Pergi (end)

1K 143 21
                                    

"Sayang, liat deh mereka."
" Masa' buat tantangan segila itu. Taruhanya botak lagi kalo kalah . Hahahah,,, "

"Iya. Bego. Kalo aku sih gak mau. "

"Gak mau? Kalo aku yang minta? "
"Hemm,,,, emang kamu mau punya pacar botak?"

"Kaya'nya boleh tuh. "

"Ihh,,,, aku gak cocok botak. Aku sukanya gini aja. Kan kamu sering mainin rambut aku juga. Kalo aku botak, kamu gak bisa pegang-pegang rambut aku lagi dong?. Botak tuh gak enak tau. Ntar aku mirip tuyul. "

"Hahah,,,, kamu mah bapaknya tuyul. aku gak bisa bayangin kalo kamu beneran botak."

"Makanya. Mungkin sampe kapanpun, aku gak akan ngebiarin kepalaku botak. Aku juga gak suka. "

Al tersenyum di depan cermin. Senyuman pahit. Di depan sana, pantulan wajah dan keadaannya terlihat jelas.
"Hal yang gak pernah aku suka sekarang terjadi Yuki."
Monolognya pelan. Sebuah kupluk yang akhir-akhir ini selalu ia pakai ia lepas perlahan.

Tidak ada lagi rambut yang sering ia mainkan atau ia beri minyak. Tidak satupun tersisa di sana.
"Selain rambut ini, aku bahkan akan kehilangan kamu. Untuk selamanya ." lanjutnya.

Al menarik napas sejenak.
"Maaf Yuki. Kamu berharap pada orang yang salah. Maaf! "

****

Yuki di dalam mobil. Buku harian yang baru saja direbutnya itu ia letakkan di kursi samping tempat duduknya.

"Al,,,  kenapa kamu gak pernah cerita? " monolog Yuki geram.

"Aku inget pertama kali saat kamu ngeluh sakit kepala."
Airmata Yuki turun perlahan.

"Kamu bilang, sakit kepala kamu bisa ilang kalo aku pijet kepala kamu. Tapi, kenapa sekarang enggak? Apa sakit kamu parah? "

"Aku ngerti sekarang kenapa kamu ngelakuin itu. "

"Kamu ngebiarin aku menganggap kamu jahat dengan selingkuh di belakang aku,"

"Lalu Max,,,, apa dia juga ikut dalam rencana kamu? Bahkan Kinal sendiri yang jodohin aku sama dia."

"Al, aku maunya sama kamu. Bukan Max atau yang lain. "

"Kenapa kamu seegois ini? "

Drtttt
Drtttt
Drtttt

Ponsel Yuki bergetar.

Kinal memanggil

"Ck,,,, gue gak akan angkat telpon lo sebelum gue sampe di rumah mamanya Al,  Nal. "

"Gue bener-bener kecewa sama lo. "
"Lo tega sama gue "

[•••••]

"Max buruan,,, kita gak punya banyak waktu, "
Kinal gelisah. Bagaimana tidak, ponsel Yuki tidak bisa dihubungi, sedangkan sekarang dirinya yakin bahwa Yuki akan benar-benar pergi ke sana menyusul Al.

"Ini yang gue takutin Nal. Kita gak bisa selamanya nutupin hal sebesar ini dari Yuki. "

"Gue tau Max. Tapi lo tau gue gak punya pilihan. "

Lelaki tampan itu hanya bisa diam. Bisa apalagi? Memang benar. Seolah semua tidak memiliki pilihan selain berbohong.

Max melirik Kinal lalu menghela napas, "mau sampe kapan lo nelpon Yuki, Nal? Percuma. Dia udah terlanjur tau dan marah. Kita cuma bisa berdo'a setelah ini semua akan baik-baik aja. "

Kinal mendengus pasrah. Dia bersender pada jok mobil dengan wajah frustrasi. Jalanan di depan cukup padat, menyusul Yuki pasti membutuhkan waktu yang lama.

Short Story ( Alki Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang