Happy reading guys^^
***
"Tante"
"Kenapa shar?"
Mami Gibran sedang menata makanan dimeja makan ditemani dengan sharen. Sebenarnya mami gibran males ditemani si pelakor ini, tapi mau bagaimana mantunya masih mandi jadi gabisa bantuin.
"Gibran kenal vanesha sudah dari kapan tan?"
"Dari vanesha masuk SMA"
"Mereka kok bisa dekat?"
"Aduh kamu ini, namanya cinta ya bisa aja"
"Cinta?"
"Iya cinta, tante bersyukur kehadiran vanesha membuat gibran ceria lagi, murah senyum lagi, gak jutek lagi. Apalagi semenjak kejadian beberapa tahun lalu yang membuat gibran frustasi untungnya ada seorang perempuan selain tante yang gibran manjain membuat tante percaya kalau cintanya gibran ke vanesha benar benar serius"
Sharen merasa tersindir dengan ucapan mami gibran, tapi mau bagaimana memang itu dulu yang sudah terjadi. Bagaimanapun yang dia ajak bicara sekarang adalah mami dari seorang yang dulunya dia buat sakit hati sesakit sakitnya.
"Kamu tahu, apalagi pas waktu vanesha gak mau ketemu gibran mengenai gibran dijodokan saat status mereka masih pacaran." Lanjut mami gibran bersemangat menceritakan perjuangan anaknya sampai sakit karena seorang vanesha. "Saya dan papi gibran merencanakan rencana dengan kedua orang tua vanesha, mengingat kejadian itu tante terharu dengan gibran. Dan dari situ tante menyadari kalau gibran benar benar mencintai vanesha makanya tante tidak menyesal dengan adanya perjodohan. Mempunyai calon menantu seperti vanesha-"
Uuuhhuuukk
"Ca-calon menantu?"
"Iya, loh kamu belum tahu ya?"
Sharen mematung dengan semua yang pikirannya.
"Shar, kok kamu malah diem. Ayo bantuin tante ini tinggal sedikit lagi selesai"
"Iya tan"
*
Vanesha merenung didepan meja rias, dia masih memikirkan bagaimana kehidupan selanjutnya dengan kehadirannya sharen. Sampai sebuah kecupan dipipi menyadarkannya.
"Ish kakak apaan sih, nanti ketahuan mami gimana?"
"Oh berarti kalau gak ketahuan gpp"
"Ya gak gitu"
"Terus apa?"
"Tau ah"
"Lagian kamu dipanggil panggil dari tadi gak noleh noleh, emang ngelamunin apa sih"
"Engga ada kok" jawab vanesha dengan senyum
"Kamu mikirin apa hmm?" Gibran menangkup pipi vanesha dengan satu tangannya.
Vanesha menggeleng "gak ada kak"
"Jangan bohong" tatapan mereka bertemu
"Kamu mikirin sharen ya?" Lanjutnya
Vanesha menunduk
"Sayang"
"Hei Nes"
Masih diam, gibran menarik dagu vanesha agar menatapnya.
"Loh kok nangis, jangan nangis ya" gibran mengusap pipi vanesha dengan jempolnya.
"Kakak milik kamu selamanya, jangan khawatir ya kakak gak bakal ninggalin kamu"
Membuat tangis vanesha malah pecah
"Yang, please jangan nangis. Aku ikut sedih loh. Kamu bisa cerita sama kakak" gibran mencium kedua mata vanesha.
"A aaku ta takut" isaknya
"Takut kenapa hmm"
"Ka kakak b baakal kee kembali de dengan sha reen"
Gibran menarik vanesha kedalam pelukannya. "Itu gabakal terjadi sayang, apa perluh kita nikah hari ini"
Vanesha mencubit perut gibran.
"Aauhh sakit yang"
"Yaudah ayo turun kita makan malam, sudah ditunggu mami"
Pelukan keduanya terlepas "jangan nangis lagi ya, kamu jelek kalau nangis"
Yang mendapat pelototan dari vanesha.
"Bercanda ih, kamu cantik mau bagaimanapun"
Malah mendapat cubitan lagi
"Ih yang kamu kok demen banget sih cubit aku"
"Bodo" ketus vanesha, yang langsung jalan keluar mendahului gibran
"Lah malah ninggal, tunggu yang" gibran lari mengejar vanesha. Ada hal yang harus dibereskan bisa gawat di cincang maminya nanti.
"Yang"
"Tunggu dulu"
"Apa!"
"Ih galaknya" gibran merapikan rambut dan menghapus bekas air mata dipipi vanesha "bisa dikebiri mami nanti kalau buat kamu nangis"
Senyuman gibran mengembang
Cup
Entah kenapa gibran demen banget nyium bibir vanesha. Pengen cepet dihalalin.
"Tuh kan kakak ih"
"Gpp yang, gak ada yang liat, yok makan"
*
"Duh kalian ini lama banget" seru sang mami
"Mami seperti gak pernah muda saja" ujar gibran sembari menarik kursi untuk vanesha "duduk yang"
"Makasih kak"
"Sama sama sayang" gibran duduk disebelah vanesha didepannya ada mami dan sharen "Eh loh belum pulang shar?"
"Hus orang mau makan malam malah diusir" tegur papi gibran.
"Maaf pi, bukan itu maksud re"
"Masih nunggu kamu bran"
"Nes, ini sayang mami masakin masakan kesukaan gibran, nanti mami ajarin biar kamu tahu cara buatnya"
"Iya mi, makasih ya mi. Maaf tadi nesha gak bantuin"
"Gpp yang kan udah biasa mami" jawab gibran cepat
"Ih kamu ini gak sopan, awas ya nanti vanesha mami culik"
"Dih kek mami bisa aja"
"Bisa lah, mami kan udah klop sama mantu mami"
"Aduh kalian ini biasa deh kalau udah ada vanesha malah saling berebut, kamu juga gib demen banget godain mami" tegur papi
"Abisnya seru pi"
"Seru ndasmu" semprot sang mami
"Mami" tegur papi
"Anakmu tuh pi"
"Iya re anak papi, nesha anak mami"
"Emang"
"Maafin ya shar, gini ini kalau lagi kedatangan vanesha mereka pada berebut" ujar papi kesharen.
"Gpp om"
Vanesha hanya menjawab semua dengan senyum, kekehan, dan kadang diam ketika pandangannya bertemu dengan sharen.
Aku tahu apa yang sedang kamu pikirkan yang, dari tadi kamu hanya diam hanya menanggapi lelucon mami dan aku dengan senyum dan kekehan doang. Mana ketawamu yang, maafkan aku. Jangan khawatir aku selalu ada disisi kamu selamanya sampai ajal memisahkan. Dan sepertinya aku harus cepet halalin kamu.
***
Minal Aidin Wal Faidzin
Mohon Maaf Lahir dan Batin 😊
Terima kasih buat yang masih setia di lapak aku menunggu kakak Gibran dan Vanesha 😘Yang kangen Gibran mana??
Ada yang kangen abang Dafa tidak??KJ😘
KAMU SEDANG MEMBACA
GibraNesha
RomanceMasa lalu memang pahit tetapi terkadang indah tapi jika dengan adanya dirinya hidup ini terlalu berharga untuk disia siakan dengan banyangan masa lalu. Karena sosoknya terlalu nyata dan telah mengambil alih semua hati dan hidup ini. Menyita fikiran...