Jika Takdir - 8

1K 42 1
                                    


"Mau makan apa Ndra?" sapa mbak Sari pada seseorang yang baru datang itu.

Mia menoleh ke arah suara itu, diikuti Mia yang ikut penasaran.

"Nasi 1 sama ikan dicabein 1, bungkus ya mbak," orang itu nampak mencari tempat duduk, dan pas banget tempat yang kosong ada di samping Cahya. Ia tersenyum saat melihat Cahya yang duduk disitu, juga tersenyum pada cewek yang berdiri di hadapan meja Cahya.

"Panjang umur tuh orang," gumam Mia, sambil beralih duduk di bangkunya kembali.

Cahya mendelik pada temannya itu. "Dia orangnya?"

Mia mengangguk cepat. Matanya masih menatap cowok itu yang urung duduk di bangku samping Cahya, tapi beralih ke bangku kosong dekat cooler yang baru saja ditinggalkan salah satu cowok.

"Itu sih aku tau orangnya,"

"Kamu tau siapa namanya? Jurusan apa? Orangnya kayak gimana?" Mia berantusias tingkat tinggi.

"Yeh, aku kan bilang tau aja, bukan kenal deket. Aku cuma pernah papasan aja sama orang itu beberapa hari yang lalu."

"Oh, kirain.." Mia kecewa. Dalam hati ingin berkenalan dengan cowok itu, tapi mengingat pertemuan pertama mereka yang memalukan, dan pertemuan kedua mereka yang kaku itu, pupus harapan si cantik Mia untuk berkenalan dengan cowok bersenyum kemanisan itu.

"Tapi dilihat-lihat, senyum dia biasa aja kok. Lo lebay deh."

"Enggak kok, dia manis banget.." Ups, keceplosan!

Cahya melihat gelagat orang sedang salting (salah tingkah) dari Mia. Cahya cuma bisa tertawa geli melihat tingkah temannya itu.

"Makasih ya Ndra! Nanti bilangin Herawan bayar utang pulsanya!"

"Ya mbak, in shaa Allah," sahut Andra sambil tersenyum lagi. Ia berjalan meninggalkan warung sederhana itu.

Setelah diyakini cowok itu sudah pergi, Mia mendekati Mbak Sari.

"Mbak, mau nanya nih. Serius," Mia setengah berbisik bicara pada Mbak Sari.

"Apa sih?" sahut Mbak Sari sambil menyendok nasi dari rice cooker untuk Mia dan Cahya.

"Ehm, cowok tadi itu siapa mbak?"

"Yang tadi? Andra. Kenapa?"

"Mahasiswa angkatan berapa?"

"Baru masuk kayanya. Tuh, ngekosnya disitu," mbak Sari menunjuk bangunan di seberang jalan gang kecil itu. "Sana gih, kalau mau kenalan."

"Ish, mbak!" Mia menepuk lengan Mbak Sari. Yang ditepuk cuma ketawa lebar.

"Ciee, yang lagi jatuh cinta!"
Mbak Rani ikut-ikutan meledek.

"Mia kepelet senyumannya si Andra tuh mbak. Inget nggak yang waktu itu?"

"Wah iya. Kok aku yang cerita ke Rani malah aku yang lupa. Oh itu toh orangnya. Aku kok ora ngeh (aku kok nggak nyadar),"

Cahya cuma tertawa-tawa dibangkunya melihat wajah Mia yang memerah karena malu.

***

SMS lagi. Kali ini mesti dibalas nggak ya?

Cahya baru saja hendak menyentuh keyboard handphone nya, tiba-tiba bunyi telpon mengagetkannya.
Rahmat?
Angkat nggak nih?

"Halo Cahya. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam," Cahya beranjak dari tempat tidurnya, lalu pindah duduk di kursi belajarnya.

Jika Takdir Telah DitentukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang