tida..", aku mengatup mulut Rania dengan telapak tangan kananku.
"Remember? Sahabat sampai mati", aku tersenyum kearahnya.
Mata Rania berkaca-kaca.
'Bugh'
Dalam sekejap, Rania langsung memeluk diriku erat. Tangis Rania lepas di dadaku.
***
#ANDREPOV
Saya hanya bisa menundukkan kepala saat mendengar perkataan Vale.
Angga seakan tidak percaya mendengar hal itu."Kamu bagaimana sih ndre?!", tanya Angga dengan intonasi marah.
"Dia yang meminta saya untuk mengeluarkannya di dalam, saya pikir dia lagi dalam masa tidak subur jadi saya lakukan apa yang jadi kemauan dia", saya membalas perkataan Angga dengan intonasi suara yang sama.
Bagus lah saat ini cuma kami bertiga yang sedang berada di rumah, Febi sedang menginap di rumah sahabatnya bersama anak saya.
"Goblook memang kamu", teriak Angga.
"Sudah terjadi, saya mau bagaimana lagi! Hah?!" , emosi saya terpancing.
"Cukuuuup!", teriak Vale, dia memposisikan dirinya di tengah-tengah saya dan Angga.
"Kan aku sudah jelasin semunya, bagian mana yang kalian tidak mengerti sih?", emosiku seketika lenyap mendengar lembutnya suara Vale.
"Bagian kamu mau menemani Rania di pedalaman!", teriak Angga penuh penekanan.
"Dia sahabat aku, dalam keadaannya yang seperti ini aku harus support dia", ucap Vale.
Saya tidak tau mau berkata apa lagi, karna sudah jelas ini kesalahan saya. Angga pun sepertinya tidak bisa berkata apa-apa lagi mengenai keputusan Vale.
"Aku harap kalian berdua mengerti, aku cuma menemaninya sampai melahirkan, trus kita berdua bakalan kembali lagi ke kota ini", Vale masih berucap dengan lembut.
"Trus rencananya kalian mau ke pedalaman mana?", Angga menghempaskan dirinya di sofa.
"Tidak tahu juga sih, aku kan ikut aja kemana Rania pergi", saya dan Angga menepok jidat kami hampir bersamaan mendengar ucapan polos 'istri' kami ini.
"Begini saja, nanti saya ngomong sama Rania perihal ini. Saya dan Angga punya sepupu laki-laki yang tinggal di pedalaman Ilaga, kalian berdua nanti tinggal di sana saja, nanti saya hubungi sepupu saya itu perihal ini, bagaimanapun anak yang di kandung Rania adalah anak kandung saya", ucapku memberi solusi yang terbaik ketimbang Vale dan Rania pergi ke pedalaman yang tidak jelas. Bahaya.
"Oh si Junior? Nah solusi yang bagus ndre", Angga menimpali ucapanku.
"Iya si Junior, lagian dia juga tinggal sendiri di sana pasca orang tuanya meninggal", tambahku.
Mungkin ini satu-satunya solusi yang paling bagus saat ini, biarlah saya berterima kasih pada Rania nantinya karna tidak meminta pertanggung jawaban atas hal ini. Bisa-bisa akan terjadi perang dunia ke-3 dirumah ini nantinya jika Feby mengetahui hal ini.
Junior anak yang baik, pekerja keras. Saya yakin dia bisa menjaga Vale dan Rania di sana nantinya.
***
#BERSAMBUNG
Typo bertaburan di mana-mana.
Maaf yaa baru update, baru dapat ide lagi soalnya XD

KAMU SEDANG MEMBACA
THEY (BxB)
Short StoryHomophobic silahkan keluar! Cerita ini mengandung konten dewasa yang VULGAR! #SINOPSIS Vale Lukyanova, paska di usir kedua orang tuanya karna mengakui kalau dirinya gay. Dia pun memutuskan untuk memulai kehidupannya yang baru di kota baru, suasana y...