-14-

4.8K 670 62
                                    

-14-

"Bagaimana pun diriku juga salah satu dari Uzumaki. Jadi kau tidak masalah jika itu diriku, kan?"

Sasuke tidak sepenuhnya lumpuh, ia masih bisa mendengar dan melihat saat ini. Ia meruntuki dirinya sendiri yang tidak bisa bergerak. Ia tidak bisa mencegah Narutonya.

Sai menyeringai.

"Tentu saja tak masalah. Aku malah mengharapkan itu."

BRUUGGHH

Sai langsung menendang perut si pirang sampai ia tersungkur ke lantai. Dengan wajah tanpa dosa Sai pun menginjak perut Naruto yang masih terlentang. Sasuke yang melihat itu meruntuki dirinya yang tidak bisa berbuat apa pun.

"Ugh..."

"Aku memang menginginkanmu mati, tapi maaf saja aku tidak akan membiarkanmu mati dengan mudah. Lagipula ini maumu, kan?" Senyuman Sai membuat Naruto muak untuk melihatnya.

'Sial! Di saat seperti ini penyakit maagku kambuh.'

Naruto merasakan sangat sakit saat perutnya diinjak-injak oleh Sai. Asam lambungnya sangat tidak bersahabat, apa lagi ketika Sai menginjaknya seperti menginjak sampah. Ia yang tidak punya kuasa untuk melawan pun hanya diam menerima setiap perlakuan tidak manusiawi dari Sai.

Naruto terbatuk, "Si..alan kau.. uhuk.. kau berniat menyiksaku terlebih dulu, huh?"

Sai mengeluarkan pisau lipat dan kini ia berjongkok di depan Naruto. "Kau memang tahu situasi ya, Uzumaki."

Naruto dapat merasakan dinginnya pisau yang menyentuh kulit wajahnya. Sai menggores pipi tan milik Naruto sampai darah segar mengalir dari pipi pria itu. Naruto mendesis saat pisau itu menyentuh bibirnya. Naruto sedikit ngeri dengan Sai. Ia tidak berniat untuk menguliti Naruto secara perlahan kan? Lagipula dikuliti hidup-hidup bukanlah cita-citanya.

"Kau tahu? Aku membencimu. Sangat membencimu." Sai berucap datar.

Naruto masih diam. Saat ia akan mengedarkan pandangan, matanya bertemu dengan onyx milik Sasuke. Pria itu sedang menatapnya dengan tatapan yang membuat Naruto merasa sesak.

Naruto langsung menatap Sai, "Ya. Aku tahu kau membenciku."

Sasuke merasa seperti ada pedang yang menusuk jantungnya ketika Naruto mengatakan itu pada Sai. Padahal ia tahu jika Naruto bukan mengatakan itu padanya. Namun kalimat itu seperti bermakna ambigu menurut Sasuke.

Sai kembali berdiri dan ia menendang kelapa Naruto dengan keras.

"Agghh..."

Pria bersurai pirang itu pun merasakan sakit dan pusing secara bersamaan pada kepalanya. Sialan! Sai bisa melakukan yang lebih dari ini jika ia mau. Naruto berharap Sai membunuhnya saja daripada disiksa seperti ini.

Sai kini menduduki tubuh Naruto dan menarik kerah baju si pirang. Ia meninju wajah Naruto. Lagi. Lagi. Sai terus menghantamkan tinjunya pada si pirang hingga wajah pria dibawahnya lebam-lebam, bahkan sudut bibir Naruto sampai sobek.

Pikiran Naruto pun melayang ke masa-masa di mana ia menjalankan hidupnya, berkumpul bersama keluarganya, mengajari Menma, bertemu Sasuke. Semua ingatan dalam kepalanya bagaikan keluar begitu saja. Apakah itu rasanya orang yang akan mati? Apakah ini akhir dari hidupnya?

Naruto mencoba untuk menatap Sasuke untuk terakhir kalinya. Ia tersenyum getir. Di hatinya ia tidak ingin berpisah dengan dokter muda kesayangannya itu.

BUAAGGHH

"Cih! Kenapa kau tersenyum sialan?"

"It's... not your problem, bitch!"

Little DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang