Berjuang sendiri (part.2)

2.2K 277 15
                                    

Wanita cantik yang baru saja keluar dari sebuah Cafe bersama seorang lelaki itu nampak ceria.  senyum manis tak henti-hentinya mengembang pada bibirnya yang menambah aura positif dari wanita itu.
" Thanks Jo, gue nggak tau harus bilang apa buat jasa lo ini. Gue  balik sekarang ! "

" Iya , nggak usah sungkan.  Hati-hati di jalan! "

Mereka berpisah, masuk pada mobil masing-masing dan mulai keluar dari parkiran Cafe.

**

" Hai,  apa kabar?  enam tahun tanpa kabarmu, aku kesepian. Seandainya malam itu tidak terjadi,  mungkin kita bisa bersama saat ini.
Oh iya, aku sudah tau dimana dirimu sekarang. Namun sayangnya aku tidak berani menghampirimu.
Kamu ingat apa yang pernah kamu ucapkan dulu?
Kamu berjanji akan menjagaku, bersamaku selamanya dan akan mencintaiku sampai akhir hayatmu. Bisakah aku menagihnya sekarang?  Aku sudah tidak kuat , aku tidak kuat menahan rasa rindu yang menggerogoti hati dan jiwaku.
Aku bahkan tidak berniat mencari orang lain untuk menggantikanmu. Kembalilah , jemput aku bersamamu! "

Wanita itu menutup Diary yang menjadi sahabatnya dikala gundah melanda.
Ungkapan hati yang ia goreskan pada lembar buku itu dihiasi dengan air mata.
Tidak hanya sekali ini, bahkan dirinya sering meluapkan apapun yang ia rasakan.
Rasa yang ditimbulkan oleh kerinduannya terhadap seseorang.

***

" Yuki, siang nanti, Abangmu dan istrinya akan berkunjung. Tolong sambut mereka, karena Papa dan Mama baru pulang nanti malam!  "
Mama dari wanita cantik itu bicara sambil menyelesaikan sarapan paginya.

" Mama sama Papa mau kemana?  Bang Leo tumben dateng. "

" Papa kamu harus ke luar kota, jadi Mama harus nemenin. Nggak papa kan, kamu libur kerja, dan kata Abangmu, Ardy kangen sama aunty nya, jadi kesini khusus ketemu kamu. "

" Ah iya, dedek emesh pasti udah gede sekarang. Yuki juga kangen sama dia. Di sini sepi sejak Bang Leo nikah sama kak  Diny."

" Ya udah, sekarang Mama akan berangkat. Papa kamu pasti sudah menunggu . " Mama Yuki beranjak dan mengambil tasnya di atas meja.

Yuki kembali mengunyah roti dari piringnya, meneguk susu lalu terdiam sejenak. Berpikir betapa kesepiannya diri itu. Hidup hanya bersama orang tua yang kini masih di sibukkan dengan bekerja,  sedang kakak laki-lakinya hidup mandiri bersama istri dan anaknya di sebuah daerah yang cukup jauh dari tempat tinggal mereka.
Walau dirinya bekerja, rasa kesepian itu selalu ada jika sudah berada di rumah.

Pikirannya kembali teringat kala beberapa bulan lalu sang Papa memintanya untuk segera menikah. Mengingat usia dirinya yang kini sudah tidak muda lagi, sang Papa sangat khawatir. Bahkan kata 'belum siap' yang Yuki layangkan hanya membuat kedua orang tuanya kecewa.
Jika selalu belum siap, maka pernikahan yang ditunggu-tunggu itu tidak akan terjadi.

" Yuki, usia kamu sudah hampir kepala tiga. Apa belum terpikirkan untuk menikah? "

" Papa bener, kalo gue terus nunggu, kebahagiaan nggak akan dateng sendiri. Gue harus jemput kebahagiaan gue " Ucap Yuki mantap.

***

Yuki sudah selesai memakai blazer putih kesayangannya, lalu suara tak asing masuk dalam indera pendengaran wanita cantik itu.

" Aunty, Ardi dateng! "

Yuki tersenyum senang, keponakan tersayangnya sudah tiba. Kaki jenjang terbalut celana denim panjang itu melangkah ke arah pintu dan keluar dengan girang.

" Ah Ardy sayang udah sampe, uhh aunty gemesh deh. Cium cium " Yuki memeluk bocah lelaki yang terlihat sangat manis itu, lalu menciumnya dengan gemas.
Bahkan sang bocah hanya tertawa melihat tingkah aunty nya.

Short Story ( Alki Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang