Jika Takdir - 23

765 35 0
                                    

***

"Enak nggak, pakai kerudung?"

Yani, si biang gosip di kelas Cahya, memulai pertanyaan keponya.

Cahya, sebagai narasumber, hanya menjawabnya dengan satu kata.

"Enak."

Sebenarnya Cahya sudah nggak mau deket-deket banget sama si Yani ini. Tapi tetap aja itu cewek ngejar-ngejar Cahya.

Supaya kalau pas mau ulangan Cahya bersedia mengajari Yani, sih, tujuannya. Soalnya cuma Cahya yang sabar banget kalau ngajarin temen.

"Enaknya, kayak gimana?" masih aja ini pertanyaan dilanjut.

Cahya menaikkan alisnya sebelah. Nggak ngerti mesti mendefinisikan seperti apa, supaya Yani paham.

"Hemhh.. enak, kalau hujan nggak kehujanan langsung. Kalau panas, nggak kena panas langsung rambut kita.."

"Lah, kayak payung dong?" ceplos Yani.

Cahya cengengesan.

"Iya, payung yang bisa dipakai setiap saat. Anggep aja gitu. Lagipula, bukankah memang saat wanita sudah mencapai masa baligh, maka wajib untuk menutup aurat? Kecuali ini dan ini, " Cahya menunjuk ke wajah dan kedua telapak tangannya.

Yani hanya diam. Entah paham atau tidak.

"Kalau Allah yang perintahkan, ya udah, sami'na wa atho'na. Semua yang Allah perintahkan itu, pasti ada manfaatnya. Pasti. Tidak mungkin ada yg menyebabkan kemudhorotan."

Cahya pun ikut diam, mengingat sederet kalimat motivasi dari kak Fira, lewat SMS dua hari lalu.

Iya, Allah itu kalau sudah ngasih perintah, itu pasti hal yang baik. Karena Allah yang menciptakan kita, dan alam semesta ini. Juga dengan segala takdir-Nya.

**

Rahmat memperhatikan cewek yang sudah hampir satu tahun ini dia sukai, dari balik pintu lab elektro dasar.

Cewek itu lewat bersama temannya, yang ia ketahui dari Cahya 'orangnya kepoan'.

Ini kedua kalinya dia melihat Cahya pakai kerudung. Yang pertama, waktu acara Al Bayyinah, Desember lalu. Ia ikut, karna ketua jurusannya mewajibkan semua mahasiswa baru untuk ikut.

Rahmat pikir, hanya saat itu saja Cahya pakai kerudung. Selama di sana.

"Bener kata Andra sih, manis banget," gumam Rahmat, sambil terus memperhatikan Cahya dan temannya yang sedang duduk di seberang lab.

"Siapa yang manis?" si jangkung tukang kepo, begitu sebutannya temen-temen seangkatannya, mencolek punggung Rahmat dari belakang.

Mau cowok atau cewek sama aja ternyata, ada yang tukang kepo.

"Cewek lu?" tanyanya lagi, masih kepo.

"Ck!"

Rahmat beranjak dari tempatnya berdiri tadi, menghindar dari si jangkung. Ia memilih melanjutkan praktikumnya tadi yang tertunda. Sebelum temannya itu bertanya lebih lanjut.

**

"Hana katanya jadian sama Galih!"

"Eh, kapan?"

"Baru kemaren gue liat mereka berduaan di kantin."

"Ih, Hana kan udah biasa nongkrong sama cowok-cowok di kampus. Kalau berdua sama Galih, ya cuma temen biasa kali!"

"Engga, mereka tuh suap-suapan."

"Iya apa? Woowww. ."

Suara-suara cewek ngegosip di kelas, bikin Arsya yang tadinya ngantuk, jadi melek seketika.

Jika Takdir Telah DitentukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang