Happy reading ^^
***
Author POV
Perjalanan terasa begitu lama selama Vanesha duduk di kursi penumpang bersama dengan Gibran. Entah kenapa sejak awal mereka masuk dalam mobil tidak ada satupun dari mereka yang memulai pembicaraan ntah karena canggung atau gimana hanya mereka yang tau.
Sampai pada akhirnya "Kak, gue boleh gak nyalain radionya?" Tanya vanesha. Anggukan dari Gibran dianggap persetujuan oleh vanesha.
Hanya suara radio yang mengaduh dalam keheningan mereka. Entah apa yang ada dipikiran mereka masing-masing.
"Ah nih lagu apaan sih" gumam vanesha. Tanpa pamit vanesha mengganti lagu itu. Dan bertepatan dengan itu Gibran yang awalnya mendengarkan gumaman vanesha akhirnya bergerak akan mengganti putaran radionya. Ketika tangan vanesha terulur ke arah tombol ganti disitu pula tangan gibran bersentuhan tanpa sengaja dengan vanesha. Tapi entah satu dari mereka tidak ada yang bergerak walaupun tahu jika tangan mereka bersentuhan. Mereka hanya aduh pandang satu sama lain. Menatap manik mata mereka masing-masing. Entah dari kapan mobil gibran berhenti. Sampai suara klakson membuyarkan semuanya.
TIN TIN
"Shit!! Ganggu aja" gumam gibran pelan. Tapi masih terdengar oleh vanesha.
Vanesha hanya memalingkan wajah ke luar jendela, merasa malu habis beraduh tatap dengan seorang Gibran.
Keheningan melanda keduanya lagi sampai musik radio memutar Yura - Berawal Dari Tatap. Detik itu Gibran langsung menoleh sekilas ke arah Vanesha sambil tersenyum. Dan disisi lain Vanesha yang sedang menatap jalanan dari samping jendela tersipu mendengar lagunya.
"Nes"
"Iya" jawab vanesha.
"Gausah canggung sama gue Nes, terserah lo anggep gue siapa. Kakak, teman, atau pacar juga boleh" kata gibran sambil terkekeh.
"Paan sih kak"
"Gue cuma mau lo nyaman sama gue Nes, gue juga gak berhak nuntut lo terlalu banyak. Kita juga baru dekat dan itupun gara-gara persyaratan itu" lirih gibran sambil sesekali curi pandang ke arah vanesha.
"Kenapa begitu kak?"
"Lo tuh pinter Nes masa kalimat seperti barusan gak paham. Jangan-jangan lo curang di kelas supaya bisa masuk kelas unggulan ngakuh lo" todong gibran.
"Enak aja" cibir vanesha.
Dari situlah mereka semakin dekat dan dekat.
*
"Lo lama amat sih sha? Ngapain aja coba sama kak gibran? Keliling dulu hah? Sampai lupa sama kita" tanya Dea sambil cemberut. Yang ditanya hanya cengengesan gak jelas.
"Ya sudah ayo kita kesana" ajak Adel sambil nunjuk cafe yang ada di mall.
"Ayuk" jawab dea bebarengan dengan shasa.
Adit dari sampai mereka di mall menatap gibran dan shasa bergantian penuh selidik.
"Lo mau makan apa sha?" Tanya adit.
"Gue nasi goreng pedes aja deh sama orange jus"
"Aku samain aja deh dit sama shasa" kata adel.
"Lo apa de?"
"soto babat sama es teh deh" jawab dea.
Setelah mendapat jawaban dari dea, adit langsung memanggil pelayan.
"Lo gak nanyain gue dit?" Tanya gibran sambil menautkan alisnya.
"Siapa lo?" Sinis adit.
"Lo kenapa sih dit? Kak gibran kan nanya baik-baik" kata shasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
GibraNesha
RomanceMasa lalu memang pahit tetapi terkadang indah tapi jika dengan adanya dirinya hidup ini terlalu berharga untuk disia siakan dengan banyangan masa lalu. Karena sosoknya terlalu nyata dan telah mengambil alih semua hati dan hidup ini. Menyita fikiran...