25. Malam

911 54 14
                                    

Luka fisik pasti akan sembuh.  Apakah sama dengan luka hati?

~~

Adel membersihkan luka di lututnya, lalu mengganti hansaplas yang baru. Lukanya sudah kering dibanding pagi tadi yang mengeluarkan darah.

Adel mengambil sapu tangan milik Ethan yang tadi pagi untuk membalut lutut Adel. Ada bekas darah disana. Adel memang ceroboh sekali sampai ia menabrak sebuah bantu dan membuatnya oleng hingga terjatuh.

Ia membayangkan masa kecilnya dulu, Adel sering terjatuh dari sepeda. Memang lucu setiap jatuh Adel akan menangis karena luka di lututnya. Ternyata hari ini saat umurnya sudah dewasa ia mengalaminya lagi.

Tok tok tok

Pintu kamar Adel diketuk dari luar. Hingga Adel membuyarkan bayangannya.

"Siapa?" tanya Adel sedikit berteriak.

"Ini gue," sahutnya dari luar.

Adel sangat hafal dengan pemilik suara itu. Ethan. "Ngapain?"

"Buka dulu," perintahnya.

"Bentar," sahut Adel. Ia beranjak dari tempat tidur untuk membukakan pintu kamarnya.

Setelah pintu terbuka, cengiran Ethan yang pertama Adel liat.

"Nih gue bawain martabak manis rasa coklat," Ethan menunjukkan kresek putih dihadapan Adel.

"Buat?" tanya Adel bingung.

"Buat lo lah," Ethan menyerahkan kresek itu ke tangan kanan Adel. "Gue beliin khusus buat lo. Nih."

"Acara apaan pake ngasih martabak kaya gini?" tanya Adel heran. Tumben sekali malem-malem begini ada yang mau nganterin makanan ke rumahnya, bahkan sampe depan pintu kamar.

"Gak ada apa-apa gue cuma pengin kasih lo ini aja," sahutnya.

"Ooh ya udah makasih. Sekarang lo boleh pulang," ucap Adel. Ucapan berupa usiran tersebut membuat hati Ethan sedikit menclos. Tapi sudah biasa.

"Ya sama-sama. Ya udah gue pulang dulu, jangan lupa dimakan. Gue tau lo laper," ucap Ethan lalu membalikkan badan.

Adel membatin, kenapa Ethan tau gue lagi laper?

"Sekali lagi makasih martabaknya sama yang pagi tadi," ucap Adel yang membuat Ethan membalikkan badannya lagi.

Lalu Ethan hanya tersenyum, lalu mengangguk.

Setelah Ethan pulang, Adel menuju ke dapur untuk mengambil piring. Membuka kotak berisi martabak manis dari Ethan. Ia menghampiri Nita di ruang keluarga yang sedang bersantai menonton acara televisi.

"Dari Ethan?" tanya Nita. Kok tau? Ya tau lah.

"Iya nih, tapi Adel nggak tau dia mau ngasih martabak malem-malem gini," ucap Adel.

"Perhatian mungkin," pikir Nita.

"Ya mungkin, bun," Adel hanya memungkinkan perkataan Nita barusan.

Apa mungkin ini tanda Ethan peduli padanya. Jika memang benar, dalam hati Adel sangat berbunga. Tanpa ia sadari bibir cantiknya membentuk senyuman. Nita pun bisa melihat anaknya itu sedang merasakan sesuatu. Jatuh cinta.

"Buruan dimakan. Entar keburu martabaknya dimakan semut loh," ucap Nita dengan sengaja membuat Adel salah tingkah dan tersadar dari lamunannya itu.

Adel segera mengambil potongan martabak manisnya dan langsung melahapnya cepat.

• • •

Haii gaes balik lagi nih
Udah satu setengah tahun nggak update:D
Lama pake banget.
Yang udah ngikutin critanya dari awal gimana nih kesannya?
Jangan lupa vote:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THANDELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang