tujuh

133 12 4
                                    

"Rosaline? Rosaline?" Aku memasuki ruang penelitian dengan tergesa-gesa.

"Ya! Aku disini!" Suara Rosaline terdengar dari ujung ruangan.

"Nick? Ada apa?"

"Aku ingin bertanya soal Radians," Jelasku.

"Kenapa saat kemarin aku berlatih, Radians yang muncul lebih besar?" Tanyaku.

"Itu karena mereka merasa jumlah mereka semakin sedikit, dan mereka berfikir untuk membelah diri lagi sampai populasi mereka kembali banyak," Jelas Rosaline padaku.

"Mereka bisa berfikir?" Tanyaku bingung.

"Inti Deathly Fog adalah Radians. Dan Radians juga mempunyai inti, Nick. Inti Radians bisa berfikir."

"Oh cukup Rosaline, aku muak dengan ini," Kataku sembari tertawa hambar.

"Jadi, kau sudah tahu kan?" Kata Rosaline dengan alis yang terangkat satu.

"Yah, dan jawabannya diluar dugaanku."

"Omong-omong, kau akan dikirim kemana?" Tanya Rosaline sembari mengotak-atik tombol-tombol didepannya.

"Um, aku dan kodeku dikirim ke Boston. Memangnya kenapa?"

"Sungguh? Setahuku disana adalah tempat berkumpulnya Radians yang besar-besar,"

"Sebaiknya kau jangan menakutiku, Rosaline." Kataku sambil memutarkan bola mataku.

"No. I mean it. Deathly Fog disana dua kali lebih cepat bergerak jika terancam. Satu-satunya cara, kau harus mengincar mereka dengan tidak bersuara." Tutur Rosaline dengan wajah yang menurutku meyakinkan.

"Tapi Destructa X tidak memiliki peredam," Kataku sambil berfikir.

"Aku bisa membuatkannya jika kau mau," Rosaline tersenyum padaku.

"Terimakasih Rosaline," Aku tersenyum padanya dan berjalan ke kamar.

"Nick! Darimana saja kau, hah? Aku mencarimu tahu," Kata Ivan sambil bersender di tiang ranjang.

"Oh itu. Aku tadi pergi menemui Rosaline," Kataku sambil menggaruk tengkukku.

"Ada apa memangnya?" Sahut Sam yang masih berbaring di ranjangnya.

"Aku bertanya tentang Radians yang berukuran tak lazim itu. Dan katanya, Radians di Boston dua kali lebih ganas."

"Oh, jangan lagi." Sam mengusap wajahnya dengan kasar.

"Lalu, kapan kita dikirim ke Boston?" Tanya Yeori sambil duduk di ranjangnya.

"Biar aku lihat." Ivan berjalan kearah kertas jadwal yang  kami tempel.

"Minggu depan," sahutnya.

"Kapan kita berlatih lagi?" Tanya Anna.

"Hari ini setelah makan siang," Jawab Ivan diikuti dengan suara bel.

"Oke, saatnya sarapan," kata Ivan sambil berjalan keluar dari kamar.

Setelah sarapan, kami mengunjungi ruangan yang baru dibuka. Ruang latihan baru. Ruang ini sangat besar. Mungkin dua kali lipat lapangan futbol atau empat kali lipat lapangan lacrosse? Ah persetan. Ruangannya seperti isi ruang latihan apa itu, um Hungry Games? Hunger Games? Ya, aku suka film-film jaman lampau. Pemeran utama perempuannya cantik.

Oh baiklah mari kita kembali lagi. Bedanya, ruang ini terisi oleh puing-puing bangunan, pohon-pohon yang sudah mati, seperti dunia yang sekarang saja. Kupikir tempat latihan ini digunakan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan diluar sana.

UNSEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang