-06-

5.2K 637 87
                                    

-06-

"Sayang hari ini kita jadi berkunjung ke Rumah Utama kan?"

"Tentu saja sayang" jawab seorang wanita bersurai merah yang sedang berias di depan cermin.

Setelah mendapat jawaban, Minato kembali fokus pada laptopnya yang ia letakkan diatas kasur. Ia menatap datar layar didepannya. Melihat suaminya yang serius, Kushina pun penasaran dengan apa yang dilihat oleh si pirang itu.

"Kau tidak membuka situs yang aneh-aneh kan sayang?" Kushina tersenyum. Ah bukan, tapi menyeringai bagaikan ingin melahap mangsanya hidup-hidup.

"Tentu saja tidak. Aku tidak akan berani jika denganmu sayang" jawab Minato tanpa menoleh pada istrinya itu.

Krraakk

Minato tersadar dengan bunyi benda retak itu. Ia pun menoleh pada Kushina yang duduk manis dengan memegang botol perfume baru miliknya. Minato menelan salivanya sendiri. Ya ampun benda itu baru saja dibelinya dan itu sudah retak dan hampir pecah.

"Jadi kau akan berani membuka yang aneh-aneh jika aku tidak ada? Benar begitu sayang?"

"Ti.. tidak bukan begitu maksudku sayang" sepertinya Minato salah bicara karena terlalu fokus pada laptopnya.

"Lalu?"

Dddrrrtttt Dddrrrtttt

Dddrrrtttt Dddrrrtttt

Minato terselamatkan. Ia bersyukur dalam hati ketika ada yang menghubunginya saat ini. Minato harus berterimakasih pada orang ini. Ia pun mengangkat panggilan itu dan sengaja mengabaikan Kushina yang cemberut di meja rias.

"Hallo"

Minato diam. Ia membiarkan orang disebrang sana terus berbicara.

"Maaf itu sudah bukan urusanku lagi" Minato langsung menutup sambungan telepon itu.

Kushina yang semula jengkel, sekarang menatap bingung sang suami yang mendadak wajahnya jadi bad mood. Wanita itu pun menghampirinya dan ikut duduk di kasur bersama Minato.

"Apakah ada sesuatu yang terjadi?" tanya Kushina.

Minato menatap istrinya itu, lalu ia menghela nafas.

"Hanya teman lama yang meminta bantuan" jawabnya.

"Oh begitu ya" Kushina mengangguk mengerti.

Minato tersenyum "Kau sudah siap? Kalau sudah, ayo kita pergi" ucapnya.

.

.

.

"Naruto.. ada yang ingin kutanyakan"

Pria bersurai pirang itu mengernyit bingung dengan apa yang akan ditanyakan oleh kekasihnya di pagi hari seperti ini.

"Apa yang ingin kau tanyakan Sasuke?"

"Sebenarnya aku ingin.. tunggu, wajahmu pucat Naruto" Sasuke memegangi kedua pipi Naruto dan merasakan suhu tubuhnya yang sedikit panas.

"Eh? Benarkah?"

Sasuke mengangguk. Tangannya turun ke bahu lalu ke kedua tangannya.

"Ugh.." Naruto kelepasan. Seharusnya ia tidak boleh meringis seperti itu saat Sasuke menyentuh lukanya semalam.

Sasuke pun langsung melepaskan kedua tangannya dari Naruto.

"Apa aku melukaimu?" tanya Sasuke yang terlihat khawatir.

"Tanganmu terlalu kencang memegangku tadi" untung saja otaknya masih berfungsi dengan baik sehingga ia bisa mendapatkan alasan yang pas.

"Maaf"

Little DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang