2. Dunia Memang Sempit

2.7K 212 22
                                    

Di dunia ini memang tidak ada yang bisa dikatakan dengan kebetulan, karena semua yang terjadi, Tuhan lah yang telah merencanakan semuanya dari awal.

~~

Seminggu sudah Adel berada di sekolah barunya dan ia sudah mulai nyaman berada di kelas barunya. Walaupun Adel belum banyak mengenal orang-orang di sekolahnya, kecuali di kelasnya. Ia sudah akrab kepada teman sekelasnya.

Adel yang awalnya dikira cewek ramah, lembut, polos, cantik dan anggun oleh teman-temannya, semua itu salah besar. Dibalik sikapnya yang ramah saat hari pertama masuk sekolah hanya lah drama, dramatis. Cewek pecicilan, cerewet, itu lah sifat aslinya. Tak disangka.

Ethan. Tau kan yang namannya Ethan? Cowok yang mengganggu Adel waktu hari pertama di sekolahnya.

Sudah seminggu juga ia mengganggu Adel tanpa bosan. Justru ia semakin gencar melakukan aksi menjahili Adel tiap harinya. Dan lebih parahnya lagi, ternyata Ethan adalah tetangga Adel. Rumah mereka saling berhadapan, hanya berbatasan dengan jalan. Adel pindah di rumah barunya baru tiga hari, yang sebelumnya ia menginap di rumah pamannya. Dunia memang sempit, Tuhan.

"WOY ETHAN, BUKU MATEM GUE LO UMPETIN DIMANA HAH?" suara teriakan Adel begitu menggema di seluruh penjuru kelas. Semua isi kelas berusaha menutup kedua telinganya masing-masing agar tidak mendengar teriakan Adel yang mirip toa itu.

Ethan mengabaikan teriakan milik Adel, ia terus memainkan game di ponsel miliknya.

Kedua tangan Adel terkepal kuat mendekati Ethan yang sedang duduk santai di pojokan kelas tepat di bangku Ethan, kedua kakinya ia letakan di atas meja.

"WOY LO BOLOT YAH!"

"Diem ah ealah, tuh kan jadi game over," Ethan menjabak rambutnya sendiri karena kesal game yang ia mainkan game over.

Akhirnya Ethan mendongak lalu ia mendapati Adel yang berkacak pinggang dengan kedua matanya melotot seperti akan keluar dari tempatnya.

Bruk

Adel menggebrak meja yang di tempati oleh Ethan. Cukup keras sehingga teman-temannya beralih menatap ke arah Adel dan Ethan.

"Lo umpetin dimana buku gue hah?!" Adel semakin melototkan matanya kepada Ethan.

"Mana gue tau," balas Ethan dengan bahunya yang terangkat. Ia kembali ke permainan baru di ponselnya.

"Gue tau lo yang ngumpetin, balikin sekarang!" emosi Adel yang mulai menggebu, ia menjambak rambut Ethan dengan kuat.

"Sakit...begow," Adel tidak peduli saat Ethan merengek minta dilepaskan dari siksaannya.

Malvin yang sedang duduk di sebelah Ethan hanya cekikikan, bukannya membantu temannya ini, malah senang melihat Ethan disiksa.

"Vin, bantuin gue, nyuk!" tangan Ethan yang bebas bergerak menarik-narik kemeja milik Malvin, agar ia membantunya.

"Adel?" suara panggilan dari Dinda, ia abaikan.

"Diem lo, Din. Gue mesti kasih dia pelajaran karena udah nyuri buku matem gue." Adel masih terus menyiksa Ethan dengan geram.

"Del. Buku punya lo ada di gue."

Seketika Adel berhenti menjambak rambut Ethan, merasa malu, benar-benar malu telah menuduh seseorang. Adel membalikkan tubuhnya menatap Dinda yang ada di bangkunya.

Ethan menata rambutnya kembali, bekas jambakan Adel tadi, harus kembali seperti semula agar terlihat cool.

Adel tersenyum kikuk kepada Dinda, "Oohh ternyata di elo, kirain di Ethan. Hehee"

THANDELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang