Truth or Dare

1.9K 237 11
                                    

Salah jika menganggap gadis cantik, kaya dan terpelajar hanya menghabiskan waktu bermanja di kamar membaca buku atau merawat tubuh ke tempat-tempat kecantikan yang mahal.
Karena itu tidak berlaku untuk empat gadis yang sudah bersahabat sejak SD ini.

Mereka adalah empat orang yang susah diatur dan selalu melakukan apa yang mereka mau . Jika saja tidak dikenal sebagai anak salah satu donatur tetap di sekolah di mana mereka menuntut ilmu , sudah pasti mereka akan mendapat hukuman.

Mereka tinggal di komplek yang sama. Jarak rumah berdekatan bahkan bersebelahan. Dan dua di antaranya adalah sepupu yang tinggal disatu rumah.

Memasuki wilayah sekolah dengan tatapan bermacam adalah hal biasa, tak jarang keempatnya hanya berjalan cuek bahkan terkesan sangat tidak peduli. Ada yang menatap iri, memuja, namun banyak juga yang tidak suka.

Pakaian yang mereka pakai tidak terlalu minim seperti kebanyakan murid kaya lainnya, tapi tidak juga rapi seperti murid pintar kebanyakan . Biasa saja.
Mereka adalah Yuki, Febby, Jessie dan Prilly.

" Girls , itu anak baru ya? " seru Febby pada tiga sahabatnya. Mereka bertiga menoleh bersamaan pada objek yang ditunjuk.
" Siapa tu? Culun amat? " komentar Jessie setelah melihat penampilan siswa baru dengan setelan sangat cupu.
" Kayaknya emang anak baru sih! Nggak pernah liat soalnya. " jawab Prilly sambil menganggukkan kepala.
Yuki hanya diam lalu kembali memakan sarapan paginya. Kini mereka tengah berada di kantin sekolah, sarapan bersama hingga bel masuk berbunyi.
" Btw, kayaknya kita udah lama deh nggak main TOD. Terakhir waktu Prilly ngaku kalo dia udah jadian sama Ali dan kita nggak ada yang tau. " Jessie berseru,

" Ishhh, Jess, lu mah buka luka gue lagi. Gue udah putus sama Ali karena gue lebih milih kalian. Ya kali gue punya pacar sendiri dan kalian masih jomblo. Abis duit jajan gue buat bayar pajak ke kalian. " Gerutu Prilly yang mendapat tawa dari tiga sahabatnya.
" Lo juga yang salah, jadian diem-diem. " Ucap Febby yang diangguki Jessie dan Yuki.

" Yeee,, emang kalo bilang, dibolehin? " tanya Prilly pada ketiganya. Pertanyaan yang sebenarnya sangat mengharapkan balasan 'iya' karena Prilly masih menyimpan rasa terhadap Ali hingga saat ini.
Febby, Jessie dan Yuki saling pandang satu sama lain, lalu kompak menjawab.

" Nggak! "
Lalu ketiganya tertawa bersamaan melihat Prilly mencebikkan bibirnya.

[•••]

" Bener guys, anak yang kita liat pas di kantin tadi pagi anak baru. Tuh dia dateng bareng Bu Indri. " Prilly berbisik pada dua sahabatnya di belakang kursi yang ia duduki. Lalu Senggolan dari Jessie membuat Prilly kembali duduk tegak karena seorang guru cantik datang bersama seorang siswa dengan pakaian yang berbeda.
Seragamnya putih,bahkan hampir sama, namun yang membedakan adalah dasi yang dikenakan siswa dengan rambut lepek dan kacamata kuda itu memiliki corak yang berbeda . Bu Indri selaku wali murid memperkenalkan siswa yang di ketahui bernama Al Ghazali itu pada seluruh siswa yang hanya berjumlah 28 orang. Bisik-bisik terdengar setelah Al memberitahukan identitasnya secara singkat. Ada yang merasa bahwa siswa baru ini sangat tidak layak masuk di kelas dengan penghuni rata-rata anak dari orang kaya karena hanya mendapat beasiswa dan ditambah dengan fakta tampang dari siswa tersebut sangat jauh dari standar di kelas itu.

Yuki, Prilly, Febby, dan Jessie hanya cuek bahkan tidak peduli sedikitpun. Bagi mereka jika memang sudah ditetapkan untuk jadi penghuni baru kelas mereka, itu semua bukan masalah.

***

Pelajaran kini sudah berganti dengan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Mau tidak mau, semua murid harus mengganti pakaian mereka dengan kaus olahraga serta celana panjang untuk bisa mengikuti pelajaran yang dipimpin oleh Pak Didit. Namun bukan Yuki dan kawan-kawan jika tidak beda sendiri. Mereka memilih memakai celana dengan panjang selutut. Tidak masalah, karena mereka sudah memiliki 'izin'.

Short Story ( Alki Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang