Prolog

1.8K 232 153
                                    

Author Pov

Di tengah padatnya jalanan ibukota, seorang yeoja (perempuan) tengah berlari tergesa-gesa, entah sudah berapa orang yang ditabraknya. Sampai ia lelah untuk meminta maaf dan ia hanya berlalu begitu saja.

"Aishh, sepertinya aku akan terlambat lagi," batinnya.

Sampai akhirnya ia tiba di gedung yang ditujunya. Penampilannya sedikit berantakan, tapi itu tak memudarkan sedikit pun wajah cantiknya.

Author Pov End

=====||=====

Yoora Pov

"Huu.. Akhirnya. Untung saja kelas belum dimulai"

"Yak!"

"Omo (astaga).. kau mengejutkanku."

"Hehe.. Terlambat lagi, hm?"

"Ne (ya), salahkan Choi ahjumma (bibi) yang tidak pernah sempat untuk membangunkanku."

"Kenapa aku harus menyalahkan bibi Choi, dia kan sibuk dengan urusan kantornya. Ia tidak punya waktu untuk membangunkan gadis pemalas sepertimu. Yang ada itu salahmu sendiri. Jika tahu begitu, kenapa tak kau pasang alarm untuk membangunkanmu?"

"Itu hanya hal yang sia-sia. Kau tahu, setiap hari aku telah memasang alarm untuk membangunkanku, tapi entah kenapa telingaku mendadak tuli."

"Itu artinya kau memang gadis pemalas. Sebenarnya aku sangat kagum padamu. Kau adalah gadis multitalent , pandai beberapa bahasa asing, cerdas dan jangan lupa kau cantik natural alias alami. Aku bahkan ingin sepertimu. Tapi melihat kau sering terlambat dan pemalas aku jadi berubah pikiran."

"Yak!! Kau memuji atau menyindirku?" teriakku kesal pada Ines.

"Aku hanya ingin kau berubah menjadi lebih baik," katanya lagi.

"Terserah kau saja."

Aku hanya menghela napas mendengar celotehannya.

Oh iya aku lupa, perkenalkan namaku Choi Yoora. Aku mahasiswa semester akhir jurusan seni. Aku belajar di Indonesia International University. Seperti yang temanku katakan tadi aku memang menguasai beberapa bahasa asing. Aku juga menguasai Bahasa Indonesia karena sudah cukup lama aku menetap disini.

Aku tinggal dan dibesarkan oleh Choi Ahjumma, beliau adalah adik dari Eommaku (ibu). Appaku (ayah) merupakan orang yang berkewarganegaraan Korea, sedangkan Eommaku adalah orang asli Indonesia. Walaupun begitu aku mewarisi gen ayahku yang merupakan orang asli Korea. Jika kalian bertanya kenapa aku dibesarkan oleh Choi Ahjumma, itu karena Eommaku sudah meninggal sejak umurku 5 tahun. Dan Appaku? Dia tinggal Korea untuk mengurus bisnisnya.

Ada yang kulupakan, oh iya yeoja yang terus berceloteh tadi adalah Ines Anastasya, teman satu jurusanku sejak semester awal. Ia adalah yeoja berisik yang merupakan keturunan asli Indonesia.

"Apa kau tahu akan ada mahasiswa baru di jurusan kita? Yang kudengar dia laki - laki dan pindahan dari Korea," cerita Ines panjang lebar.

Aku hanya bergumam menjawabnya.

"Yak! Katakanlah sesuatu jangan hanya bergumam," teriaknya sambil menjitak kepalaku.

"Aish, Appo (sakit). Ini sangat sakit kau tahu!"

"Salahmu sendiri. Kau mengabaikan perkataanku!"

"Mianhae (maaf).. Aku sangat lelah hingga tak mendengarkanmu."

Aku hanya tertawa kecil saat melihat Ines mendengus kesal.
Sesaat kemudian kelas pun dimulai saat dosen memasuki kelas.

"Kita bicarakan itu nanti," bisikku pelan.

Kudengar Ines hanya berdehem menanggapiku. Sangat lucu saat melihatnya kesal seperti itu.

=====||=====

Kring...Kring...Kring

"Ahh, saatnya istirahat. Yoora, ayo kita ke kantin."

"Kau duluan saja, aku harus mengembalikan buku-buku ini ke perpustakaan."

"Ya sudah, kau ingin pesan apa?"

"Samakan denganmu saja. Aku pergi dulu."

"Ya, tapi cepatlah."

Aku hanya mengangguk. Segera saja aku menuju perpustakaan yang berada di lantai satu. Cukup menguras tenaga menuruni tangga dari lantai 3 menuju lantai 1.
Setelah selesai dengan urusanku aku langsung menuju kantin dimana Ines menungguku. Tapi saat melewati taman, aku tak sengaja tergelincir dan menabrak namja (laki-laki) berkulit putih dan bermata sipit. Pabo-ya (bodohnya) kau Choi Yoora! Kenapa kau sangat ceroboh?

"Mianhae, jeongmal mianhae (Maaf, sungguh-sungguh maaf) . Ini semua salahku."

"Gwaenchana (Tak apa-apa)." katanya.

Segera saja aku membungkuk dan bergegas meninggalkannya. Bukannya aku lari dari tanggung jawab hanya saja aku tak ingin Ines menungguku lebih lama lagi. But, wait! Apa namja yang kutabrak tadi adalah mahasiswa baru itu? Karena kudengar ia berbicara dengan logat Korea-nya yang sangat kental. Dan bodohnya, aku hanya melihatnya sekilas. Yang kulihat tingginya kira-kira 176 cm. Dan sepertinya suaranya sangat tidak asing ditelingaku. Ah! Mungkin hanya perasaanku saja.

"Yak! Kemana saja kau!"

"Mian, ada sedikit masalah tadi, tapi sekarang sudah beres."

"Ya sudah, cepatlah makan ini. Karena kau sangat lama makananku sudah kuhabiskan dari tadi. Untung saja milikmu tak kuhabiskan sekalian."

"Kalau kau memakan milikku juga, pipimu akan semakin chubby. Dan badanmu akan membesar," kataku.

"Hei, beraninya kau bilang seperti itu," teriaknya sambil melempar jitakannya padaku.

"Yak, sudah berapa kali kau menjitakku hari ini eoh? Tidakkah kau tahu ini sakit," ringisku pelan.

"Aku tak peduli dengan hal itu. Ayo, kita harus cepat kembali ke kelas bel akan segera berbunyi."

"Dasar, yeoja menyebalkan," rutukku dalam hati.

Aku bahkan nelum menghabiskan makananku. Aku langsung beranjak dari dudukku menyusul Ines yang meninggalkanku. Aish, benar - benar yeoja itu.

To be continued

=====||=====

Akhirnya, selesai juga.
Hai readers!
Ini FF pertamaku. Ini asli dari pemikiran author sendiri. Jadi maaf kalau banyak typo.
Tolong vote dan coment-nya.

Unexpected [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang