Happy Reading ^^
***
Gibran mencoba menghilangkan masalah perjodohan itu dulu selama dia ke puncak. Dia gak mau melihat Vaneshanya sedih atau memikirkan hal yang engga-engga. Dia berharap liburannya lancar dan acara penembakannya berhasil.
Mereka menginap di vila milik Gibran, mereka di sana selama tiga hari. Walaupun awalnya rencananya seminggu tetapi Gibran meminta pertolongan kedua sahabatnya agar liburannya dipersingkat. Karena jika Gibran sendiri yang membuat alasan mungkin Vanesha akan menanyakan banyak hal terhadapnya. Untunglah dia memiliki sahabat seperti Dafa dan Reno yang sudah seperti keluarga baginya.
Dalam perjalanan hanya ada keheningan di dalam mobil. Vanesha satu mobil dengan Gibran sedangkan Dafa dan Reno bermobil dengan pasangan masing-masing.
“Yang”
“Iya kak”
“kamu bosan?”
“engga kok, aku cuma ngantuk”
“Tidur aja gih”
Vanesha menggeleng cepat
“kenapa?”
“Aku mau nemenin kaka nyetir kan kasihan kalau sendirian”
Gibran tersenyum dan memegang tangan Vanesha.
“Makasih ya Nes”
“Makasih buat apa?”
“semuanya, aku sayang kamu aku cinta kamu selamanya”
“kakak ngomongnya gitu mulu, kakak kenapa sih?”
Gibran menegang, “kaka kenapa?” Tanya Vanesha lagi
“gpp sayang, bobok gih. Kasihan ntar kamu capek”
“gak mau, aku mau nemenin kaka”
Gibran tersenyum sangat hangat bagi Vanesha. aku gak tau kaka kenapa, aku takut kak. Batin vanesha
Vanesha menyandarkan kepalanya di pundak Gibran, “kaka gak bakal ninggalin aku seperti Adit kan?”
Perasaan Gibran seperti tertohok pedang rasanya, “gak sayang”
Bagaimana bisa aku meninggalkanmu, jika aku saja enggan jauh-jauh dari kamu. Batin Gibran
*
“Sayang.. sayang bangun” Gibran menepuk-nepuk pipi Vanesha yang gembil.
“Ehmm..”
“Sayang, kita sudah sampai”
“aku ngantuk kak”erang Vanesha
“Yaudah kamu kaka pindahin ke kamar dulu ya”
“hmm”
Gibran menggendong Vanesha memasuki kamar yang akan ditempati Vanesha, Dea dan Adel.
“Vanesha kenapa kak?” Tanya Adel
“Ngantuk dia, dari tadi di perjalanan gak tidur ngotot nemenin gue nyetir El”
“yaudah kak aku mau nurunin barang-barang dulu ya” Gibran mengangguk
Gibran merebahkan Vanesha dengan sangat pelan dan hati-hati takut sang pujaan hatinya terbangun.
“Tidur nyenyak ya sayang” Gibran mengecup kening Vanesha cukup lama dan menyelimuti tubuh Vanesha “aku sayang kamu, apapun akan aku lakukan demi kamu. Kamu nanti akan tau bahwa kamu jatuh cinta karena pada akhirnya, kenyataan itu lebih manis dari mimpi, I love you”
KAMU SEDANG MEMBACA
GibraNesha
RomanceMasa lalu memang pahit tetapi terkadang indah tapi jika dengan adanya dirinya hidup ini terlalu berharga untuk disia siakan dengan banyangan masa lalu. Karena sosoknya terlalu nyata dan telah mengambil alih semua hati dan hidup ini. Menyita fikiran...