Terik matahari yang begitu panas di siang hari ini menyilaukan bagi siapa saja yang menatapnya langsung.
Saat ini Adel dan Dinda berada di kantin sekolah dengan dua gelas es jeruk di hadapan mereka berdua. Cocok sekali di saat cuaca seperti saat ini. Panas. Ingin rasanya Adel mandi air es di rumah.
"Lo ngerasa hari panas banget gak sih, Del?" tanya Dinda sambil mengibaskan tangannya sendiri ke wajah.
"Sama lah, mungkin mau ujan kali, biasanya kan gitu kalo panas gini, ujungnya pasti mau ujan," jawab Adel sambil menyeruput kembali esnya.
Tiba- tiba Ethan berjalan dengan santainya, tangan yang ia masukan ke dalam saku celananya, ke arah meja yang di tempati Adel dan Dinda. Mereka berdua belum menyadari Ethan mengampirinya.
Adel menolehkan kepala mendapati Ethan yang duduk di sampingnya tanpa permisi. Adel langsung memalingkan wajahnya ke arah lain, "ngapain duduk di sini? Cari tempat yang lain kan banyak."
Ethan merasa bahwa Adel berbicara padanya, ia hanya mengangkat bahunya, "biarin."
"Din, cabut yuk, disini tambah panas banget nih," ucap Adel dengan mengibaskan tangannya di wajah. Dinda hanya menjawab dengan dua kali anggukan.
Baru saja mereka akan pergi, Ethan mencegahnya, "ee-eh mau kemana, masa gue ditinggal."
"Serah gue lah, mau ke stasiun kek, ke terminal kek, ke bandara kek, lo gak usah kepo," jawab Adel sangat ketus.
"Ngapain ke bandara? Mending lo ke hati gue aja," ucap Ethan yang tidak jelas itu, sambil terkekeh pelan.
"Gak jelas banget lo," cibir Adel.
"Iya gak jelas banget kaya hubungan kita," ucap Ethan dengan menunjukan wajah yang sangat menyedihkan.
"Najisin," Adel melanjutkan langkahnnya yang tertunda.
Kini tinggal Ethan sendiri di meja kantin yang barusan diduduki juga oleh dua cewek, Adel dan Dinda. Kenapa Ethan seperti terlihat frustasi. Apa karena Adel yang bersikap jutek padanya. Tapi apa salah dirinya, kenapa Adel terlihat membenci dirinya.
Ethan memutar otaknya mencari kesalahan apa yang telah ia perbuat ke Adel. Namun nihil ia tidak menemukan berbuatan yang buruk, yang ia lakukan hanya mengusilinya, itu saja, tidak lebih.
Atau mungkin kejadian saat dirinya menyuruh Adel untuk menuruti kemauannya, dia jadi benci? Tapi tidak mungkin karena itu, sebelumnya kejadian itu pun Adel sudah sangat jutek padanya.
• • •
"Del, lo pulang bareng siapa?" tanya Dinda ketika bel pulang sudah berbunyi sekitar lima menit yang lalu.
"Gak tau nih, lo bawa motor kan? Gue nebeng deh kalo gitu," pinta Adel.
"Eh, tapi hari ini gue gak bawa motor, gue mau pulang bareng pangeran gue," ucap Dinda dengan wajah yang berseri-seri. Terlihat sangat senang, mungkin pacar Dinda akan mengajaknya jalan-jalan.
"Ya udah deh, gue pulang naik bus aja nanti," ucap Adel.
"Kalo gitu gue duluan yah, Aldi udah nungguin di parkiran, barusan ngechat gue," buru-buru Dinda mengemasi barang-barangnya.
Dinda langsung berlari. Saat di ambang pintu kelas, Dinda memberi kiss bye kepada Adel yang masih duduk di bangkunya, "dadah Adel sampai jumpa,"
"Iyaaa," jawab Adel sambil melambaikan tangannya ke arah Dinda sampai Dinda menghilang tak terlihat oleh Adel.
Langkah Adel membawa dirinya keluar dari kelas, mengingat uang jajannya habis, Adel menepuk dahinya sendiri, "waduh, duit gue kan abis. Sial gara-gara bayar kas yang numpuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
THANDELA
Teen FictionAdellea namanya. Merupakan siswa baru di salah satu SMA di Jakarta dan tanpa ia duga ia langsung bertemu dengan cowok tengil yang super duper nyebelin. Ini kali pertama ia harus berurusan dengan orang tengil dimulai dari awal bertemu. Hingga akhirny...