Mine 2

1.5K 229 7
                                    

Hidupku bahagia bukan main sekarang, menyadari sebuah fakta jika ternyata cinta yang aku butuhkan adalah dia yang berada di dekatku.
Yuki, gadis yang di jodohkan orang tuaku untuk aku jadikan istri.

Papaku dan Ayah Yuki adalah sahabat lama yang tidak sengaja dipertemukan kembali setelah bertahun-tahun berpisah.
Mereka kembali menjalin hubungan erat terlebih Papa tahu jika sahabatnya itu memiliki anak perempuan.
Dan itu adalah awal perjodohan kami.

Awalnya aku sangat menentang.
Menolak dengan keras perjodohan itu.
Bahkan kedua orang tuaku amat tahu jika aku sudah memiliki kekasih.
Ya, gadis bernama Amanda yang Ibu Yuki ceritakan saat kami berkunjung ke sana adalah orangnya.
Sejujurnya sekarang aku muak saat mendengar nama itu di sebutkan, aku bahkan kembali mengingat kejadian satu bulan yang lalu.
Kejadian dimana sebuah kebenaran terungkap.
Siapa orang yang benar-benar mencintaiku dan siapa yang hanya memanfaatkanku.

***

Aku menunggu dengan sedikit gusar kala panggilan video ku tidak juga di jawab oleh Yuki.
Kemana dia, pikirku.
Tidak biasanya di jam seperti ini dirinya tidur. Jam baru menunjukkan pukul 12.15 siang, dan kurasa, makanan yang aku kirimkan sudah sampai 20 menit yang lalu.

Aku meletakkan ponselku di atas meja, lalu kembali mengambilnya dan menulis sebuah pesan yang langsung aku kirimkan pada Yuki.
Hanya pesan pengingat untuk tidak melupakan makan siang serta obat rutinnya.
Baiklah, aku harus menahan rasa kangenku barang beberapa jam.
Toh tidak sampai lima jam aku akan kembali menyapa malaikat cantikku itu.

**

" Assalamu'alaikum ! "
Aku mengucap salam setelah membuka pintu dengan kunci yang aku pegang.
Kami berdua memiliki kunci masing-masing.
Tujuanku hanya agar dirinya tidak repot untuk membuka pintu saat aku pulang.
Hening, tidak ada jawaban seperti biasanya.
Bahkan, biasanya dia akan menghampiriku dengan membawa gelas berisi air putih.
Jantungku berdetak cepat, pikiran buruk mulai menghantui saat mengingat dari siang tadi tidak ada tanda-tanda dirinya memberi kabar padaku.

Tas kerja yang aku bawa terlepas dari genggaman dan entah tergeletak dimana, yang aku lakukan hanya mencari keberadaan Yuki yang mulai aku khawatirkan terjadi sesuatu padanya.

" Yuki, "
" Sayang, kamu dimana? "

Kata- kata itu terus berulang hingga mataku mendapati dirinya tengah duduk pada kursi putih di taman belakang rumah.
Aku menghela napas lega, dirinya baik-baik saja.

" Kamu tumben di sini? Aku kira kemana! "
Ucapku setelah berada di samping tempat ia duduk dengan posisi berdiri.
Aku mendengar Yuki menarik ingusnya, aku menoleh seketika dan mendapati jika airmatanya menetes dan hidungnya merah. Bukan hanya itu, bahkan mata teduhnya sembap.

" Sayang, kamu kenapa? " tanyaku spontan.
Kini posisiku sudah berubah, aku berjongkok tepat di hadapannya dengan kedua tangan menyanggah wajahnya yang menunduk.
Yuki tidak menjawab, bahkan tatapannya tidak seramah biasanya.

Aku langsung memeluknya, entah dirinya akan merasa lebih tenang atau tidak, tapi yang jelas aku rasakan adalah tangisan pilu keluar dari mulutnya.

Pelukanku dilepas secara paksa.
" Lepas Al, aku ingin sendiri! " aku melepas pelukan lalu menatapnya dangan heran.
" Kamu kenapa sayang? Kamu baik-baik saja kan? " aku bertanya memastikan.

Yuki menggeser tubuhnya, tangannya berusaha meraih kursi roda yang berada disamping kursi yang ia duduki semampunya.
Keramahannya hilang hingga aku berpikir apakah aku melakukan kesalahan padanya hari ini.
Aku mendekatkan kursi roda itu namun tangannya dengan cepat menghalau pergerakanku.
" Aku bisa melakukan itu sendiri Al, kamu pergilah. Aku hanya orang tidak berguna yang akan membuat hidupmu menderita. "
Apa maksudnya mengatakan hal itu? Maksudku, kata-kata itu sangat aku benci dan ia tahu itu.

Short Story ( Alki Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang