Berdebat karena beda pendapat adalah hal wajar, dan itu terjadi pada dua orang yang berencana akan menikah tiga bulan mendatang.
Sang gadis adalah seorang yang biasa hidup berkecukupan, memiliki kedua orang tua yang amat menyayanginya dan selalu menuruti semua kemauannya.
Dan calonnya adalah anak pertama dari pasangan musisi yang hobi bermusik dan salah satu personel band yang cukup ternama.
Mereka memutuskan untuk menikah karena desakan kedua orang tua mereka yang terus-terusan menghujani ceramah tentang pernikahan .
Gerah dengan desakan, akhirnya keputusan buru-buru itu mereka ambil." Al, kita nikah cuma sekali loh, pilih undangan yang wow dong. Jangan biasa gini. Selera kamu nggak banget deh! "
Gadis dengan rambut panjang terurai itu merutuki calon suaminya yang memilih undangan secara sepihak, baginya udangan yang dipilih sangat biasa." ini bagus Alyssa, apa yang salah coba? "
Balas lelaki dengan panggilan Al itu sedikit kesal dengan menunjukkan undangan pilihannya.
Bukan pertama kali cekcok ini terjadi, bahkan kedua orangtua mereka pun sering melihat pertengkaran itu.
Namun bagi kedua orang tua mereka, pertengkaran seperti itu biasa terjadi pada pasangan muda. Hal yang wajar katanya." ini kamu bilang bagus?
"
Ucap Alyssa sambil menunjukkan undangan dengan warna dominan ungu itu," Mana nomor pemilik cetakannya? Aku mau cancel aja. Ntar aku sendiri datang kesana buat milih undangan pernikahan kita. ".
Alyssa menadahkan tangannya meminta nomor handphone pemilik percetakan tempat Al memesan undangan itu.
Al menghela napas menahan emosinya lalu merogoh ponsel pintarnya kedalam saku.
Mencari kontak yang diinginkan Alyssa, lalu menyerahkannya tanpa melihat kearah calon istrinya yang menyebalkan itu.
Kesal tentu saja, jika bukan amanah dari orangtuanya, Al tidak akan bersedia berlama-lama dengan gadis yang memiliki kebiasaan komplain ini.
Ya, terserah hal apapun, bagi Al, Alyssa lebih sering menolak hal yang ia lakukan dan menurutnya itu bukan sikap yang baik.
Al akui, dirinya memang menyayangi Alyssa, namun jika gadis itu sudah menyebalkan seperti ini, rasa sayang itu kabur entah kemana.
Mungkin inilah alasan kenapa orang memberi nasehat ' jangan mencintai seseorang karena sebuah alasan '
Dan jika alasan itu sudah tidak ada, maka cinta itupun hilang." nih, yaudah aku pulang sekarang. Besok kamu temenin aku kesana.! "
Alyssa mengembalikan ponsel Al lalu mencium pipi Al dan pergi untuk pulang.Al masih terdiam, raut mukanya stres, bahkan senyum dari bibirnya tidak terlihat sedikitpun.
Tangannya ia angkat ke atas kepala lalu mengacak rambutnya frustrasi ." arghh,, kenapa semua cewek ribet? Dan sialnya gue akan hidup sama cewek ribet itu! "
Al merutuki nasibnya, sejujurnya dirinya masih sangat ragu akan pernikahan ini.
Dan dirinya pun yakin jika Alyssa merasakan hal yang sama.[•••]
" hey, udah lama nunggu? "
Sapaan hangat itu keluar dari mulut Al yang baru datang.
Alyssa melihat jam yang ada di pergelangan tangannya lalu mendengus kesal." aku udah setengah jam nunggu di sini, dan kamu nggak merasa bersalah? "
Lagi, Al yakin jika ia menjawab, maka pertengkaran akan terjadi.
" ya, aku minta maaf. Tadi harus izin dulu, jadinya telat "
Jawab Al sesabar mungkin,Alyssa langsung berdiri dan melangkah menuju mobil kesayangannya.
" kita pakek motor aku aja! "
Tawar Al saat melihat Alyssa membuka pintu mobilnya." nggak, kamu tau kan ini panas. Pokoknya naik mobil.! "
Tolak Alyssa mentah-mentah.
Lalu melanjutkan niatnya dan membuka pintu itu dengan kasar. Duduk manis di samping kemudi dan bersandar disana.
Melihat Al tidak menghampirinya, Alyssa membuka kaca mobilnya lalu berteriak memanggil Al.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story ( Alki Version)
FanficIni fiksi tentang mereka, para idola yang juga diidolakan banyak orang. Bisa berakhir bahagia, dan bisa jadi berakhir dengan kesedihan. Judul awal One Shoot. Beberapa part diprivate Selamat membaca dan berkomentar. Salam manis, HumanMarch.