Jika Takdir - 11

1K 43 0
                                    

***

Rizal baru saja menyelesaikan raka'at terakhir shalat Asharnya. Ia bersiap untuk berdo'a, memohon ampunan dan memohon dilancarkan setiap kegiatannya.

Dia terkejut ketika dari belakang ada tangan kecil yang melingkari lehernya, bergelayut.

"Bang Ijal, ayo mulai ngajinyaaa..." rengek anak kecil laki-laki yang masih berusia sekitar 5 tahun.

Rizal tersenyum, lalu berbalik badan dan mengusap puncak kepala anak laki-laki bernama Ahmad itu.

"Sebentar ya Ahmad, bang Ijal mau berdo'a sama Allah dulu. Sekalian mau do'ain Ahmad biar tambah pinter ngajinya, ya?" senyum tulus Rizal pada anak kecil itu.

Ahmad mengangguk-angguk tanda mengerti, kemudian dia berlari cepat menuju pintu keluar masjid disertai teriakan dengan kata-kata tidak jelas dari mulutnya, karena cadel. Rizal hanya tertawa kecil melihat tingkah anak itu. Setelah itu ia melanjutkan do'anya yang tadi tertunda.

Andra menertawai tingkah salah satu anak yang bercerita tentang adiknya. Ceritanya itu disertai dengan reka ulang adegan yang, sungguh menggemaskan,  sehingga wajar saja ia dan teman-teman anak itu menertawainya.

"Assalamu'alaikum," Rizal menyapa semua orang yang ada disitu lalu duduk bersila di samping Andra.

"Wa'alaikumsalam, ka ijaaal," Ahmad merangkulnya lagi. Dia sudah akrab dengan Rizal selama setahun belakangan. Sejak Ahmad dibawa kesini,ke masjid Al Bayyinah, oleh ibunya.

Masjid al Bayyinah telah melaksanakan salah satu program kerjanya ini, pengajian anak, sejak 4 tahun setelah berdirinya masjid dilingkungan kampus ini. Berarti sudah sekitar 20 tahun sampai saat ini.

Pengajaran Baca Tulis Al-Qur'an (BTA) ini tidak memungut biaya sepeserpun kepada setiap anak yang mengaji disini. Malah anak-anak mereka yang sering diberi santunan berupa alat tulis, peralatan sekolah, hingga beasiswa bagi anak-anak yang berprestasi di sekolahnya setiap semester.

Anak-anak yang ikut mengaji disini dibagi menjadi dua kelompok, anak binaan dan anak asuh. Anak binaan berhak mendapat santunan serta beasiswa, karena mereka yatim dan piatu. Sedangkan anak asuh adalah anak-anak yang hanya ikut mengaji, namun orang tuanya masih mampu secara finansial tetapi tetap tidak dipungut biaya untuk ikut mengaji setiap sorenya.

Rizal sudah lama menjadi sukarelawan mengajar disini, sejak dia SMA kelas 1. Tetapi dia tidak pernah ikut menjadi panitia acara-acara yang diadakan Al Bayyinah. Karena itu, saat dia sudah menjadi mahasiswa di kampus ini, betapa antusiasnya Rizal untuk bergabung dalam DKM Al Bayyinah.

Oh ya, masjid ini tidak dikelola oleh warga sekitar sana, tetapi benar-benar dikelola oleh para mahasiswa sendiri, yang bergabung dalam dewan kemakmuran masjid (DKM). Jadi setiap acara yang diselenggarakan, mulai dari lomba-lomba di bulan Ramadhan, pesantren kilat Ramadhan, acara sunatan massal, tabligh akbar, hingga idul adha dan idul fitri, semua itu para mahasiswa ini yang mengelola.

"Yuk adik-adik kita mulai pengajian kita! Sini-sini dek, duduk melingkar," Rizal, dibantu Andra menertibkan anak-anak asuh yang masih bercanda-canda dengan teman-temannya. Usia mereka mulai dari 3 tahun hingga yang paling besar saat ini berusia 16 tahun. Anak laki-laki dan perempuan dipisahkan. Maka, Andra dan Rizal ini hanya mengajar anak-anak laki-laki saja.

Tak lama kemudian terdengar lantunan surat al fatihah dan do'a pembuka majelis, juga do'a sebelum memulai belajar.

Setelah itu, mereka membaca bersama-sama ayat hari ini yang harus dihafalkan bersama-sama. Besok hafalan ayat hari ini harus disetorkan pada kakak yang mengajar, dan mendapat hafalan ayat baru lagi untuk dihafalkan dan disetorkan keesokan harinya.

Jika Takdir Telah DitentukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang