Tragedi Cafe

210 6 0
                                    

"Btw kita mau kemana Lex?", tanyaku. "Kamu maunya kemana?", jawabnya. "Terserah kamu aja.", jawabku. "Nonton?", Alex menawariku untuk menonton. "Yaampun Alex, ini jam setengah enam. Bioskop mana yang sudah buka dipagi buta?", aku terkekeh. "Ohiya ya. Von, kamu kalo lagi ketawa tambah manis deh", kata Alex tangan kirinya membelai pipiku.

Mungkin sebentar lagi jantungku copot. "Ih apaan sih Lex", aku memalingkan wajahku dan menatap jalan. "Cie malu-malu. Jadi tambah manis plus cantik", katanya. "Alex pagi pagi udah gombal. Ngga lucu ah", jawabku

"Hahaha emang kenyataan kamu cantik kok, ini bukan sekedar gombal, Ivona", kata Alex. "Em ohiya ini kan hari minggu, kamu ngga ibadah?" , tanyaku berusaha mengalihkan pembicaraan. "Iya nanti ibadah, ini masih pagi", kata Alex.

Tibalah kita di cafe Society yang lokasinya berdekatan dengan GOR. "Sampai?", tanyaku. Alex hanya menaikkan alisnya kemudian kita memasuki cafe. Alex menggandeng tanganku dan kita terlihat seperti sepasang kekasih.

❤❤

"Mau pesan apa?", tanya Alex. Aku melihat menu dan gambar makanan yang ada di dinding cafe, tak disangka aku melihat seseorang yang sedang makan bersama, si cewe menyuapkan makan kepada si cowo dan ternyata si cowo itu adalah Agung. Seketika hatiku hancur berkeping-keping. Segitu teganya dia kepadaku? Aku tahu sekarang aku memang dekat dengan Alex, tapi aku menganggapnya tak lebih dari sekedar teman, akupun berusaha untuk tidak jatuh hati kepadanya demi menjaga cintaku pada Agung. "Hei! Kamu ngeliatin apa sih?", Alex mengibaskan tangannya didepan wajahku. "Pacarku, Lex", aku menunjuk kearah dimana Agung dan si cewe itu duduk. "Pacar kamu? Yang lagi berduaan itu?", tanya Alex. "Iya Lex, kamu tunggu disini", pintaku.

Aku menghampiri Agung dan si cewe itu. "Oh jadi ini kelakuan kamu di belakang aku?", tanyaku sambil bertepuk tangan. "Loh kok kamu ada disini Von?", jawabnya. "Itu bukan urusan kamu. Mulai detik ini kita PUTUS!". Aku segera beranjak pergi dan keluar dari cafe, air mata sudah tak dapat terbendung lagi. Alex pun mengekoriku keluar cafe lalu mengejarku dan menggengam pergelangan tanganku.

"Alex, aku ingin pulang", kataku sambil mengusap pipi yang ditetesi air mata. "Iya ayok pulang. Sebentar lagi aku harus ke rumah ibadah", Alex menyetujui kemudian membukakan pintu dan mobil lamborghininya meninggalkan ruang parkir cafe.

Selama perjalanan aku memilih untuk diam. Lagi-lagi sekelebatan bayangan Agung bersama si cewe itu melintas. "Sudah lah Von, lupakan saja", Alex mengawali pembicaraan. "Tidak semudah itu Alex", aku tetap menatap ke depan melihat suasana jalan. "Aku paham Von, yang sabar ya, Tuhan mematahkan hatimu, itu berarti Tuhan sayang sama kamu dan nggak mau ngebiarin kamu bertahan sama orang yang salah.", jelas Alex. Kali ini aku menatap serius wajahnya, sepertinya dia mengeluarkan kata-kata itu tulus dari hati yang paling dalam aku tidak pernah menyangka bahwa Alex bisa berkata seperti itu. "Kenapa? Baru tahu ya aku bisa ngomong kaya gitu?", Alex meringis. "Iya. Mario Teguh KW lu Lex", aku tersenyum. Kenapa setiap didekat Alex aku selalu merasa bahagia, mungkinkah ini yang dinamakan cinta?

BERSAMBUNG
Salam,🙏

My Junior High School StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang