Sejak hari itu, aku mulai beraktifitas seperti biasa. Hari ini setelah makan siang, aku dan Max diperintahkan untuk menjalani pemeriksaan.
Aku dan Max duduk di sebuah ruangan dengan penerangan yang minim dan tidak terlalu besar. Ditengah ruang itu, terletak sebuah meja klasik tak lupa dengan dua kursi dan satu kursi lagi di sisi satunya.
"Silahkan duduk."
"Jadi kalian Nick Herriot dan Max Hawthorne?"
"Harriot, Sir." Koreksiku pada lelaki separuh baya di depanku dan Max.
"Aku ingin bertanya tentang beberapa hal saat kalian 'dievakuasi' oleh Right Arm. Kalian siap? Mohon jawab dengan jujur."
"Menurut data yang dikumpulkan, kau gugur di misi pertama. Benar Max?"
"Ya."
"Saat kau gugur, kau gugur di blok mana?"
"Saya gugur di Newark, New Jersey blok enam."
"Saat sadar, apa yang pertama kau lihat?"
"Aku melihat ruang putih dan beberapa tabung berisi cairan hitam. Lalu, aku melihat banyak orang yang kesana-kemari. Seperti rumah sakit.
Saat itu, aku terbaring dengan semua Marked yang gugur. Setelah dinyatakan pulih, kami seperti di karantina di sebuah ruangan. Um..."
"Seperti penjara pada zaman lampau? Jeruji-jeruji?" Potong lelaki didepan kami. Aku terus menyimak kisah Max saat ia gugur.
"Ya. Tak lama, mereka mengeluarkan kami. Mereka membawa kami dengan beberapa Jeep. Kami tidak tahu kami akan dibawa kemana. Lalu, Jeep yang aku tumpangi berhenti.
Saat aku digiring keluar, aku tahu bahwa kami dikirim ke Boston. Aku pernah tinggal di Boston Kota saat sekolah dasar. Kami digiring ke depan sebuah jalan yang tertutupi logam besar.
Mereka membukanya dengan kode-kode yang sangat panjang.Kami dimasukkan ke kamar yang berbeda-beda. Dan saat itulah aku bertemu Jennifer."
"Jennifer ya..."
"Beberapa hari kemudian, satu persatu Marked dikeluarkan. Mereka membawanya dengan alasan untuk pemeriksaan kesehatan. Tetapi mereka tidak pernah kembali. Aku mulai takut.
Aku memutuskan untuk tidur. Dan saat aku terbangun, aku melihatnya." Max menunjukku.
"Kau?" Tanya pria didepanku, padaku.
"Ya. Aku gugur di Boston Kota, di blok tujuh. Lalu aku terbangun dengan infus di tangan kiriku. 'Mark'ku hilang. Seperti dihilangkan..."
"Lalu?"
"Saat aku ingin mencabut infus, seorang perempuan mencegahku."
"Siapa nama perempuan itu? Bagaimana ciri-cirinya?"
"Namanya Allison. Setinggi lima kaki atau lebih, warna rambutnya dirty blonde, lalu... ah, aku tidak terlalu memperhatikannya," Pria itu mengetik semua yang kukatakan tentang Allison. Sebegitu pentingnya ia?
"Ah! Dia anak dari wanita bernama Jennifer. Hanya wanita itu yang kukenal,"
Pria itu menaikkan satu alisnya dan memandang kami sebentar.
"Baiklah, silahkan keluar." Putus pria itu.
"Tapi masih banyak hal yang ingin kukata--"
"Silahkan keluar." Ucapnya final.
Aku dan Max keluar dari ruangan itu dalam keadaan tangan mengepal. Maksudku hanya aku yang mengepalkan tangan.
"SIAPA SIH, JENNIFER ITU? SEPERTINYA IA ADALAH ORANG YANG PALING BERPENGARUH DI DUNIA INI?! HA?!!" Teriak batinku yang hampir meledak.

KAMU SEDANG MEMBACA
UNSEEN
Khoa học viễn tưởngAkhir-akhir ini, berita tentang kabut mematikan atau 'deathly fog' tersebar luas. Ya, kabut yang samar-samar, bahkan tak terlihat. Aku dan teman-temanku menghiraukannya. Kami pikir itu hanya berita konyol. Tak masuk akal. Lampu sekolah kami tiba-tib...