Jika Takdir - 1

10.8K 194 1
                                    

*
Cahya telah mempersiapkan diri untuk hari pertamanya masuk kuliah. Tepatnya, hari pertama masa orientasi mahasiswa. Jadi belum masuk kuliah untuk belajar.
Kemeja putih lengan pendek dan celana hitam panjang formal melekat di tubuhnya. Sepatu flatshoes putih plus kaos kaki pendek, serta tas cangklong berwarna dominasi hitam itu sudah ia kenakan.
Setelah bersalaman dengan ibunya, Cahya berangkat naik motor diantar ayahnya pagi itu.

Memasuki gerbang kampus, ia bisa merasakan betapa sejuknya udara pagi menerpanya. Cahya melirik jam tangan silver dengan tali hitamnya.

Hmmhh, masih terlalu pagi, pikirnya.

Acara dimulai jam 9, sedangkan ia sudah menapaki jalanan kampus ini masih satu setengah jam lagi dari jam mulainya acara.

Cahya duduk diatas tembok rendah yang kelihatannya dijadikan untuk tempat duduk, karena ia melihat beberapa orang berpakaian sepertinya duduk disekitar situ juga. Ia melirik jam tangannya lagi, lalu mendesah.

Masih lama banget, pikirnya.

Kemudian Cahya membuka kunci layar handphonenya dan mengutak-atiknya.

***

Andra berjalan kaki menuju kampusnya. Masa orientasi kuliah tinggal 10 menit lagi akan dimulai jika tepat pada waktunya.
Gara-gara semalam masih bertelpon ria dengan uminya semenjak ia tinggal sendirian di kos, kemudian mengobrol lama dengan teman sebelah kamarnya, akibatnya begini deh.

Habis shubuh malah tidur lagi, beda dengan dulu di rumah, sehabis shubuh langsung tilawah, menghafal beberapa ayat Al-Qur'an, kemudian bersepedaan sendiri mengelilingi komplek perumahannya.

"Aisshh... gimana mau jadi mahasiswa teladan kalau hari pertama orientasi telat begini...", gumam Andra sambil berjalan cepat, tepatnya setengah berlari.

Sesampainya di gedung dilaksanakannya pembukaan orientasi, Andra masih harus berjuang menaiki tangga menuju lantai 4.

"Ini kampus keren begini enggak ada lift apa?", omelnya lagi sambil menaiki anak tangga satu persatu dengan cepat.

"Astagfirullah!" pekiknya, lalu turun lagi dari lantai 3 menuju lantai 1 dimana tempat registrasi mahasiswa baru yang datang ke pembukaan orientasi, dilakukan disana. Percuma kalau udah masuk ruangan tapi belum registrasi, enggak dianggap hadir.

***

Suasana ruangan di gedung V Fakultas Teknik (FT) itu penuh sesak para mahasiswa baru, hingga dinginnya AC pun hampir tidak terasa. Akibat penuh itu, bangku-bangku yang tadinya disediakan untuk para mahasiswa baru, ditarik kembali oleh panitia sehingga mereka semua kini duduk di lantai.

Cahya duduk di barisan tengah dengan orang di kanan-kiri-depan-belakang adalah mahasiswa baru di jurusan yang sama dengannya, Teknik Industri. Mereka semua duduk dan dikelompokkan berdasarkan jurusan yang mereka ambil.

Sejauh ini Cahya baru mengenal dua orang diantara 70 lebih orang yang mengambil jurusan sama dengannya, Mia dan Renata. Tadi ia sempat bertemu Mia di depan ruang kemahasiswaan yang membagi-bagikan almamater. Tipe cewek cantik dengan muka unyu ditambah tinggi badannya yang lebih pendek darinya, membuat kesan pertama yang Cahya lihat dari Mia adalah cewek cantik yang alami dan imut. Berhubung ini Fakultas Teknik yang minim perempuan, cewek semacam Mia ini bakal jadi inceran cowok-cowok seantero fakultas, bahkan mungkin seantero kampus.

Beda lagi saat Cahya bertemu Renata di dalam gedung V itu. Kesan tomboy terlihat dari stylenya. Kemeja lengan pendek putih, celana jeans hitam, ransel tipis hitam, dan rambutnya yg ia cepol hingga mirip cewek-cewek Korea men-cepol rambutnya, bulat, persis bertengger di puncak kepalanya. Saat bersalaman dengan Cahya pun, Renata menyambut uluran tangan Cahya dengan mengubahnya menjadi ber-tos-an, lalu menggenggam tangan Cahya, setelah itu ber-tos-an lagi. Cahya sampai takjub melihatnya. Pasalnya, tubuh kurus dan tingginya itu yang menurut Cahya cocok jadi model, nggak matching sama kelakuan dan stylenya.

Cahya menatap mimbar dihadapannya, walaupun sedikit terhalang Renata yang tinggi itu. Selain kakinya panjang, lehernya juga ternyata panjang. Ups, emangnya jerapah. Tetapi Cahya masih bisa melihat dari sisi kiri atau kanannya Renata ketika kepalanya tidak bergoyang kesana kemari (baca : ngobrol ke kanan dan kiri).

Saat rektor telah menyampaikan sambutannya (yang panjang kali lebar), tiba saatnya pembukaan resmi acara orientasi mahasiswa kampus itu dengan dipukulnya gong sebanyak 3 kali oleh sang rektor.

***

Andra duduk sambil kepalanya celingak celinguk ke depan. Ia mencari tempat yang kiranya dia bisa duduk agak ke depan. Hal terlambat menjadi faktor dimana dirinya duduk di deretan paling belakang. Namun sayangnya semua space penuh. Untuk bertemu teman kamar sebelahnya saja yang tadi malam ia ajak ngobrol, enggak ketemu. Dia jurusan Teknik Mekatronika sih, sedangkan dirinya mengambil jurusan Teknik Elektro. Namun setidaknya ada teman ngobrol kan asyik, daripada di belakang begini.

Kacamata minusnya cuma bisa mentok liat rektor yang sedang cuap-cuap pidato penyambutan mahasiswa baru tapi nggak jelas wajahnya seperti apa. Akhirnya Andra hanya bisa pasrah sambil memeluk ranselnya, beristighfar banyak-banyak. Hari ini terlalu banyak ujian kecil yang beruntutan hingga menguji emosinya.

***

Cahya menuruni anak tangga dengan cepat. Dari lantai 4 hingga lantai 3 tidak sampai 30 detik. Itu karena tiba-tiba perutnya mulas akibat telur balado yang tadi pagi ia makan di rumah. Cahya suka pedas, tapi perutnya sepertinya tidak suka.

Andra menghembuskan nafas cukup keras. Perutnya yang tiba-tiba terasa mulas membuatnya menyelinap kabur dari ruangan acara menuju toilet. Sialnya, toilet lantai 4 sedang diperbaiki. Akhirnya dia menuju toilet lantai 3. Untunglah toiletnya normal. Bersih dan wangi untuk ukuran pemakainya yang notabene mahasiswa fakultas teknik berjenis kelamin laki-laki.

Sekarang Andra sudah bersiap menutup pintu toilet paling luar, sebelum dia mendengar suara gedebak-gedebuk langkah sesorang berlari dari lantai 4 menuruni tangga.

Ketika pintu toilet sudah tertutup dan Andra hendak menaiki anak tangga, seseorang keluar dari toilet wanita. Andra menoleh sebentar, sedikit menelaah, kemudian kaena tidak mengenali orang itu, ia kembali melangkah menaiki anak tangga tanpa menoleh lagi.

Setelah merapikan kemeja putihnya hingga masuk dengan rapi ke pinggang celananya, Cahya mendongak ke depan, seperti melihat ada seseorang yang baru saja naik tangga.

Tapi, peduli amat, pikir Cahya.

Ia pun turut menaiki anak tangga dengan langkah lebih santai dari sebelum ia ke toilet tadi.

Assalamu'alaikum warohmatullah wabarokatuh ^^
Kali ini saya bawakan cerita fiksi (yang terinspirasi dari non-fiksi juga wkwkwk) tentang gimana caranya agar kita selalu ingat sesuatu yang kita lakukan, sekecil apapun, semua adalah takdir yang sudah ditentukan Allah subhanahu wa ta'ala.

Sama-sama saling mengingatkan yaa >.<

silakan vote dan komennyaa, wassalamu'alaikum warohmatullah wabarokatuh :)

Jika Takdir Telah DitentukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang