Part 17

378 25 2
                                    

Happy reading ^^

***

Kini Gibran menguatkan hatinya untuk menghadapi acara pertemuan dengan calon yang dijodohkan oleh papinya. Fikirannya terus tergiang dengan apa yang diucapkan kekasihnya.

#Flasback On

Mereka sedang menikmati makan malam bersama dengan para sahabatnya setelah melakukan surprise untuk Vanesha. Gibran masih belum percaya jika sekarang Vanesha sudah menjadi pacarnya, dia sungguh masih tidak sangat menyangkah akan hal satu itu.

Gibran bersyukur akhirnya dia bisa melawan traumanya, walaupun masih ada hal yang harus dia hadapi ketika pulang dari liburnya. Perjodohan? Ya itu dia, sungguh Gibran sangat kesal dengan papinya yang bisa-bisanya menjodohkannya dengan rekan bisnis kerjanya. Bagaimana jika nanti dia tidak bisa menolak keinginan papinya? Bagimana jika dia tidak bisa mempertahankan Vanesha yang baru saja sudah menjadi kekasihnya? Banyak pikiran macam-macam yang ada di otak Gibran untuk saat ini, sungguh dia sangat takut membuat Vanesha merasa tersakiti lagi. Bukan hanya Vanesha yang akan sakit tapi dirinya juga takut jika kejadian di masa lalunya terulang lagi sampai membuat Gibran sempat depresi.

Vanesha mengguncang lengan Gibran, karena sedari tadi dia ngomong malah yang diajak ngomong diam dengan tatapan kosong.

“Kak, kakak kok dari tadi melamun sih?”

“Hah? Kamu ngomong apa?” Tanggapan Gibran membuat Vanesha cemberut

“Tuh kan bener dari tadi kakak gak dengerin aku ngomong” kesal Vanesha

“Dengerin kok sayang”

“Apa coba, aku ngomong apa dari tadi?”

“eh a anu itu” Gibran dibuat kalap sendiri

“Tau ah”

“Maaf deh yang, maaf banget. Kaka cuma lagi mikirin sesuatu”

“Mikirin apa?”

Gibran ragu mau menceritakan atau tidak terhadap kekasihnya ini, bukannya bagaimana hanya saja Gibran takut merusak mood baiknya dia yang sekarang lagi seneng-senengnya.

“Yaudah kalau gak mau cerita”

“Bukan gitu yangg”

“Kaka anggap aku apa sih sekarang?”

“Pacar yang akan jadi calon istri masa depan”

“gombal terus?”

Gibran menatap Vanesha lekat dan menakup wajah kekasihnya “Jujur kaka masih belum percaya jika kamu sudah mau jadi pacar kaka, kaka merasa sangat beruntung jika tadi kamu memang benar-benar sudah menerima kaka”

Vanesha melakukan hal yang sama dengan menakup wajah Gibran, “Aku memang sudah menerima kaka menjadi pacarku tadi, apa masih kurang jelas dengan jawabanku hmm?”

Gibran menggeleng “sangat jelas hanya saja kelihatan belum nyata” detik berikutnya hal yang dilakukan Vanesha membuat Gibran kaget tetapi hanya sebentar, dan dia merasakan bahwa dari kecupan di keningnya menandakan bahwa Vanesha juga sangat mencintainya seperti dirinya.

Kecupan yang dilakukan Vanesha cukup lama, mereka sama-sama melepaskan perasaannya melalui kecupan itu. Sungguh membuat hati keduanya menghangat, sampai mereka tidak menghiraukan jika ada para sahabat yang sedang menonton mereka.

“Apakah sudah lebih nyata?” Tanya Vanesha.

Gibran mengangguk dengan tersenyum sambil mengelus pipi gembil Vanesha.

“Boleh aku menciummu?” Tanya Gibran

Vanesha mengernyit

“Halah Gib, biasanya lo langsung nyosor gitu” celetuk Dafa yang diikuti tawaan oleh yang lain.

GibraNeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang