Seperti biasa, sepulang sekolah, aku dan teman-temanku berkumpul di cafetaria sekolah. Aku, Ivan, Sam, Lily, Anna, dan Yeori.
Terkadang, kami bermain, terkadang kami belajar bersama. Hari ini kami berenam akan bermain uno. Sangat kekanak-kanakan.
"Uno! Yeah! Aku yang pertama!"
"Sialan kau, Sam!" Ucapku sambil menepuk bahunya.
Permainan terus berjalan hingga tersisa aku dan Yeori. Oh, ayolah. Bahkan aku tidak tahu kenapa aku berada di urutan terbelakang.
"Uno!" Yeori. Sungguh, kau membuatku frustasi.
Aku belum siap kalah! Dan yang terjadi malah sebaliknya. Sesuai peraturan, sebentar lagi mukaku akan penuh dengan bedak tabur. Bruh.
"Oh Nick! Mukamu seperti badut! Haha!" Kata Anna sambil mentertawaiku.
"Diamlah. Oh God..." Ujarku sambil memegangi pipi yang penuh bedak.
"Guys, hei... kalian dengar tidak?"
Tanya Sam diiringi dengan lampu cafetaria yang berkedip-kedip."Seperti... ada yang datang kemari..." Lanjutnya sambil melihat kearah lorong di ujung cafetaria. Dan selanjutnya, semua lampu mati.
Suara itu makin terdengar jelas di telingaku. Dan mungkin di telinga mereka juga. Langkah kaki yang kukira hanya satu orang itu berubah menjadi derap kaki yang ramai. Dan detik selanjutnya, kami disenter.
"Yatuhan... ada yang selamat! Lapor Alpha Satu! Kuulang! Ada yang selamat! Lapor Alpha Satu! Siapkan helikopter!" Ucap pria berseragam lewat headset yang dipakainya. Setelah itu, dia menyinari kami, dan meminta kami untuk berdiri.
"Siapa namamu, Kid?" Tanya pria itu padaku.
"Namaku Nick. Nick Harriot."
"Aku John. Baiklah. Pakai ini dan jangan bertanya."
Pria-pria dibelakangnya membuka jaket loreng tebal mereka dan memakaikannya pada kami. Mereka lalu merogoh tas besar yang mereka bawa dan mengeluarkan masker khusus untuk kami.
Aku bertanya-tanya dalam hati. Ada apa ini? Mengapa kami harus memakai ini? Kami ber-enam segera membereskan barang-barang kami dan mengikuti mereka. Setelah sampai di pintu utama, John berbalik dan menatap kami.
"Aku peringatkan. Jangan menengok, tetap beriringan, dan fokus kearah helikopter di depan. Beruntungnya kalian. Deathly Fog belum masuk ke gedung sekolah kalian."
"Apa?! Mana ada helikopter di depan sekolah kami, Sir?!" Tanya Ivan berapi-api.
"Shut up, Kid! Turuti perintahku. Aku akan membuka pintu ini! Satu, dua, tiga! Naik ke helikopter!"
John membuka pintu dan aku--mungkin teman-temanku juga--sangat terkejut. Aku bisa melihat helikopter seratus meter didepanku, dan orang-orang terbaring di kiri-kananku.
"Focus, Kid!" Ucap John disampingku sedikit berteriak.
Kami sampai dan langsung menaiki helikopter. Beberapa detik kemudian, helikopter yang kami tumpangi sudah melayang rendah. Sam membuka maskernya dan bertanya pada John.
"Apa yang terjadi?! Orang bergeletakan dimana-mana, kabut tebal, sebenarnya apa yang terjadi, Sir?"
"Tenangkan dirimu. Kami belum bisa memberi tahu kalian. Kami bahkan belum tahu apa yang terjadi," Balas John.
"Maaf, Sir, kami mau dibawa kemana?" Tanya Anna pada John.
"Tempat teraman saat ini adalah Pangkalan Lewis Mc-Chord di Washington D.C."
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSEEN
Science FictionAkhir-akhir ini, berita tentang kabut mematikan atau 'deathly fog' tersebar luas. Ya, kabut yang samar-samar, bahkan tak terlihat. Aku dan teman-temanku menghiraukannya. Kami pikir itu hanya berita konyol. Tak masuk akal. Lampu sekolah kami tiba-tib...