BRUK
"Agh! Kenapa harus jatuh lagi, sih?"
Shikamaru memandangi Kiba yang sejak tadi kelihatan kacau. Entah apa yang mengganggu pria itu hingga ia selalu saja menjatuhkan atau menyenggol sesuatu.
"Apa yang kau lakukan, Kiba?" Shikamaru kembali menatap layar monitornya dengan santai.
"Kau lihat sendiri aku sedang memindahkan barangku, kan?" ketus Kiba yang kini sedang membawa kardus yang berisikan barang-barang dengan kedua tangannya. Kiba berdecih pelan. Kenapa juga Shikamaru harus bertanya dengan hal yang sudah jelas?
Sejak misi rahasia Shikamaru dan Kiba selesai, keduanya akan kembali pada squad masing-masing. Di dalam Badan Spy Konoha, terbagi menjadi beberapa squad dengan fungsinya yang berbeda. Shikamaru berada di A Squad, sedangkan Kiba berada di E Squad yang tentunya sulit bagi mereka untuk bertemu lagi karena masalah penempatan.
"Agh!"
Shikamaru yang melihat Kiba terjatuh pun langsung menghampiri pria itu. Dari keadaan kardus lain yang ada di dekat sana, kemungkinan yang bisa Shikamaru tangkap adalah Kiba tersandung. Ia pun ikut berjongkok dan membantu untuk memunguti kertas yang berserakan.
"Hei, Kiba. Kau aneh sekali hari ini," ujar Shikamaru namun seperti tidak ditanggapi oleh Kiba yang sibuk membereskan apa yang telah ia tendang barusan. Tiba-tiba tangan Shikamaru berasa di atas tangannya dan berbisik, "Kiba, aku tahu kau mendengarku."
Kiba yang terkejut langsung mundur saat itu juga. Namun naas, punggung pria itu malah terpentok kursi yang ada di belakang. Ia pun meringis memegangi bagian belakangnya, sementara Shikamaru yang melihat kekonyolan Kiba memilih untuk pura-pura tidak melihat dan lanjut membereskan barang yang ada di sana.
"Jangan menertawaiku, Shikamaru!"
Bibir Shikamaru terangkat. Ah, akhirnya Kiba bersuara lagi. "Aku tidak menertawaimu, Kiba. Itu hanya perasaanmu saja," ucapnya sambil mengangkat bahu.
"Perasaanku? Tahu apa kau tentang perasaanku?" Shikamaru mengernyit mendengar penuturan Kiba. Sepertinya ia mulai mengerti dengan apa yang membuat Kiba aneh hari ini. Kiba yang menyadari jika ia salah bicara pun mencoba meralat perkataannya, "Lupakan yang kukatakan tadi. Aku―" Shikamaru mendekat dan membawa kedua pipi Kiba ke arahnya.
"Kau merasa kesal karena kita tidak bisa bersama lagi, huh?" Sontak pipi Kiba memerah tanpa ia sadari. Kiba tidak menyangka jika Shikamaru akan langsung menebaknya seperti itu.
Kiba menepis kedua tangan Shikamaru yang berada di pipinya. "Apa yang kau katakan?" Ia pun langsung bangkit untuk menjauh dari pria itu. Namun, Shikamaru malah menarik Kiba kembali sampai ia terjatuh di atas tubuhnya.
"Apa kau gila, Shikamaru? Aku bisa mati!"
"Kau berlebihan sekali, Kiba. Tentu saja kau tidak akan mati hanya dengan seperti ini. Lagipula aku kan menangkapmu," ucapnya sambil meringis karena Shikamaru baru saja sadar jika dengan Kiba jatuh menimpa dirinya, otomatis ia yang akan kesakitan.
"Kau baik-baik saja?" Melihat Shikamaru yang meringis, Kiba pun khawatir.
"Tentu saja tidak. Bokongku sakit," gerutunya dan membuat Kiba tertawa seketika.
"Rasakan! Sekarang kau tahu kan rasanya sakit bokong seperti apa?" Kiba tertawa lagi tanpa menyadari Shikamaru yang menatapnya penuh dendam karena ditertawai.
"Oohhh, berbicara tentang sakit bokong..." Kiba berhenti tertawa. Ia merasakan perasaan yang tidak enak. "Kau ingin kubuat sakit bokong juga dengan cara yang nikmat?" Kiba terbelalak. Benar dugaannya, kan?
Kiba yang baru saja ingin kabur langsung didekap oleh pria yang ia tindih. "Lepaskan aku, Shika―"
"Aku mengerti."
"Eh?" Kiba berhenti berontak dalam pelukan Shikamaru.
"Aku tentu saja mengerti perasaanmu, Kiba." Tidak ada jawaban dari orang yang dipeluknya. "Kau tahu? Aku pun juga merasa kehilangan walau kita hanya dipisahkan oleh pekerjaan," ujarnya lagi.
"Tapi kau bersikap biasa saja."
Shikamaru memalingkan wajahnya. "Karena aku bukan tipe orang yang tahu harus melakukan apa di saat gundah seperti ini," ucapnya.
"Bohong. Kau senang kita akan kembali lagi seperti semula, kan?"
"Kenapa kau tidak percaya padaku?" Shikamaru berdecak dan menunjuk gelas kopi yang sudah ia minum. "Apa kau tahu sudah berapa kali aku minum kopi sejak pagi tadi?" tanya Shikamaru, lalu ia menatap kembali manik di hadapannya.
"Lalu apa hubungannya denganku?" Alis Kiba terangkat.
"Ck! Karenamu aku bolak-balik minum kopi untuk pelampiasan, bodoh!"
"Hah?"
"Kenapa IQ yang kau miliki selalu jongkok jik menyangkut hal-hal seperti ini, sih?" Shikamaru memutar bola matanya dengan malas. Ia pun menarik kerah baju Kiba hingga pria itu tertarik.
"Apa yang―"
CUP
Kiba memegangi keningnya yang baru saja dikecup oleh Shikamaru. Ia mengerjap lalu wajahnya memerah dengan sangat cepat.
"Jangan khawatir. Meski jarak memisahkan kita, aku tidak akan pernah berlabuh pada hati yang lain. Aku hanya menginginkan dirimu, dan seterusnya akan seperti itu."
Kiba menutup wajahnya lantaran menahan malu saat Shikamaru mengatakan hal yang memalukan seperti barusan.
"Hentikan gombalanmu itu, Shikamaru!"
Shikamaru menarik tangan Kiba yang menutup wajahnya. "Bukankah seharusnya aku yang malu dengan pernyataanku tadi?" Sebuah senyuman terukir pada wajah Shikamaru.
"Kau menyebalkan!" ketus Kiba yang terdengar kesal.
"Ya, ya. Aku juga menyukaimu, Kiba."
***
Hai 😊
Little Devil di watty resmi tamat ya.
Terima kasih untuk yang sudah mengikuti dengan setia Little Devil ini.
Tanpa dukungan kalian cerita ini mungkin akan berjamur di lapak saya.
Makasih buat voment cetar membahana kaliam semua, love you all😆😆Terima kasih juga untuk yang sudah membeli buku saya. Saya terharu ternyata ada yang excited dengan Little Devil ini. Sekali lagi terima kasih🙏🙏
Untuk yang nanya2 light novel little devil kapan buka PO lagi, kemungkinan nanti saya akan buka PO kedua kalau banyak yang minat. PC saya atau komen di sini biar saya tau berapa banyak yang minat. Nanti saya akan umumkan di sini ya hehe😊
Dan...
Sampai jumpa lagi di cerita lainnya 😊
Jangan lupa mampir ke Strange Destiny yaa...
Jyaa naa~
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Devil
Fanfiction《Sudah Dibukukan》 Uzumaki Naruto memiliki kehidupan yang bahagia. Memiliki hubungan khusus dengan Uchiha Sasuke yang berprofesi sebagai seorang dokter. Mereka saling mencintai satu sama lain. Namun di dalam kebahagian itu terdapat suatu rahasia. Ap...