-13-

4.9K 688 144
                                    

-13-

"Uzumaki Naruto, apa kau masih mencintai dokter kesayanganmu itu?" Sai tersenyum.

Naruto membeku. Apa yang harus ia lakukan?

Siapa yang harus ia pilih?

Keluarganya?

Atau...

Sasuke?

"Sialan kau Sai!!" Naruto mengeraskan rahangnya.

Dor

Naruto membelalakkan matanya lagi saat peluru seseorang mengenai tangan kanannya. Ia baru saja ingin mengambil senjata dan mengirim sinyal pada salah satu keluarganya untuk meminta bantuan. Namun sepertinya Sai tahu itu akan hal itu.

"Tidak semudah itu, Uzumaki."

Naruto melihat ke sekelilingnya dan ternyata ia sedang dikepung. Saat Naruto ingin bergerak mengambil pistol yang ia sembunyikan dibalik bajunya, beberapa anak buah Sai sudah menodongkan senapan ke arahnya. Naruto pun mengurungkan niatnya.

"Jadi kau mau menerima permintaanku, Naruto?"

"Sebenarnya apa maumu?" Naruto menatap sengit Sai.

Sai tidak menjawab. Ia malah membalik badannya membelakangi Naruto. Sai menyentuh dinding pembatas yang terbuat dari kaca tersebut.

"Kau tahu istilah nyawa dibayar dengan nyawa?" tanya Sai.

Naruto tahu maksud dari perkataan Sai. Pria dengan senyum palsu itu sepertinya memiliki dendam padanya. Lebih tepatnya ia ingin membalaskan dendam Danzou.

Naruto menarik nafasnya dalam-dalam lalu mengeluarkannya lagi.

"Baiklah, tapi biarkan aku bertemu dengan Sasuke."

Sai masih tersenyum. Ia kini menatap sapphire milik Naruto. Tidak ada keraguan di sana. Sai pun mendekati Naruto. Ia mengambil sebuah alat khusus yang digunakan Naruto untuk mengirimkan sinyal dan juga senjata yang ada di tubuh Naruto. Setelah selesai melucuti senjata Naruto, Sai memberikan kode pada anak buahnya untuk mengawasi pergerakan Naruto.

"Tenang saja, aku tidak akan macam-macam dengan situasi seperti ini." Naruto berkata dengan nada datar.

"Maaf, tapi aku tidak meremehkan seorang Uzumaki. Mereka bisa melakukan hal yang tidak bisa kuprediksi" timpal Sai.

"Terserah."

Sebelum Sai melangkah lebih jauh di depan Naruto ia bertanya, "Siapa Uzumaki yang akan kau bunuh?"

Naruto diam.

"Baiklah kuberikan waktu untuk kau berfikir. Ketika kupertemukan dirimu dengan Sasuke maka kau harus sudah tahu Uzumaki mana yang harus kau bunuh."

"Baiklah. Aku mengerti."

.

.

.

Flashback on

"Pirang?"

Wanita yang berprofesi sebagai perawat itu hanya mengangguk.

"Apa mungkin..."

"Sensei tahu siapa orangnya?" pertanyaan wanita itu membuyarkan lamunan Sasuke.

"Ya. Mungkin."

Setelah Sasuke tidak ada aktivitas lagi. Ia pun membereskan ruangannya dan bersiap untuk menemui orang yang mengiriminya surat.

"Mungkinkah orang ini Naruto?" Sasuke menimbang-nimbang surat itu ditangannya.

Sebenarnya jauh di lubuk hati Sasuke, ia merindukan sosok Naruto. Ia merindukan ketika si pirang yang ada di sampingnya saat ia terbangun di pagi hari. Sampai Sasuke bertemu dengan Naruto lagi di Rumah Sakit, ia mencemaskan pria bersurai pirang itu. Apa dia sakit? apa penyakit maagnya kambuh? Ya, dia masih mengkhawatirkan Naruto.

Little DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang