17. Gara-gara

977 61 16
                                    

Awas Typo! Typo comment ya.

Sepulang dari rumah Adel, Ethan pergi ke rumah Deno. Tak perlu ditanyakan lagi apa tujuannya selain bermain ps.

"Lama lu tong," ucap Dafa saat Ethan masuk ke dalam rumah Deno tanpa permisi. Ada Dafa, Deno, dan Malvin yang sedang bermain ps. Banyak bungkus cemilan berceceran di lantai, tapi tinggal bungkusnya saja.

"Baru pulang dari rumah Adel," jelas Ethan duduk di sofa yang ada di kamar Deno.

"Malem-malem begini habis ngapain?" tanya Malvin setelah menegak gelas kopi susu hingga habis tak tersisa.

"Habis ngapel," sahut Ethan

"Waduh, sejak kapan lo jadi pembantu di rumah Adel?" tanya Deno dengan polos.

Dafa menjitak kepala Deno. "Ngapel bego, bukan ngepel."

Malvin terkekeh pelan. Sedangkan Ethan menghiraukan, mengalihkan pandangannya pada layar posel yang ia genggam.

"Aduh, kepala Deno sakit bang," ucap Deno  merengek sambil mengusap bekas jitakan Dafa di kepalanya.

Satu jitakan lagi mengenai kepala Deno kini Malvin yang bertindak. Hingga si empu meringis lagi. "Kalian penyiksaan. Gue bilangin ke emak gue ntar." ancam Deno.

Di sofa, Ethan senyum sendiri saat menatap ponselnya. Sahabatnya pun tidak tau apa yang membuat Ethan seperti itu.

"Lo kerasukan, Than?" tanya Deno.

Ethan mendongak menatap sahabatnya itu. "Gak. Gue lagi chat sama Adel."

Setelah ucapan itu, Ethan kembali menatap poselnya, jari-jarinya menari di layar ponsel.

"Senyum Ethan keliatan banget bukti dia lagi jatuh cinta tuh," cetus Dafa.

"Bukannya Adel udah punya doi," kini gilaran Malvin yang membuat Ethan mengalihkan pandangannya.

"Siapa?"

"Michello. Waktu itu beberapa kali Adel dianterin pulang kan? Terus ketemu mereka lagi makan bakso bareng juga," ucap Malvin. Membuat raut wajah Ethan menjadi masam mendengar nama itu. Ia jadi teringat malam itu bertemu dengan Adel dan Michello yang jalan berdua, makan bakso pinggir jalan.

"Tapi tenang aja, sebelum janur kuning melengkung, lo bisa ngejar cinta lo itu sebelum Adel dimiliki orang lain," celetuk Deno. Membuat ketiga sahabatnya memandangnya aneh.

"Anjay lo. Kok aneh ya sama ucapan lo tadi, Den," ucap Dafa memicing ke arah Deno.

"Kenapa? Gue bijak ye," ucap Deno sambil memukul dada bidangnya, seakan bangga pada dirinya sendiri.

"Lo bukan keliatan bijak, tapi sok bijak," cetus Dafa.

Deno menggerutu kesal dengan ucapan Dafa. Deno memang orangnya sok bijak, kata-kata barusan juga sudah pasaran cari di google.

"Gini-gini gue juga tau cinta," ucap Deno. Tidak tau apa maksud tujuan memberitau sahabatnya kalau dirinya itu tau tentang cinta.

"Keliatannya lo lagi jatuh cinta ke orang? Yakan?" tanya Malvin membuat Deno menatap sahabatnya itu.

"Keliatannya sih gitu. Gelagat Deno beda, kaya ada benih-benih cintanya," celetuk Dafa dalam sekejap Deno menyengir kuda.

"Main rahasia-rahasian nih sama abang Malpin," ucap Malvin.

"Suka sama sapa lo, Den?"

"Kasih tau gak ya?" Deno menimang-nimang, matanya menatap langit kamarnya mencari sesuatu dan mendapati dua cicak yang entah sedang melakukan apa si dua cicak itu.

THANDELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang