Part 27

240 13 1
                                    

Lebih afdol jika divote dulu 😄

Happy reading^^

***

Suara tangisan ini tak seharusnya ada, air mata itu kenapa harus keluar karena ulahnya.

Gibran masih mendengarkan isak tangis gadis yang mengisi hatinya setahunan ini. Sedih? Jangan ditanya pasti gibran sedih melihatnya seperti ini, kecewa? Sangat, gibran sangat kecewa pada dirinya yang tidak bisa menolak kemauan sharen dan gak menegaskan bahwa dirinya sudah memiliki orang lain.

Jam istirahat sudah berakhir, dia masuk kedalam kamar mandi dan menarik tangan vanesha, vanesha hanya diam dan manurut, kenapa sikap gadis ini seperti ini. Dia seolah olah baik baik saja dan pasrah dengan semuanya. Apa dia rela gibran diambil lagi oleh sharen.

"Aku mau kembali ke kelas kak" ucap vanesha yang membuat jalan gibran terhenti. Kemudian berjalan lagi tanpa menjawab terlebih dulu.

Mereka dirooftop duduk di tempat yang biasa gibran dan teman temannya gunakan untuk ketenangan.

"Duduk sini" ujar gibran menepuk sebelah tempat duduknya.

"Aku mau balik kelas"

"Gaperluh, sini"

Vanesha diam dan duduk.

Hening

Sampai beberapa saat

"Maafkan aku Nes"

"Untuk?"

"Tidak menjelaskan terlebih dulu malah kabur dari kenyataan yang harusnya aku beritahu kamu dulu"

"Maaf membuatmu menangis" lanjutnya

Vanesha diam menunggu apalagi yang akan gibran ucapkan.

"Dia dulu pacarku Nes-"

"Sampai sekarang" ralat vanesha.

"Tidak! Sejak dia meninggalkanku tanpa kabar yang cukup lama. Bukan hanya bulan tetapi tahun"

"Tetapi kakak belum putus dengannya" sargah vanesha. Gibran membiarkan dulu ucapan vanesha yang ini dia tidak menyalahkan yang memang benar, tidak membenarkan karena salah. Karena memang mereka belum putus dengan jelas.

"Dia meninggalkanku ketika aku merayakan ulang tahunnya. Dia tidak datang sampai aku ketiduran ditempat perayaan itu hingga pagi. Dan dia hanya menulis surat bahwa dia tidak mencintaiku setulusnya, dia hanya memanfaatkan aku yang dari keluarga kaya dan memanfaatkan aku dengan statusku dengannya kalah itu. Dia sering memintaku menjemputnya di sebuah hotel ya dulu aku memang sangat mudah dibodohi, tanpa peduli kenapa dia kehotel kenapa dia selalu meminta temani aku kemall untuk belanja dan dengan mudanya dia selalu meminta uangku, aku sebenenarnya tidak mempermasakahkan tetapi aku dulu masih anak smp yang tidak mengerti apapun yang aku tau hanya aku mencintainya"

Gibran menghadap vanesha yang masih diam, menarik dagunya agar dia bisa menatap mata gadis yang sangat ia cintai.

"Sejak kepergiannya yang tak ada rasa kasihan terhadapku, aku sudah memutuskan bahwa sudah tidak ada lagi hubungan diantara kami. Dia membuatku frustasi kalah itu, membuatku lebih banyak diam sampai aku bertemu denganmu."

Tangan gibran membersihkan bekas airmata yang ada dipipi vanesha. "Bukankah aku sudah berjanji kepadamu, jangan menangis kalau tidak ada aku, jangan menangis karenaku dan kamu boleh menangis hanya karena bahagia. Kamu mengerti?"

Vanesha malah menangis lagi "hei hei sudah ku katakan jangan menangis malah menangis"

"Maafkan aku sayang, sikapku tadi pagi dan dikantin yang mengabaikanmu"

Pelukan ini yang selalu membuat vanesha nyaman, gimana vanesha bisa marah lebih lama. Vanesha menenggelamkan kepalanya kedada bidang gibran dengan posisi yang nyaman.

"Semalam setelah kita telfonan tiba tiba ada yang menelfonku dengan nomer yang tidak aku tahu" masih dengan memeluk vanesha gibran menceritakan semua. Sesekali mengelus rambut vanesha

"Ketika aku angkat, aku begitu terkejut mendengar suaranya. Dan itu membuatku mengingat kembali bagaimana dia menyakitiku. Aku membiarkan dan menurutinya hanya karena keingintahuanku alasan dia meninggalkanku. Walau banyak hal yang memang sudah terbukti jelas dengan semua sikapnya yang sudah membuktikan dia pantas ditinggalkan"

Vanesha mendongak

"Ketika kamu sudah mengetahuinya, apa kamu mau meninggalkanku?" Tanya vanesha

"Tentu saja tidak" tegas dan jelas.

"Lalu?" Lanjut vanesha

"Aku hanya ingin tau yang, biar aku bisa berdamai dengan tenang dengan masa lalu. Tapi melihatmu seperti ini, aku tidak akan melanjutkan keingintahuanku. Tapi aku harus menegaskan sesuatu padanya"

"Mengenai?"

"Kita" jawab gibran

"Aku harus mengatakan bahwa aku sudah memilikimu dan sejak dia pergi kuanggap hubunganku dengannya sudah berakhir"

"Jika memang keputusan kakak begitu aku tidak masalah, asal kakak terus terang, dan jangan coba coba mengkhiantiku" ancamnya.

Gibran mencubit gemas hidung vanesha "tidak akan, aku tadi hanya bingung gimana menceritakannya denganmu"

"Jika kakak menyukainya kembali bagaimana?"

Gibran menakup kedua wajah vanesha

"Semua perasaanku sudah untukmu, kau sudah menyita semua dari hati dan pikiranku sayang"

Gibran menempelkan keningnya ke kening vanesha.

"Jika dia berusaha mengambil kakak kembali, apa yang kakak lakukan?"

"Jika ikan dilaut dikasih umpan pasti akan memakannya, tapi jika umpannya sudah busuk apakah ikan akan tetap memakannya, tidak bukan. Ikan bakalan memilih mana umpan yang menurutnya enak dimakan"

"Kakak ngomong apa sih umpan ikan apaan?"

"Yakin nih kamu ranking 1 pararel?"

Vanesha mendengus, gibran mengejeknya.

"Intinya meskipun kakak disugukan sharen kembali, kakak gak bakal mau. Menurutmu orang mana yang mau masuk kelubang yang sama"

"Jadi"

"Kakak sudah memilihmu, itu sudah cukup. Nunggu nikah baru memilikimu" gibran tersenyum diikuti vanesha.

"Terima kasih kak"

Keempat orang yang melihat dari kejauhan mengerti sudah kesalahpahaman ini.

"Akhirnya lega gue" tukas dea

"Iya de, aku juga" sahut adel

"Yaudah ayo balik kelas" ujar dafa

"Gak ajak mereka" ucap reno

Dafa menarik reno, dan diikuti adel dan dea dibelakangnya.

"Kakak yang lebih berterimakasih, aku sungguh sangat takut kamu marah dan ninggalin kakak"

Gibran mengecup singkat bibir vanesha "i love you more baby"

***

KJ😘

GibraNeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang