Mata Yuki masih sembap. Hidungnya masih memerah. Rambutnya masih berantakan seperti sebelum dia menampar pipi Al.
Dan kini, ungkapan Al yang Yuki tahu sebuah keseriusan itu terus berputar dalam pikirannya." Yuki, kamu pernah bilang ke saya, jika Ryu adalah orang yang paling kamu sayang. Kamu bahagia karena pada akhirnya dia akan jadi suami kamu. Apa saya tega ceritain apa yang saya tau sama kamu saat itu juga? "
" Saat itu saya cuma mikirin kebahagiaan kamu. Bukan yang lain. Hingga seseorang bilang kalo Ryu bukan orang yang tepat untuk kamu. Saya setuju dan saya berencana akan menceritakan semua sama kamu saat waktunya tepat. Tapi, sebelum itu terjadi, kamu udah tau semuanya. "
" Saya suka kamu yang bahkan saya lupa sejak kapan. Saya menuntut hati saya untuk tetap menyimpan nama kamu di sana. Saya sadar betul apa yang saya punya, tapi dengan lancangnya saya tetap suka kamu. Maaf Yuki, selama ini saya menyembunyikan perasaan gila yang kamu sebut ketidakmungkinan ini . Tapi, saya berjanji tidak akan menuntut kamu untuk terima. Saya juga tidak akan meminta jawaban apapun andai kamu menjawab tidak. Yuki, saya berjanji tidak akan muncul di hadapan kamu lagi. terima kasih atas waktu yang kita habiskan bersama. "
[••••]
Ryu mulai gelisah. Tiga hari Yuki tidak memberi kabar apa pun. Selama ini, Yuki bahkan tidak membiarkan Ryu bebas dengan kesibukannya tanpa mengirim pesan. Ini sungguh aneh. Hal itu lah yang membuat Ryu memutuskan untuk datang ke kantor Yuki.
Ryu memang jarang menyambangi Yuki di kantor. Namun, semua karyawan Yuki tahu sosok pria tinggi yang jarang tersenyum itu adalah kekasih ah tidak, tunangan dari boss mereka.
Ryu duduk di ruangan Yuki dengan rasa bosan. Salah satu karyawan Yuki mengatakan bahwa saat ini Yuki sedang ada urusan dan akan kembali dalam waktu setengah jam.
Ryu mengetik sebuah pesan lewat aplikasi chat untuk dia kirim pada Yuki. Mengatakan bahwa dirinya sudah menunggu sejak tadi di kantor.
Sayangnya, pesan itu hanya menampilkan satu centang yang artinya jika pesan itu tidak terkirim. Mungkin saja Yuki sedang offline.Tidak masalah, Ryu hanya perlu sabar sedikit lagi.
Tak lama, pintu terbuka. Orang yang Ryu tunggu sudah tiba dengan muka lelahnya. Ryu berdiri untuk menyambut kedatangan calon istrinya itu.
" Sayang, kamu kemana? Aku udah lama nungguin kamu! "
Sapa Ryu penuh kehangatan. Wajahnya tersenyum menatap Yuki.Untuk sesaat Yuki tidak bereaksi. Sejujurnya dia terkejut ketika makhluk satu ini datang tiba-tiba. Orang yang Yuki hindari karena satu hal.
Yuki membuang muka. Napasnya mulai memburu karena rasa marah yang masih tersimpan di hatinya.
" Sayang,, " Ryu menarik tangan Yuki berharap tubuh itu berbalik menatapanya. Ryu mulai curiga akan sikap tak biasa dari Yuki. Pasti terjadi sesuatu yang tidak dia ketahui.
" Kamu kenapa? "
Yuki mulai memberanikan diri menatap Ryu. Bersiap menuangkan semua kekesalan bahkan jika harus membatalkan pernikahan itu sekarang juga.
" Jangan sentuh aku, " Yuki mundur dan menghempaskan tangan Ryu dengan kasar.
" Yuki,,, " Ryu semakin bingung dibuatnya.
" Aku bilang jangan sentuh aku, Ryuji Utomo, " teriak Yuki. Sungguh, selama Ryu memgenal Yuki, tak pernah sekali pun Yuki menunjukkan kemarahan sebesar ini.
" Tapi kenapa? " tanya Ryu bingung. Wajahnya berubah panik.
" Kenapa? " tanya Yuki balik. Kepalanya menggeleng tak percaya. Bahkan sampai sekarang, Ryu masih tidak menyadari kesalahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story ( Alki Version)
FanfictionIni fiksi tentang mereka, para idola yang juga diidolakan banyak orang. Bisa berakhir bahagia, dan bisa jadi berakhir dengan kesedihan. Judul awal One Shoot. Beberapa part diprivate Selamat membaca dan berkomentar. Salam manis, HumanMarch.