Taken (2)

174 4 1
                                    

Saat aku membalikkan badan, ternyata Alex sudah berada dibelakangku.

"Ngapain kamu, Von?", tanya Alex. "Nyariin kamu.", jawabku. "Ada apa? Tumben", tanya Alex (lagi). "Eum.. Aku mau jawab pertanyaan kamu", jawabku sambil menatapnya.

"Syukurlah kamu udah punya jawaban. Terus apa jawabannya?", Alex memegang kedua pipiku dan menatapku. "Aku mau kok jadi pacar kamu", jawabku kemudian tersenyum pada Alex.

Tanpa disadari ternyata semua teman sekelas Alex memperhatikan kita. Akupun menjadi malu dan "Yaudah sih gitu aja. Aku balik kelas dulu ya", pamitku kepada Alex. "Eh tunggu. Nanti pulbar ya", kata Alex. "Oke", jawabku kemudian kembali ke kelas

❤❤

"Darimana aja lu? Udah mau masuk juga ngelayab aja", omel Bianca. "Kepo. Sirik aja lu", jawabku. "Dih belagu", jawab Bianca. Memang kita terlihat kasar tapi bukan berarti aku dan Bianca tidak bersahabat ya.

❤❤

Bel tanda pulang sekolah dibunyikan Pak Karso. Semua siswa berhamburan dan hanya kelasku yang belum bubar dikarenakan Bu Rini masih menjelaskan materi. Jika kita meminta untuk pulang, maka Bu Rini akan marah dan tidak mau mengajar kami lagi. Hatiku tak tenang karena memikirkan Alex yang mungkin sudah menungguku lama. Aku tahu menunggu itu tidak enak. Setelah 10 menit akhirnya Bu Rini membubarkan kelasku. Aku segera menuju gerbang untuk berjumpa dengan Alex.

"Hai, Lex. Maaf lama. Biasa, Bu Rini", kataku mencoba menjelaskan. "Iya gapapa kok", kata Alex. Aku dan Alex berjalan pulang melewati alun-alun. Ternyata disana ada Fatimah, teman sekelas Alex. Aku merasa canggung melewatinya karena hanya sedang berjalan berdua dengan Alex.

"Nggak usah nunduk gitu. Fatimah nggak ember kok.", kata Alex. "Hehe tapi malu aja", jawabku. "Malu kenapa? Aku jelek yah?", tanya Alex. "Iya jelek banget", jawabku sambil mendorong badan Alex. "Ih kamu mah jahat. Biarin jelek yang penting kamu suka.", kata Alex sambil mengacak-acak rambutku. "Cih GR", kataku. Seperti biasa, kita harus berpisah. Alex harus menaiki bus.

❤❤

Sesampainya dirumah, aku mendapati ayah dan ibu yang sedang duduk diruang tamu.

"Assalamualaikum", ucapku. "Waalaikumsalam", ucap ibu dan ayah bersamaan. "Eh sayangnya ibu sudah pulang. Capek ya nak?", tanya ibu. Aku segera melepaskan sepatu dan salim setelah itu duduk disebelah ayah dan ibu.

"Laper ya? Ganti baju gih. Kita makan diluar. Mba Okta daritadi dandan enggak selesai-selesai", kata ayah. "Makan diluar? Tumben yah. Oke deh", aku menaiki tangga dan memasuki kamar. Benar saja. Mba Okta sedang mengoleskan lipstik di bibirnya.

"Dandan mulu. Udah cantik!", kataku sambil merebahkan badanku. "Hm. Uah au ue antik (Hm. Udah tau gue cantik)", kata Mba Okta. Ucapannya tidak jelas karena ia sedang mengoles lipstik.

"Elu ngomong atau cebok? Kagak jelas banget", cibirku. "Brisik ah. Gue lipstikin juga lu. Mau?", Mba Okta melotot. "Sori. Tanpa lipstik bibir gue udah merona", aku menyombongkan diri kemudian berganti baju. Setelah berganti baju dan Mba Okta sudah siap, kita menuruni tangga dan mendapati ibu dan ayah yang sudah menunggu kita. "Udah siap?", tanya ayah. "Udah yah", jawabku dengan Mba Okta. Aku senang karena Mba Okta sudah berani memanggil ayah dengan sebutan 'yah'.

❤❤

Setelah sampai diarea parkir. Terlihat papan nama "Table Nine". Ternyata ayah membawa kita untuk makan di rumah makan elite ini. Kami segera menuruni mobil dan masuk kedalam.

"Waiters.", ayah mengacungkan tangan. Waiters menghampiri kami dan memberikan menu makanan kemudian mencatatnya. "Siap. Ditunggu ya pak.", kata waiters.

Selang beberapa menit waiters datang membawakan pesanan. Kami makan bersama. Mba Okta mengajak kami selfie dan menguploadnya di instagram. Sungguh kebersamaan yang tak dapat dilupakan.

Selesai makan, ayah menawari ke Gramedia. Aku,Mba Okta,dan ibu menyetujui. Kita segera meluncur ke Gramedia.

❤❤

Aku dan Mba Okta memilih novel, sedangkan ibu memilih buku resep memasak, serta ayah memilih majalah kepramukaan.

Selesai memilih, kami menuju kasir, ayah segera membayar buku yang kami pilih.

Karena sudah sore, kami memutuskan untuk pulang. Di lampu merah, aku melihat mobil lamborghini silver, seperti mobil Alex. Aku membuka kaca mobil dan melihat sang sopir mobil itu. Karena kaca mobilnya gelap, orang yang ada didalam tidak terlihat jelas.

BERSAMBUNG
Salam,🙏

My Junior High School StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang