Yoora Pov
"Bagimana bisa tertinggal di sana? Aish, jjinja. Kapan sifat cerobohmu itu hilang Choi Yoora?" aku terus merutuki diriku sendiri.
Sudah 15 menit berlalu, tapi aku masih saja mondar-mandir di kamarku. Memikirkan nasib ponselku. Aku mengacak rambutku frustasi. Huft, aku terlalu panik sampai teringat aku belum makan malam.
"Sudahlah, aku pikir saja itu nanti."
Aku beranjak turun dari kamarku menuju dapur.
"Apa yang akan kumasak? Ah, omelet. Mudah dan tak perlu waktu lama untuk membuatnya."
Tanganku meraih gagang kulkas dan mencari bahan- bahan yang kuperlukan. Saat aku memotong beberapa daun bawang, bel rumah ini berbunyi.
Ting Tong~
"Siapa yang bertamu malam-malam seperti ini?" aku mengernyitkan dahiku.
"Apa itu Choi ahjumma? Ah, mana mungkin. Choi ahjumma baru pergi tadi sore," aku bertanya-tanya pada diriku sendiri. Bel rumah berbunyi lagi.
Ting Tong~
"Yak!" aku berteriak menanggapi bel rumah yang berbunyi itu.
"Dasar tidak sabaran."
Aku mencuci tangan dan melepaskan apron yang melingkar di pinggangku. Aku berjalan santai menyusuri ruang tamu menuju pintu utama rumah ini.
"Sebaiknya, aku intip dulu dari jendela."
Aku menelisik kecil gorden yang menutupi jendela di samping pintu. Agak sulit melihat keadaan luar. Karena, jendela ini dipasangi jeruji besi untuk mencegah adanya pencuri yang masuk. Aneh. Tak ada seorang pun di sana.
"Lebih baik aku membuka pintunya. Siapa tahu memang ada orang di luar."
Aku meraih kunci dan memutarnya. Kubuka pintu besar ini.
"Omo!" aku menutup mulutku dengan telapak tanganku.
"Siapa dia? Kenapa tidur di depan rumahku?"
Aku mendekati tubuh yang terbaring beberapa centi dari tempatku berdiri. Posisinya tengkurap, aku jadi tidak bisa mengenalinya. Perlahan aku balikkan tubuhnya.
"Berat sekali orang ini." aku mengelap keringat sebesar biji jagung di keningku.
"Akhirnya. Sebenarnya, dia siapa? Memakai masker hitam segala. Apa dia pencuri? Tapi, kalau pencuri apa harus dia menekan bel rumah yang akan dicuri isinya?" aku berdiri berniat meninggalkannya. Tapi, aku mengurungkan niatku.
"Mungkin dia perlu bantuan." aku mengulurkan tanganku untuk membuka maskernya. Perlahan tapi pasti. Siapa tahu saat aku ingin melepasnya dia terbangun.
"Omo! Yoongi sunbae?"
Aku terkejut. Sungguh terkejut. Kenapa dia ada di sini? Dengan keadaan pingsan lagi? Lalu, bagaimana dia tahu rumahku? Aish, bodohnya aku. Bukannya langsung bertindak menolongnya malah terus mengoceh tidak jelas.
"Mungkin dia pingsan. Tapi kenapa harus di rumah ini? Lebih baik aku bawa masuk saja. Sebelum ada orang yang melihatnya dan terjadi kesalahpahaman dengan tetangga. Akan sangat merepotkan jika itu terjadi."
Aku meletakkan tangan kanannya di pundakku dan mulai memapah tubuh Yoongi sunbae masuk ke dalam rumah. Astaga. Orang ini berat juga. Aku sampai kewalahan.
"Yak! Sunbae, kau harus mengurangi berat badanmu. Berhentilah makan daging. Jika kau ingin tahu, tubuhmu ini sangat berat."
Aku membaringkan tubuhnya di sofa yang ada di ruang tamu. Aku mengipas-ngipaskan tanganku ke wajahku. Wajahku memerah. Suhu tubuhku jadi panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected [END]
FanfictionIdola. Satu kata yang mendeskripsikan sosok yang sangat dikagumi dan mungkin dijadikan panutan untuk beberapa orang tertentu. Kau mungkin akan melakukan apa saja untuk bertemu dengannya. Lalu, apa yang akan kau lakukan jika kau sudah bertemu dengann...