Happy reading^^
***
Setelah menempuh perjalanan dari sekolah menuju kediaman keluarga rehardian Jaya, vanesha merasa sangat gugup karena ini kali pertama vanesha bertemu dengan keluarga Gibran. Entah apa yang ada dipikiran vanesha sampai dia merasa takut berhadapan dengan Mami dan Papi nya Gibran. Siapa yang gak tahu tentang keluarga Rehardian Jaya, mereka merupakan keluarga kaya yang sangat terkenal dan dermawan.
Vanesha mengetahui bagaimana tentang keluarga Gibran dari Papanya, karena Papanya pernah bercerita jika keluarga Rehardian Jaya adalah rekan bisnis di perusahaan Papanya. Mungkin karena itu Papa vanesha mempercayai sepenuhnya terhadap Gibran yang notabenenya anak dari Stevan rehardian Jaya sahabat papanya sekaligus pemilik sekolah SMA Bakti Jaya.
"Ayo masuk Nes"
"Gue takut"
"Takut kenapa sih?" Gibran terkekeh kenapa Vanesha takut dan gugup banget.
"Pulang aja yuk Kak" bukannya bagaimana vanesha gerogi banget gak tau kenapa serasa mau bertemu dengan calon mertua kelak. Ini lebih mengerikan dari pada ulangan matematika. Duh Sha omonganmu kok malah ngelantur gini.
"Udah nyampe ngapain pulang, nanggung banget loh" Gibran tetap berusaha mengajak vanesha untuk masuk ke dalam rumahnya meskipun vanesha menolaknya.
"Lo tenang aja deh, kan ada gue" lanjut Gibran.
"Tapi ntar kalo gue ditanya macam-macam gimana?"
"Ya tinggal jawab aja"
"ih lo enteng banget sih kalo ngomong" kesal vanesha. Bisa-bisa Gibran bisa berkata seperti itu.
"Yuk masuk ah, ditungguin tuh sama Mami" tanpa menunggu protesan Vanesha, Gibran sudah menariknya masuk.
Vanesha bersembunyi di belakang punggung Gibran, Gibran semakin bingung kenapa Vanesha segugup ini.
"Eh Den Re sudah pulang" tanya Bi Ira.
Vanesha menoleh kebelakang, mencari Re Re itu. Gibran yang menyadari kebingungan Vanesha, membiarkannya.
"Mami sama Papi dimana bi?"
"Nyonya lagi di taman belakang kalau Tuan masih belum pulang, den." "Pacarnya ya, den?" Lanjut bibi yang menyadari cewek cantik di sebelah Gibran.
"Iya bi, aww sakit Nes" Gibran merengek mendapat cubitan di perutnya dari Vanesha.
"Maaf bi saya temannya Kak Gibran, Vanesha" vanesha tersenyum dan mengamit tangan bi Ira.
"Duh, santai non sama bibi mah. Bibi setuju kalau non pacarnya Den Re, non cantik dan kelihatan baik dan sopan"
"Ah bibi bisa saja"
"Dih sama bibi sok manis, giliran sama gue cueknya nauzubillah" cetus Gibran dengan merajuk.
Bi Ira dan Vanesha hanya tertawa kecil melihat rajukan Gibran.
"Bibi buatin minum dulu buat Non Vanesha ya Den, mari non"
Gibran mengangguk. "Yuk Nes"
Vanesha hanya mengikuti langkah Gibran kemana akan membawanya.
"Mami"
Maminya yang sedang asyik merangkai bunga menoleh "anak mami sudah pulang"
Gibran menghampiri maminya, dan mengamit tangan maminya diikuti oleh Vanesha.
"Ini-"
"Oh ya mi kenalin ini Vanesha" potong Gibran yang melihat maminya berfikir terlalu lama.
"Va-vanesha ta-tante" vanesha gugup dan bingung harus ngomong bagaimana.
"Oh jadi ini toh yang buat anak tante berubah"
Vanesha mengernyit, berubah? Apa maksud nya berubah.
"Terima kasih ya nak Vanesha, tante seneng Gibran udah kembali lagi"
"Kembali lagi?" Tanya vanesha bingung.
Mami Gibran menoleh ke arah Gibran seolah tatapannya berkata, dia belum tau?
Gibran menggeleng ke arah maminya.
"Ah tante sudah tua kalau ngomong malah suka ngelantur kemana mana, ayo masuk nak Vanesha. Kamu gak usah takut, sayang" ajak mami Gibran sambil menggandeng lengan Vanesha, membuat vanesha sport jantung.
Kenapa keluarga ini membuatku cepet mencapai kematian, hanya dekat saja bisa jantungan. Giak Kak Gibran, maminya bagaimana papinya, batin vanesha.
"Kamu kelas berapa sayang?" Tanya mami Gibran.
"Ma-masih kelas 10, tante"
"Gak perluh gugup, anggap saja tante mami kamu"
"Eh?"
"Mami apaan sih" potong Gibran.
"Apa sih Re, kamu sana belikan makanan"
"Ayo ikut Nes, depan komplek banyak orang jualan"
"Ngapain ajak-ajak menantu mami, sana beli sendiri"
"Dih, emang dia mau jadi menatu mami?"
"Mau lah, kamunya aja yang goblok gak bisa dapetin dia"
"Ya Allah, anak sendiri di bilang goblok. Ampuni dosa mami hambah ya Allah, mungkin mami lagi khilaf. Hapus dosa-dosa yang mami lakuk-"
"Do'ain mami tuh pas habis sholat, dan yang bener do'anya" protes maminya.
"Siap mami" jawab Gibran dengan hormat.
"Jangan mau sama dia kamu, Nes. Lihat nakal begini mending kamu cari yang lain"
"Eh gak boleh, Vanesha hanya milik Gibran seorang"
"Pede banget sih kamu Re, Vanesha mana mau sama anak bandel kayak kamu"
Vanesha hanya tersenyum melihat dua insan yang sedang beraduh mulut.
"Ini yang anaknya siapa, belainnya siapa. Punya mami kok durhaka banget sama gue" gerutu Gibran.
"Mami denger Re"
Gibran menyengir kuda, "eh mami denger ya" Sebelum maminya bergerak Gibran melarikan diri.
Melihat punggug Gibran yang mulai menghilang, suara lembut membuyarkan lamunan Vanesha.
"Tuh lihat, Nes. Kamu harus extra sabar ngadepin dia"
"Iya tante"
"Terima kasih sekali lagi, berkat kamu Gibran bisa move on dari masa lalunya"
"Kalau saya boleh tau, memangnya kenapa dengan masa lalu Gibran tante?"
"Tante gak berhak memberi tau nya, Nes. Biarkan Gibran sendiri yang memberi tau jika ia sudah merasa siap pasti dia bakal kasih tau kamu"
"Baiklah tante"
"Jangan keburu pulang ya, nanti makan malam di sini saja sekalian"
"Tapi saya belum pamit sama mama, tante"
"Bukankah kamu anak dari sahabat papinya Gibran"
"Iya tante, papa bilang begitu"
"Jadi nanti biar papinya Gibran yang bakal minta ijin ke orang tua kamu"
"Baiklah tante"
"Ayo kita memasak buat ntar malam"
Maaf gak aku lanjut ya, aku mau panjangin tapi entah aku kok resah ya.
Begini sajalah. Semoga bisa mengobati rindu.
Sorry for typo, and don't forget comen and vote oke.
Thanks😘By_KJ
KAMU SEDANG MEMBACA
GibraNesha
RomanceMasa lalu memang pahit tetapi terkadang indah tapi jika dengan adanya dirinya hidup ini terlalu berharga untuk disia siakan dengan banyangan masa lalu. Karena sosoknya terlalu nyata dan telah mengambil alih semua hati dan hidup ini. Menyita fikiran...