Sisi Lain part 1

830 122 11
                                    

Orang bijak bilang, 'jangan nilai buku dari sampulnya'. Bener. Soalnya gue liat sampul dia, 'membingungkan'.

______________________

Gue nggak tau apa yang bisa diambil dari sosok Al. Liat aja setiap pergi sekolah, pakaian nggak pernah rapi. Boro-boro dimasukin ke celana, disetrika juga kayaknya enggak deh.
Terus kalo bawa buku, cuma satu. Itupun ditaro di kantong belakang. Dia jarang bawa tas. Yang jadi pertanyaan, dia niat nggak sih sekolah?

Gue Yuki. Kelas XII IPS.2 , sialnya orang yang lagi gue omongin itu satu kelas sama gue.
Tiga tahun duduk di bangku SMA, cuma dia satu-satunya siswa yang tetep sekelas sama gue. Temen yang lain, termasuk sepupu gue--Ve-- pisah kelas.
Gue typecal orang yang nggak peduli urusan orang lain. Karena emang dasarnya gue adalah orang yang cuek. Kecuali kalo masalahnya menyangkut Ve.
Buat informasi juga, saking cueknya, masalah penampilan pun jadi pelampiasan kecuekan gue. Tapi, secuek-cueknya gue, gue tetep orang yang pembersih.
Seragam harus lengkap dan penampilan harus tetap rapi. Cuek gue itu kalo udah di luar sekolah.

Mungkin kebanyakan cewek seusia gue, dandanan itu udah jadi hal wajar. Tapi, gue ngerasa cukup dengan rambut yang dikucir, pake' bedak dan lipstik tipis.
Udah, itu aja. Kalo menor sedikit, tandanya gue mau kondangan.

Balik lagi ke Al. Kenapa bisa gue ngomentarin orang nggak penting kayak dia? Karena dia udah nyakitin Ve. Eitss,,, bukan hatinya, tapi fisik. Karena setau gue, Ve udah punya pacar, namanya Keenan. Pacar yang hampir mendekati sempurna, kata Ve . Jadi, nggak mungkin Al masuk daftar tipe cowok dia.

Dari cerita, semua berawal saat Al lagi main basket. Yang gue denger emang rutinitas dia sih. Tapi masalahnya bukan itu. Di saat yang bersamaan, Ve lagi lewat dan Buumm,,, bola yang lagi dimainin Al  kena kepala Ve.
Dia ambruk setelahnya.

"Gue nggak terima dia gituin lo, Ve. Gue akan bales.! " kata gue dengan nafsu yang menggebu saat itu.
Ve nahan tangan gue kuat-kuat.

"Udah, gue nggak papa, Yuki. Dia juga nggak sengaja.! " ucap Ve menghalangi gue.

"Iya kalo nggak sengaja, seenggaknya dia tanggung jawab dong. Nungguin sampe lo sadar kek. " ucap gue nggak mau kalah .

"Nggak papa. Lupain ya. Gue udah nggak papa. Beneran deh. Gue nggak mau lo berantem. Ini sekolah, Yuk. "

"Terus kalo di sekolah kenapa? Dia yang salah, Ve."
"Lo akan dapet masalah. Kita udah mau kelulusan. Please, dengerin gue. Gue udah maafin dia . " ucap Ve lagi.
"Enak aja. Nggak, sebelum dia ke sini minta maaf langsung ke elo di depan gue, gue nggak akan lepasin dia. "
"Gue tau maksud lo baik. Lo nggak mau ada orang yang nyakitin gue, tapi soal ini gue minta lo untuk tahan. Gue udah nggak papa. Lo bisa liat sendiri kan? "
"Lo nggak ngerti, Ve. Al itu harus dikasih pelajaran dulu biar dia nggak seenaknya sama orang. "

Ve tiba-tiba terdiam. Wajahnya meringis lalu memegang kepala.
"Kenapa Ve? " tanya gue khawatir.
"Lo jangan pergi ya, temenin gue di sini !" pintanya memohon.
Gue menghela napas kasar. Kalo udah gini, mana bisa gue nolak.

"Ya udah. " dengan terpaksa gue bilang kalimat pasrah itu.

Awas lo, Al.

*****

Namanya mau kelulusan, sibuk ngerjain tugas emang bukan hal yang perlu dikagetin. Akan banyak tugas dari beberapa pelajaran. Selain itu, hal ini juga sebagai evaluasi. Banyak mempelajari hal baru, kadang membuat kita lupa hal yang dipelajari sebelumnya.

Belajar paling asyik itu kalo udah berkelompok. Selain bisa nanya ke temen, kita juga bisa rileksin pikiran dari segala hal yang bisa buat kita stres dengan sedikit hiburan dari candaan mereka. Ngerjain tugas kan kalo terlalu fokus bikin pusing.

Short Story ( Alki Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang