Apa yang Salah dengan 25? part end

864 111 24
                                    

Tanggal 21 telah tiba.

Jadi, seminggu terakhir ini sebagian besar waktu malamku, kuhabiskan dengan chatting via whatsapp dengan Ale. Bertanya dan menjawab, lalu bahas hal apa aja yang ingin dia tau dariku dan aku pun sebaliknya.

Ya, sesuai harapan. Dia teman yang baik diajak bercanda. Dia suka menyimak, memberi saran lalu kadang berkomentar.

Aku merasa sudah kenal dia lama, namun faktanya kami baru dekat satu minggu lebih.

Mobil Ale sudah ada di halaman rumah sekarang. Sedang aku masih menyiapkan diri. Dengan memakai gaun terbaik dan dandan secantik mungkin.
Aku nggak mau memberi kesan biasa di kencan pertama ini.
Ah, kencan? Ralat, kondangan.

"Sayang, ini Al udah datang. " teriak mama.

Aku meletakkan tangan di depan dada. Kok deg degan ya?

Please Yuki, jangan berlebihan. Kalo dia jadi ilang feeling gimana?

Aku berdiri di depan cermin, menata kembali yang harus kutata biar lebih baik. Menarik napas, lalu embuskan sampai debaran jantung kembali normal.

"Oke Yuki, jadikan kondangan hari ini kondangan terbaikmu. "
Ucapku di depan kaca.

"Katakan selamat tinggal pada bully-an." ucapku lagi semangat.

Aku berjalan menuju pintu kamar, menarik handle pintu lalu memutarnya.
Dalam hati berkata semoga Ale nggak nyesel karena udah nawarin diri untuk ikut aku kondangan hari ini.

Pemandangan khas cowok ganteng dengan penampilan superkeren -menurutku- sedang duduk di sofa bareng Mama sama Papa sambil ngobrol ringan.

Aku bertanya dalam hati, itu beneran si Ale? Cowok yang aku lihat di rumah eyang?
Yang selama ini rutin chattingan?
Yang nawarin diri nemenin ke kondangan tanpa dibayar?
Kok jadi beda banget ya?
Lebih ganteng dari biasa yang aku lihat.

Nggak tau kenapa jadi senyum senyum bahagia. Aku jadi mikir kenapa undangan kawinan cuma dateng sekali ini doang? Mau tiap minggu juga aku rela kalo tiap kondangan ditemenin dia.

"Hai, " sapaku saat dia udah liat aku berdiri di belakang sofa.

Dia senyum, lalu membalas dengan sapaan yang sama.

"Berangkat sekarang? " tanyanya.

Aku mengangguk.
Ale lalu berdiri dari duduknya, "Om, Tante kita berdua berangkat dulu, ya! " ucapnya.

Aku mengambil posisi untuk berdiri di samping Ale,
"Pa, Ma, Yuki pergi ya. " ucapku berpamitan.
"Iya, hati-hati di jalan. " ingat Papapku.

***

Kami sudah ada di dalam mobil, seatbelt terpasang sempurna. Saatnya meluncur.

Nggak kayak di WhatsApp, ternyata si Ale aslinya cool.
kami sama-sama dalam silent mode.
Aku bingung mau bahas apa.

Nggak lama, mungkin Ale juga nggak nyaman sama kesunyian, dia berinisiatif menghidupkan radio. Cari saluran yang menurut dia bisa mencairkan suasana.

Sebuah lagu yang sudah terputar setengah jalan mengalun indah.  Aku tau lagu ini.

"Simpan Mawar yang kuberi
Mungkin wanginya mengilhami
Sudikah dirimu untuk
Kenali aku dulu"

"Sebelum kau ludahi aku
Sebelum kau robek hatikuu,  "

"Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta, kepadaku.
Beri sedikit waktu biar cinta datang karena terbiasa"

Aku ikut menyanyikan lirik dari bagian reff lagu Risalah Hati versi Tata Janeeta.

Short Story ( Alki Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang