-29-
"Menma..."
"Hm?" Pemuda itu masih sibuk dengan sarapannya.
"Kau masih marah?" tanya Naruto yang merasa bersalah. Ia memainkan garpu pada piring putih itu tanpa memasukkan apa pun ke dalam mulutnya.
"Tidak."
"Benarkah?"
"Mama, makanlah sarapannya. Kalau dingin tidak enak." Menma menatap Naruto yang memang belum memakan apa pun kemudian kembali melanjutkan sarapannya sambil mengetikkan sesuatu pada handphone miliknya.
"Menma, kau masih marah, kan?" tanya Naruto lagi dengan nada memelas yang membuat Menma langsung menoleh lagi padanya. Menma pun akhirnya menghela napas. Terkadang Naruto bisa bersikap seperti anak kecil begini.
"Aku tidak marah, mama." Menma tersenyum pada pria pirang itu. "Lagipula itu hal biasa. Aku hanya terbawa perasaan saja karena sedang kesal dengan misiku," lanjutnya sambil menusuk daging pada garpunya kemudian menyuap ke mulut Naruto.
"Benarkah?" tanya Naruto sekali lagi sebelum memakan daging yang ada di garpu Menma.
"Tentu saja."
"Terima kasih, sayang."
Menma tersenyum saat melihat raut wajah lega Naruto. Bagaimana bisa ia marah begitu lama dengan orang tua angkatnya itu, kan?
"Hah? Seharusnya kau jangan memaafkannya dulu, Menma. Kalau aku jadi kau, maka aku akan meminta dibelikan barang mahal sebelum aku memaafkannya." Karin yang sedari tadi melihat drama di depannya pun langsung angkat bicara ketika ternyata Menma langsung memaafkan Naruto begitu saja. Sangat tidak seru, menurutnya.
"Karin, jangan mengajarkan yang tidak-tidak!" Naruto memelototi wanita itu sambil melahap makanannya.
"Aku hanya mengajarinya hal baik, Naruto. Itu bukanlah hal buruk, kan?"
"Hah? Hal baik apanya? Itu merugikanku." Naruto merengut kesal.
"Tapi sebenarnya sangat menguntungkanku, mama."
"Hei, hei. Jangan terpengaruh olehnya, Menma."
Menma pun hanya mengangkat bahunya santai sambil melanjutkan sarapannya dengan hikmat.
.
.
.
"Apa? Mau apa kau ke sini?" Naruto menggigit kuku ibu jarinya saat mendegar suara seseorang dari telepon. "Tidak, lebih baik kau putar balik saja. Aku tak mengizinkanmu untuk datang," lanjutnya lagi.
Naruto menatap foto dirinya yang ada di nakas. "Apa?? Kau sudah ada di gerbang depan?" Ia pun terbelalak seketika.
"Sasuke, kubilang kau pulang saja."
"Tidak, Naruto. Memangnya kenapa, sih?"
Naruto berdecak kesal. Di sini ada Menma dan ia masih belum mengatakan apa pun tentang Sasuke padanya. Bisa jadi Menma akan menghajar Sasuke sampai ia akar-akarnya.
"Sasuke, dengarー"
"Ini tentang Menma, bukan?" Naruto terkejut saat Sasuke mengetahui apa yang ditakutkannya. Ia pun mengangguk walau ia tahu Sasuke tak melihat itu.
"Aku sengaja datang untuk meminta restu dari Menma, sayang. Aku akan membujuknya untuk menerimaku kembali. Aku tidak ingin ia marah padaku terlalu lama, Naruto."
"Tapiー"
"Sstt... Sekarang aku akan masuk, Naruto." Pria pirang itu mengerjap. "Tunggu, masuk kau bilang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Devil
Fanfiction《Sudah Dibukukan》 Uzumaki Naruto memiliki kehidupan yang bahagia. Memiliki hubungan khusus dengan Uchiha Sasuke yang berprofesi sebagai seorang dokter. Mereka saling mencintai satu sama lain. Namun di dalam kebahagian itu terdapat suatu rahasia. Ap...