Mine

2.3K 253 18
                                    

Duduk dalam diam di atas sebuah kursi, ditemani lagu romantis kesukaan kesayanganku yang mengalun secara berulang dari earphone yang aku pakai.
Tiga puluh menit yang lalu, dirinya meminta izin untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda.
Aku bosan, ditambah menunggu dirinya yang belum juga memberikan tanda-tanda bahwa pekerjaannya sudah selesai. Aku menguap , bahkan di pagi ini, aku kembali mengantuk.
Sejenak Aku memikirkan hal apa yang bisa Aku lakukan dengan kondisiku yang seperti ini.
Bermain game mungkin bisa sedikit menguranginya, Baiklah akan Aku coba.

Tak lama tenggelam dalam permainan yang aku ciptakan, sebuah pelukan dan kecupan hangat mendarat tiba-tiba pada pipiku.
Dari wanginya, aku sangat bisa mengenali siapa yang kini sedang bergelayut manja pada pundakku.
Usapan lembut dari tangannya membuat lengkungan senyumku tertarik ke atas.

" Maaf ya lama, kamu belum lumutan atau jamuran kan? "
Tanyanya dengan sedikit gurauan.
Aku terkekeh, lalu menarik tangannya untuk menghadap ke arahku. Gadget yang sebelumnya menjadi pusat perhatianku kini Aku alihkan pada kesayanganku ini.
Betapa beruntungnya gadis tidak berguna sepertiku karena sudah mendapatkan makhluk yang Aku nilai nyaris sempurna.
Paras yang tampan , dan sifat yang baik, bukankah sudah lebih dari cukup ?
Tentu saja. Dan ya, dia milikku.

Status pernikahan yang membuat kami bisa tinggal bersama. Hanya berdua.

" Nggak papa. Apa sekarang kita bisa sarapan? " tanyaku, dia mengangguk, lalu mulai memapahku untuk pindah pada sebuah kursi roda yang sudah Aku pakai sebulan terakhir.

Dia mendorong kursi roda yang Aku duduki secara pelan. Lalu kami sampai di depan sebuah meja makan. Sudah tersedia nasi goreng dengan satu telur ceplok andalannya menghias dengan indah.
Sebuah gelas berisi susu pun sudah tersedia disana.
Hanya satu piring dan satu gelas, hal biasa yang kami lakukan.
Maksudku, dirinya yang meminta kami melakukan hal ini. Agar selalu romantis katanya.

Dia menarik kursi tepat di sebelahku ke belakang, lalu duduk dan kembali memajukannya.
Tangannya mulai menyedok satu suap dan mendaratkan pada mulutku.

Aku menerima dengan senang hati, bahkan dirinya ikut tersenyum melihat reaksiku.

" Kurang garem! "
Komentarku menggodanya,
Aku memasang sebuah ekspresi kecewa.
Sejujurnya rasa nasi goreng buatannya tidak terlalu buruk, namun dengan cara itu, dirinya akan mencicipi untuk merasakan apakah yang Aku katakan benar atau tidak.

" Ini pas, sayang. Lidah kamu bermasalah mungkin! "
Ucapnya setelah mencicipi rasa makanannya.
Aku tertawa mengejek, lalu mengakui jika aku hanya menggodanya.
Dia sedikit mendengus lalu mengelus puncak kepalaku.
Perlakuan manisnya membuat candu dalam diriku.
Entah seperti apa sayang yang ia miliki hingga bertahan mengurusku dengan tulus seperti ini.
Tidak ku pungkiri jika sebelum kami memutuskan untuk menikah, hubungan kami tidak sedalam ini. Maksudku, kami bahkan tidak pernah pacaran. Lebih tepatnya, kami di jodohkan.

***

" Sayang, besok kan weekend nih, kita ke rumah orang tua kamu ya! Sudah lama kita nggak kesana kan? "

" Serius? Ah mau mau kamu memang suami idaman! "
Pujiku, dirinya kembali tersenyum dan mengelus pipiku lembut. Setelah itu, ia memakai jas hitamnya dan bersiap untuk berangkat ke kantor.
Saat kuperhatikan, sepertinya ada sesuatu yang mengganggu mataku. Ah dasinya.

" Al, sini deh. "

Dia nampak bingung, kedua alisnya tertaut.

" Dasi kamu! "
Ucapku menjawab kebingungannya.

Dirinya melirik kaca lalu mengangguk.
Tubuh tinggi itu menyamai tinggi tubuhku. Dengan kedua lutut sebagai tumpuan.
Aku merapikan dasi yang terpasang sedikit miring itu, lalu tersenyum senang saat melihat dasi itu tertata pas sekarang.

Short Story ( Alki Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang