Membenci dan risau, bisa meracuni tubuh, sama ampuhnya seperti zat kimia beracun.
~~
Ethan melirik jam dinding di kamarnya.
Jarum pendek berada di angka sepuluh, sedangkan jarum panjang berada di angka sebelas. Lebih singkatnya pukul sepuluh kurang lima menit.Ia memasukan bukunya ke dalam tas. Buku yang ia bawa adalah kimia, ia akan mengajak Adel untuk belajar kimia. Ethan cukup pandai dimata pelajaran kimia. Sebenarnya tidak terlalu pintar tapi ia suka.
Raut wajahnya menunjukan bahwa hatinya sedang senang. Tiba di depan pintu rumah Adel, ia segera mengetuknya. Pintu akhirnya terbuka menampakkan sosok Adel. Ethan tersenyum, Adel biasa aja.
"Masuk."
Ethan mengangguk, berjalan masuk di belakang langkah Adel.
"Lo duduk dulu," ucap Adel menyuruh Ethan duduk di sofa ruang tamu.
Ethan mengedarkan pandangannya mencari Nita. Tapi sepi. Sepertinya Adel di rumah sendirian.
Adel kembali mendekati Ethan setelah mengambil buku di kamarnya. Lalu ia duduk di samping Ethan.
"Tante Nita mana?" tanya Ethan.
"Lagi arisan. Kita belajar bahasa indonesia," sahut Adel.
"Tapi gue bawanya buku kimia, niatnya juga gitu," ucap Ethan mengeluarkan bukunya dari dalam tas.
"Gue gak suka kimia, sukanya bahasa indonesia," ucap Adel.
"Tapi gue suka kimia, gak suka bahasa indonesia," sahut Ethan.
"Tapi gue maunya belajar bahasa indonesia, bukan kimia," ucap Adel.
"Bahasa indonesia gampang, belajar sendiri juga bisa," ucap Ethan.
"Ya udah lo belajar sendiri aja sono. Gak usah belajar sama gue!" desis Adel.
Ethan menghela nafasnya pelan. Salah lagi dia.
"Ya udah gue nurut lo aja deh," ucap Ethan pasrah.
"Nah gitu dong daritadi," ucap Adel tersenyum senang.
"Gue belajarnya pake buku apa?" tanya Ethan bingung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Pasalnya ia kesini hanya membawa buku lks dan buku tulis kimia.
"Pulang sono ambil buku," perintah Adel.
Sebenarnya Ethan sangat kesal sekali.
Sabar, Than. Jangan emosi. Batinnya pada diri sendiri.
"Satu buku berdua gimana?" tanya Ethan menatap Adel dengan menaik turunkan alisnya.
"Okeh," sahut Adel. Ethan kira Adel akan menolak. Ternyata mau!!!
Ethan menggeser duduknya lebih dekat dengan Adel agar bisa membaca satu buku untuk dua orang.
Mereka berdua mulai mempelajari materi tentang cerpen yang memang itu salah satu materi yang harus dipelajari untuk persiapan ulangan semester.
Setengah jam sudah mereka lewati, suasana hening hanya ada suara jarum jam berbunyi di dinding ruang tamu. Mereka terlihat sangat serius, alis Ethan saja sampai menyatu saking seriusnya. Tapi ia juga sesekali melirik Adel di sampingnya. Jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya.
Sebenarnya Adel agak tidak serius. Apalagi satu buku untuk berdua. Ini sungguh tidak nyaman baginya. Adel juga merasakan bahwa Ethan sedaritadi melirik ke arahnya. Seperti saat ini, pandangan Ethan tertuju pada wajah Adel yang tidak jauh di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THANDELA
Teen FictionAdellea namanya. Merupakan siswa baru di salah satu SMA di Jakarta dan tanpa ia duga ia langsung bertemu dengan cowok tengil yang super duper nyebelin. Ini kali pertama ia harus berurusan dengan orang tengil dimulai dari awal bertemu. Hingga akhirny...