Part 3

749 33 9
                                    

Happy reading ^^

***

Gibran pov

Udah seminggu lewat vanesha jadi babu gue tapi kok gak ada perubahan sama sekali ya sikap dia ke gue. Apa mungkin karena cowok sok kecakepan itu. Ah sial gara gara vanesha gue jadi seenak jidat ngatain orang.

Ku lanjutkan kegiatanku bermain basket jum'at sore ini, sampai mataku tertujuh ke arah cewek yang sedari kemarin buat gue uring uringan. Tapi tunggu, dia sama siapa coba ketawa lepas gitu, pas bareng gue dia gak pernah selepas itu.

Kupandangi dia dari kejauahan. Kenapa mereka dekat banget sih. Gue kapan coba bisa kek gitu sama dia. Tuh cowok juga siapanya vanesha sih dekat dekat mulu.

"Kenapa lo? Gak fokus banget latihan lo hari ini" protes Reno sambil menepuk pundakku.

Gue hanya mengedikkan bahu. Tatapan gue tetap fokus ke arah vanesha.

"Ah gue tahu sekarang. Lo suka kan sama shasa vanesha itu kan? Ya kan?" Tebak Reno. Gue langsung menoleh kearahnya. "Ngaco lo" sanggahku.

"Alah Gib lo dari kapan sih sahabatan sama gue. Kek yang baru tadi siang aja. Lo gabisa bohongin kita" emang benar sih mereka selalu tau ketika gue bohong sama mereka, sekecil apapun hal yang gue sembunyikan dari mereka ujung ujungnya ketahuan juga.

Gue menundukkan kepala "gue gak tau No sama perasaan gue" lirihku.

"Gini nih, lo tuh pintar Gib dalam hal apapun tapi masalah percintaan lo keknya harus privat dulu deh sama gue."

Dibanding Dafa. Reno memang yang selalu tepat ketika diajak curhat lain dengan Dafa yang kebanyakn ngacol kalau ngomong.

"Tau ah No gue gak mau bahas ini lagi" lirihku. "Gue liat dia ketawa lepas kek gitu ikut senang" lanjutku sambil menunjuk vanesha dengan dagu.

"Ah lo payah. Belum bertarung nyerah dulu." Cicitnya.

Guepun kembali fokus ke arah vanesha.

"Hai pujaan hatiku cintaku sayangku pahlawanku" sapa Dafa. Kebiasaan emang tuh bocah selalu tingkahnya aneh aneh.

Gue dan reno serempak menonyor dafa. "Sialan kalian. Sakit bego" bales dafa sambil cemberut.

"Elah daf tuh bibir kenapa? Minta cium? Sini sini abang kasih" goda reno sambil melepas sepatunya dan mengarahkan ke wajah dafa.

Dafa melolot ke arah reno. "Uh atut dedek bang" celetuk reno.

Reno dan dafa emang kalau lagi kumpul gak pernah akur, tapi ya gitu mereka saling sayang. Mungkin dengan begitu mereka bisa menyalurkan perasaan mereka masing masing.

*

Author pov

Hari hari Vanesha semenjak menjadi babu Gibran seperti hanya angin lewat saja. Karena sejak Vanesha dekat dengan Adit entah kenapa sikap Gibran sedikit ngejauh. Awalnya Vanesha mengira mungkin karena dia sibuk atau vanesha udah gak guna lagi. Tapi dilubuk hati vanesha ada perasaan yang entah apa membuat hatinya merasa kehilangan sesosok Gibran. Vanesha memang belum menyadari perasaan apa itu sebenarnya.

Akhir-akhir ini Adit dan Vanesha semakin dekat. Dari sisi manapun diliatnya mereka seperti memiliki hubungan khusus di seantero sekolah.

Vanesha yang tergolong siswa teladan dan Adit yang berkategori siswa baru yang terkenal kegantengannya tetapi jelas jauh lebih ganteng Gibran.

Cinta terkadang memang membingungkan, apalagi jika kita tidak menyadari dengan perasaan kita sendiri itulah yang dirasakan Gibran. Dia bahagia melihat vanesha bahagia meskipun bukan bersamanya tapi hatinya sesak melihatnya bersama dengan orang lain.

GibraNeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang