Part 24

210 15 0
                                    

Sebelum membaca klik tanda bintang dibawah bagian kiri 😊

Happy reading guys^^

***

Malam senin seorang sepasang kekasih sedang memadu kasihnya dengan berasyik ria melalui voicecall. Siapa lagi, ya pasti kalian taulah.

"Kak jika nesha rembulan, apa kakak suka?"

"Kenapa harus rembulan, emang kamu mau disamain dengan rembulan?"

"Gatau, tapi bukannya rembulan itu indah kak?"

"Siapa bilang rembulan indah?"

"Menurut nesha bulan itu indah kak, bisa memancarkan cahaya yang bisa menerangi bumi dimalam yang sunyi"

"Memang"

"Memang kaka tidak suka jika vanesha itu ibartkan rembulan, yang menerangi hati kakak"

Gibran terkekeh "Aduh sayang, gombalan kamu receh sekali"

"Siapa yang ngegombal" elaknya.

"Kamu jangan lagi gombalin aku deh"

"Dih, dibilang siapa yang gombal" keukeuhnya

"Ngakuh, biarin kaka yang gombalin kamu. Yah walaupun semanis apapun ucapan kakak selalu dapat recehan dari kamu" kekehnya

"Jangan mau jadi rembulan" lanjutnya

"Kenapa?"

"Rembulan itu jelek jika kamu tau"

"Mana aku tau, kan aku belum sampai sana"

Gibran berdecak "Dalam teorikan ada yang"

"Ah ya benar. Memang apa masalahnya jika aku sama dengan rembulan?"

"Kamu tau rembulan itu bentuknya tak mulus?"

"Terus?"

"Kalau kamu rembulan berarti kamu menegaskan bahwa wajah kamu berlubang dan berbenjol benjol" dengan santai gibran menjawab

"Oh jadi menurut kakak aku jelek dan mukanya rusak gitu?" Sinis vanesha.

"Nah kan kamu sendiri yang bilang begitu"

"Aku ngambek titik"

"Yah gabisa gitu dong yang, kan kamu yang nanya ya aku jawab"

"Bodo"

"Lah yang. Kamu itu mau bagaimanapun tetep cantik dimata aku"

"..."

"Mau kamu rembulan, mau kamu apa yang penting itu kamu ya kamu" puntas gibran

"Aku mencintaimu karena itu kamu bukan yang lain" lanjutnya

"Yang"

Tawa vanesha meledak

"Njir dikerjain"

"Syukurin"

"Kamu tidur ya, sudah malam. I love you"

"I love you too"

Tut

Setelah berlama lama telfonan dengan vanesha, gibran meletakkan handphonenya kenakas dekat ranjangnya. Ketika ingin beranjak kekamar mandi handphone gibran kembali berbunyi.

"Hallo"

Gibran diam, dia tau ini suara siapa. Dia masih sangat ingat dengan jelas suara ini.

"Bran, kamu masih mendengarku?"

"Bran, aku kangen"

Gibran bingung ingin menjawab bagaimana, dia sudah mencintai orang lain. Tapi kenapa dia datang disaat sekarang ini.

Hati gibran mengatakan damailah dengan masa lalu toh itu hanya masa lalu. Jangan sampai masa lalumu membuat masa depanmu berantakan lagi.

"Bran, bisa kita bertemu"

"Aku kembali dan menetap di Indonesia"

"Aku sekolah di SMA Bhakti Jaya"

"Kamu masih disitu kan, bran"

"Aku merindukanmu"

Gibran langsung mamatikan telfon itu sepihak.

***

Seorang gadis remaja sedang menuruni anak tangga dengan riangnya tak lupa senyum tercetak jelas menghiasi bibirnya.

"Pagi pa, ma"

"Pagi sayang. Wah tumben banget sudah siap jam segini" balas sang papa sambil melirik jam ditangannya.

"Pagi sayang" jawab mama.

"Yeh. Papa anaknya rajin dibilang tumban" ujarnya dengan mengerucutkan bibirnya. Membuat sang papa terkekeh melihatnya.

"Kamu dijemput apa bawa mobil sendiri?"

"Dijemput pa" jawabnya dengan tersenyum.

"Kelihatannya kamu bahagia banget deh" goda sang papa. "Ini karena udah mulai sekolah lagi atau-" sang papa menggantungkan kalimatnya dengan melihat raut wajah putri tunggalnya yang malu-malu karena ulahnya.

"Ish. Papa apaan sih" membuat papa dan mamanya ketawa dengan reaksi anaknya.

"Canda sayang"

Suara mobil yang memasuki pekarangan rumah terdengar ditelinga ketiga manusia yang sedang menyantap sarapan paginya.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam, masuk den. Tuan, nyonya dan non sedang sarapan" ujar bi ina.

Lelaki dengan paras tampan itu mengangguk dan berjalan dibelakang bi ina.

"Sini nak, sarapan bareng" ujar sang mama yang lebih dulu melihat mantu kesayangannya.

"Iya ma" lelaki itu duduk didekat sang gadis.

Sarapan selesai, papa vanesha berangkat kantor, mama vanesha membereskan meja makan dan vanesha sedang mengambil buku yang tertinggal.

"Ayo kak"

"Nes"

"Kenapa kak?"

"Maaf, aku tidak bisa berangkat bersama"

Alis vanesha berkerut "kakak ada masalah?"

Gibran menggeleng lemah "aku butuh waktu sendiri, bisakah?"

"Kenapa?"

"Hanya sehari"

"Kenapa?" Vanesha terus bertanya kenapa karena dia belum mendapat jawaban yang tepat.

Melihat gibran yang menatapnya memohon dan sendu, vanesha pasrah mungkin memang kekasihnya lagi ada masalah dan belum siap untuk bercerita padanya "yasudah"

Vanesha tak menatap gibran yang terus melihat gerak geriknya dari dihadapannya sampai menuju garasi memanggil mang tejo. Ketika mobilnya sudah keluar dari garasi vanesha tanpa pamit ke gibran langsung melengos dengan mobilnya.

Maafkan kakak Nes, bukan maksud kakak seperti ini. Tapi kakak cuma butuh waktu nenangin hati kakak.

***

Sorry typonya ya 😉

KJ😘

GibraNeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang